Categories: KOMUNITAS

Harimau Mangsa Ternak di Aceh Timur, YAKATA: Kerusakan Lingkungan Jadi Penyebab Utama

Analisaaceh.com, Idi Rayeuk | Yayasan Konservasi Alam Timur Aceh (YAKATA) menyebutkan bahwa konflik antara Harimau Sumatera dan manusia di Aceh Timur dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh kerusakan lingkungan. Akibatnya, habitat asli Si Kucing Besar semakin terancam, sehingga harimau mulai turun ke pemukiman warga.

“Interaksi negatif antara Harimau Sumatera dengan manusia sudah sangat sering terjadi di Aceh Timur. Lingkungan yang rusak menjadi penyebab utamanya,” kata Zamzami Ali, Ketua YAKATA, kepada Analisaaceh.com, Senin (27/1/2025).

Zamzami mengungkapkan bahwa menurut data Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAKA), terdapat 611 hektare hutan di Kabupaten Aceh Timur yang mengalami deforestasi pada tahun 2023.

“Harimau turun ke pemukiman disebabkan oleh beberapa faktor, yakni hutan sebagai habitat alaminya terus rusak, berkurangnya sumber makanan seperti rusa, kambing hutan, dan babi hutan, serta keberadaan ternak warga yang dilepasliarkan begitu saja maupun dikandangkan di areal perkebunan yang jauh dari pemukiman,” ungkapnya.

Zamzami menerangkan bahwa wilayah yang paling sering mengalami konflik antara harimau dan manusia adalah daerah yang berbatasan langsung dengan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), yaitu Banda Alam, Indra Makmur, Pante Bidari, Peunaron, dan Ranto Peureulak.

“Khusus pada bulan Januari 2025 ini saja, sudah ada tujuh kasus harimau yang turun ke pemukiman—tiga di Indra Makmur, dua di Nurussalam, satu di Pante Bidari, dan satu di Peunaron. Ada delapan lembu milik warga menjadi korban—satu di Pante Bidari, lima di Indra Makmur, dan dua di Nurussalam,” terangnya.

Menurut Zamzami, diperlukan upaya mitigasi yang serius dan berkelanjutan oleh para pemangku kepentingan untuk menjaga keselamatan manusia sekaligus melindungi kelestarian satwa liar. Solusi yang diambil harus mencakup strategi jangka pendek, menengah, dan panjang.

Untuk jangka pendek, langkah yang bisa dilakukan adalah pemasangan pagar listrik dan patroli warga di daerah rawan konflik. Sementara itu, pada jangka menengah, diperlukan penataan ruang yang memperhatikan aspek lingkungan serta perlindungan dan pemantauan populasi harimau secara intensif. Dalam jangka panjang, solusi yang diusulkan meliputi pemulihan habitat, patroli anti perburuan liar, penanganan konflik, serta kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

“Dikarenakan hewan dilindungi itu membutuhkan pakan yang sehat, air yang bersih, dan lingkungan yang aman. Perlu diingat, harimau juga memiliki koridor karena memiliki daya jelajah tinggi,” pungkas Zamzami Ali.

Chairul

Komentar

Recent Posts

Ilham Rizky: MA Harus Independen dalam Kasus PT BMU

Analisaaceh.com, Blangpidie | Aktivis muda Aceh, Ilham Rizky Maulana, menyampaikan keprihatinannya atas adanya indikasi tekanan…

3 jam ago

Aceh–Rusia Tandatangani MoU Kerjasama

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al-Haythar, menandatangani…

3 jam ago

Gubernur Mualem Lantik Fadhil Ilyas Jadi Dirut Bank Aceh Syariah

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), resmi melantik Fadhil Ilyas sebagai Direktur…

3 jam ago

Truk Bermuatan Batu Bata Terguling di Gunung Kapur

Analisaaceh.com, Tapaktuan | Satu unit mobil dum truk bermuatan batu bata mengalami kecelakaan di kawasan…

5 jam ago

Mendagri Minta Pejabat Serta Keluarganya Diminta Untuk Tidak Pamer Kemewahan

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Menterian Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta kepada seluruh Pejabat maupun…

5 jam ago

Sekretaris DPRA Sebut Surat ARA Masih Proses Administratif

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Sekretaris DPRA, Khudri, menanggapi aksi Aliansi Rakyat Aceh (ARA) yang menyerahkan…

5 jam ago