oleh: Mauly Harisman Asri
Tepat pada tanggal 18 Juli 2017 lalu transisi pemerintahan di Aceh Jaya yang sebelumnya dikomandoi Ir. Azhar Abdurrahman resmi berakhir. Kepemimpinan 5 tahun berikutnya periode 2017-2022 dinahkodai oleh pemimpin baru yang merupakan wajah lama dalam roda pemerintahan daerah Aceh Jaya.
Sosok pemimpin baru tersebut adalah Drs. H. T. Irfan TB yang sudah lama melintang dalam struktur jajaran pemerintah setempat sebagai seorang birokrat.
Wakilnya Tgk. Yusri juga bukan sosok yang asing bagi masyarakat Aceh Jaya, terutama masyarakat yang berdomisli di Kecamatan Krueng Sabee dan Panga. Bagaimana tidak, beliau juga mantan anggota DPRK Aceh Jaya Tahun 2009 dari dapil 3 meliputi kecamatan Krueng Sabee, Setia Bakti dan Sampoiniet yang kini menjabat sebagai Wakil Bupati.
Tidak heran kalau kemudian masyarakat Aceh Jaya menaruh harapan besar terhadap kepemimpinan baru ini. Terbukti, 30 ribu lebih masyarakat Aceh Jaya telah memilih pasangan ini pada pemilu 2017 yang lalu.
Irfan TB yang dikenal sebagai birokrat di Aceh Jaya, didampingi wakilnya Tgk. Yusri yang merupakan mantan legislator, mampu menjadikan pasangan duet ini terlihat sangat sempurna. Sehingga membuat masyarakat Aceh Jaya yang rindu akan sebuah tatanan yang baru dengan mengarah pada sebuah perubahan yang nyata di bumi Poetemeureuhom ini, menaruh ekspektasi besar.
Sebentar lagi, pada tanggal 18 Juli 2020 pasangan tersebut sudah tiga tahun memimpin Kabupaten yang memekarkan diri dari Aceh Barat pada tahun 2002 lalu. Hanya menyisakan 2 tahun lagi kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati sekarang akan segera berakhir.
Ada banyak PR yang perlu diselesaikan, ada banyak tantangan yang harus dilawan, ada tatanan sosial yang harus terus diperbaiki, ada sektor ekonomi yang harus ditingkat, ada masyarakat yang harus disejahterakan dan lain sebagainya.
Jika merujuk pada sebuah quote Presiden pertama Republik ini Bung Karno “Bebek jalan berbondong-bondong sedangkan elang terbang sendirian” cukuplah mengajarkan para pemimpin berikutnya tentang konsistensi pemimpin dalam pengambilan sebuah kebijakan. Tidak bisa ditarik ke kiri dan kanan atas kepentingan personal, para pengusaha apalagi golongan tertentu. Sejak dilantik, Irfan TB resmi menjadi pemimpin 80 ribu lebih penduduk Aceh Jaya tanpa pandang bulu.
Sebagai masyarakat Aceh Jaya, penulis harus jujur bahwa masih terdapat sekelumit masalah yang harus diselesaikan pada sisa kepemimpinan duet Irfan TB – Tgk Yusri. Kalau sedikit boleh memberi saran, keduanya haruslah mampu keluar dari zona nyamannya yang terus berlindung pada program rutinitas yang sudah berjalan. Haruslah ada beberapa terobosan baru yang harus diciptakan.
Terlalu banyak lahan kosong yang masih bisa dimanfaatkan, masih terlalu banyak sektor wisata yang belum mampu dioptimalkan, masih terlalu banyak masyarakat Aceh Jaya yang pemberdayaan ekonominya harus ditingkatkan. Belum lagi, kader muda Aceh Jaya yang harus dipedulikan pendidikan yang berbasis peningkatan sumber daya manusia yang memiliki skill yang handal.
Tidak boleh Lengah
Penulis selalu percaya bahwa tidak ada pemimpin yang selalu sempurna dalam menjalankan segala janji kampanyenya. Bagi penulis, pemimpin yang mampu mewujudkan 50 persen janji kampanyenya bisa menjadi penawar dari sejuta ekspektasi rakyat.
Di sisa jabatannya yang lebih kurang dua tahun lagi haruslah mampu mengoptimalkan segala peluang yang ada untuk merealisasi janji politiknya. Sejauh ini, kepemimpinan ini sudah berjalan di area yang seharusnya. Tapi cukupkah segitu ? Tentulah untuk daerah yang segala sektornya bisa digarap kita menginginkan lebih.
Baru-baru ini program Saweu Ureung Saket (SUS) yang merupakan bentuk realisasi janji kampanye pasangan ini menjadi Top 99 inovasi Publik. Artinya ada upaya baik dari pemerintah untuk sebuah pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat Aceh Jaya.
Tidak tangggung-tanggung, program ini menjadi salah satu nominator top 99 inovasi publik berdasarkan penilaian KemenPANRB. Disambut tepuk tangan disertakan rasa haru dan gembira meskipun fakta di lapangan masih ada beberapa hal yang perlu dilakukan evaluasi.
Harapannya, program tersebut benarlah menjadi program yang berjalan sebagaimana mestinya yang menyeluruh serta dapat dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat Aceh Jaya.
Seth Godin dalam amatannya tentang syarat menjadi pemimpin yang baik salah satunya adalah pemimpin yang suka challenge atau tantangan. Tantangan yang dimaksudnya adalah pemimpin harus berani mengambil sebuah kebijakan yang tidak populis bagi rakyatnya tetapi memberikan efek positif jangka panjang.
Sejak 2012 yang lalu Aceh Jaya mendapat pujian dari semua kalangan terhadap program pro rakyat yang digagas oleh Ir. Azhar Abdurrahman dan menjadi program favorit bagi mayoritas rakyat Aceh Jaya. Namun, terlalu berfokus pada program pro rakyat dan anggaran terlalu banyak digunakan sehingga program yang lain hilang dari perhatian dan sentuhan lembut untuk dijalankan.
Maka oleh karenanya tantangan seperti itulah yang harus dilakukan oleh Irfan TB, program tersebut tetap berjalan dengan evaluasi harus terus dilakukan, ada tantangan program lain yang harus ditingkatkan. Semoga Aceh Jaya akan terus berbenah menuju Aceh Jaya yang benar-benar jaya sesuai namanya. Amin !
Penulis