Pilot Proyek Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kawasan Pantai

Haftar @doc Facebook

Oleh Haftar, S.Pd. M.Pd*

Aceh yang terkenal sebagai daerah maritim dan pernah jaya sebagai kerajaan maritim di masa lalu. Dewasa ini hanya sekedar sebuah wilayah yang kebetulan berada di sekitar perairan laut yang kaya sumber daya alam terutama minyak bumi dan gas. Dikatakan kebetulan, karena walaupun letak geografis wilayah Aceh strategis dan kaya akan sumberdaya alam. Tapi tidak mendapatkan sentuhan pembangunan yang optimal sebagai daerah maritim. Padahal sejarah telah membuktikan bahwa Aceh semasa masih berbentuk kerajaan pernah berjaya dan menguasai sebagian perairan laut Asia.

Ini menunjukkan kebijakan pemerintah selama ini, baik provinsi daerah maupun pusat. Sejak Aceh bergabung ke dalam wilayah Indonesia, pemerintah tidak serius dan tidak ikhlas mengembangkan daerah-daerah di sekitar perairan laut Aceh sebagai titik fokus pembangunan wilayah Aceh. Padahal Aceh merupakan pintu gerbang nusantara bagian barat menuju Asia dan Afrika melalui pelayaran laut dan kaya akan sumber daya mineral dan hewani. Tapi anehnya potensi ini tidak dimanfaatkan secara optimal. Sebagaimana pelabuhan Belawan dan Tanjung Balai di Sumatera Utara yang jauh lebih pesat perkembangannya.

‌Sebab selama ini pemerintah pusat dan provinsi,maupun daerah lebih mementingkan penyeragaman dalam mengimplementasikan kebijakan. Baik pembangunan daerah pinggiran, tengah maupun perairan Aceh. Sebagaimana pembangunan di daerah-daerah lain di Indonesia. Daripada mengembangkan pembangunan berdasarkan potensi dan karakter wilayah. Sehingga hal ini berdampak terhadap rendahnya perekonomian masyarakat. Hal ini menjadi penyebab salah satu faktor kemiskinan yang terstruktur dan merata di setiap daerah di Aceh. Terutama lebih menumpuk di kawasan pantai sebagai kantong-kantong kemiskinan.

‌Kalau seandainya pemerintah serius mengembangkan potensi daerah-daerah sepanjang kawasan pesisir Aceh. Misalnya dengan memberikan peluang rakyat Aceh melakukan ekspor impor hasil bumi Aceh dengan negara lain melalui pelabuhan eksport-import, terutama dengan Malaysia, Singapura dan India. Hal ini jelas akan menggenjot nilai perdagangan dan ekspor import masyarakat Aceh. Hal ini dengan sendirinya akan meningkatkan perekonomian rakyat Aceh dan memotong biaya yang besar apabila melalui pelabuhan Belawan.

‌Memang pernah ada pembangunan pelabuhan bebas, pembangunan kawasan pelabuhan terpadu dan pelabuhan eksport minyak dan gas di beberapa tempat. Tapi pemanfaatannya bukan untuk mendongkrak kembali kejayaan Aceh. Sebab akses masyarakat sulit dan sedikit untuk dapat memanfaatkannya. Bahkan dalam pengelolaan pelabuhan tersebut jauh dari harapan untuk dapat mengembalikan kejayaan Aceh seperti masa lalu. Karena pembangunannya sarat dengan masalah yang tidak bersentuhan lansung dengan upaya meningkatkan ekonomi masyarakat. Akan tetapi lebih bersifat masalah personal dan kebijakan politik yang mengambang. Sehingga terkesan pusat masih setengah hati memberikan peluang bagi Aceh untuk maju sebagai daerah maritim.

Berdasarkan kondisi demikian, maka salah satu strategi yang tepat untuk mengembalikan kejayaan Aceh seperti masa lalu, yakni pemerintah provinsi dan pemerintah daerah harus memprioritaskan dan fokus pada pembangunan daerah-daerah di kawasan perairan laut Aceh. Sebagaimana kebijakan pemerintah pusat yang akan mempercepat konektivitas antar pulau dengan membangun tol laut.

Oleh karena itu, dalam upaya pembangunan wilayah perairan Aceh terutama perekonomian masyarakat, maka salah satu alternatif solusi sekaligus strategi pembangunan wilayah Aceh adalah dengan memprioritaskan kawasan pelabuhan Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan sebagai pilot projek.

Mengapa demikian??? Sebab

  1. Karakteristik daerah pantai kecamatan Labuhan Haji hampir sama dengan seluruh wilayah Aceh bagian barat selatan. Baik kondisi arus laut dan karakter teluk yang tenang berada di bibir Samudera Hindia.
  2. Labuhan Haji merupakan daerah transit atau persinggahan kapal-kapal sejak jaman dulu antar daerah dan antar wilayah yang terdapat di pantai barat selatan pulau Sumatera yang hendak menuju Asia dan Afrika bagian Timur. Dengan demikian ke depan bisa jadi Labuhan Haji akan menjadi pelabuhan persinggahan daerah-daerah di sepanjang pantai barat selatan maupun kapal-kapal dari Australia yang akan menuju Asia bagian Selatan dan Afrika bagian Timur.
  3. Daerah-daerah sekitar pantai barat selatan Aceh yang kaya akan produksi hasil-hasil pertanian,pertambangan dan perikanan. Maka dengan dengan sendirinya membutuhkan transportasi laut yang akan mengangkut berbagai hasil bumi tersebut, guna menghubungkan lansung pada konsumen dalam dan luar negeri.
  4. Bentuk topografi Labuhan Haji yang cendrung relatif kasar dan sempit dengan kondisi perairan dengan arus dan gelombang yang relatif tenang. Berbeda dengan pantai bagian timur dan utara Aceh. Maka hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam mengimplementasikan pembangunan daerah kawasan pantai Aceh. Bila hal ini jadi terlaksana, maka hal ini menjadi suatu terobosan hebat dengan terwujudnya keadilan dan pemerataan pembangunan antara pantai timur utara dan barat selatan Aceh. Sebab selama ini pemerintah pusat dan provinsi lebih fokus pada daerah pantai timur dan utara Aceh daripada pembangunan pantai barat selatan Aceh.

Beranjak dari beberapa alasan tersebut. Maka langkah strategis yang tepat dalam memajukan Aceh dengan menjadikan Labuhan Haji sebagai pilot projeknya. Salah satu alternatifnya adalah dengan membangun pelabuhan terpadu Labuhan Haji.

Hal ini patut dikaji dan diteliti lebih konkret lagi. Sebab Labuhan Haji tidak sepenuhnya mempresentasikan kondisi wilayah perairan Aceh. Tapi dengan dijadikan Labuhan Haji sebagai pilot projek setidaknya akan memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi pemerintah Aceh, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam mewujudkan pembangunan daerah maritim untuk wilayah-wilayah lainnya.

Adapun langkah strategis pembangunan Labuhan Haji sebagai kawasan pengembangan maritim pantai barat selatan Aceh dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut diantaranya adalah:

  1. Konsep pembangunan kawasan pelabuhan terpadu Labuhan Haji yaitu suatu kawasan yang sesuai dengan peruntukkannya untuk peningkatan perekonomian masyarakat Aceh dalam hal pemanfaatan daerah perairan dan semua potensi yang terdapat di dalamnya. Pada masyarakat Aceh pada khususnya dan masyarakat pantai barat selatan pulau Sumatera pada umumnya. Sesuai dengan kebutuhan tersebut, maka perlu adanya pelabuhan terpadu di wilayah pantai barat selatan Aceh, khususnya di kawasan Pelabuhan Haji dengan menyediakan berbagai fasilitas sarana dan prasarana penunjang dan pelayanan jasa dan percepatan konektivitas antar daerah, antar pulau dan antar negara. Guna meningkatkan distribusi dan pengiriman barang hasil bumi keberbagai wilayah dan barang-barang eksport import. Sebab selama ini sejak Indonesia ada, belum pernah ada pembangunan kawasan pelabuhan terpadu di Wilayah pantai barat selatan Aceh. Lengkap dengan berbagai fasilitas yang menunjang.
  2. Melibatkan semua pihak, terutama masyarakat setempat sebagai pengguna dan pelaku dalam menumbuhkembangkan pergerakan ekonomi di sekitar kawasan pelabuhan. Dengan memberikan peluang pada masyarakat memanfaatkan lahan disekitar kawasan untuk meningkatkan perekonomiannya. Misalnya masyarakat atau desa membentuk badan usaha bersama membentuk usaha penyedia pergudangan, dok, perakitan dan perbaikan kapal boat, peralatan penangkapan. ikan, dan fasilitas pemasaran ikan dan hasil bumi.
  3. Dengan adanya pembangunan kawasan pelabuhan terpadu Labuhan Haji, insyaallah akan menggerakkan roda perekonomian masyarakat pantai barat selatan Aceh dan juga sebagian masyarakat Sumatera Utara terutama masyarakat, Tapanuli Tengah dan masyarakat Sumatera Barat yang telah lama menjalin hubungan dengan masyarakat Aceh bagian barat selatan.

Penulis menyadari tulisan ini masih kurang data-data dan fakta yang lebih rinci. Semoga dengan adanya masukan dan tanggapan pembaca. Sangat mendukung keakuratan dan bobot tulisan ini. Semoga bermanfaat.

*)Penulis adalah seorang Pendidik dan Penulis buku juga artikel

Komentar
Artikulli paraprakPPWI Kota Lhokseumawe Terbentuk
Artikulli tjetërMa’ruf Amin Perkenalkan Konsep Economy Unity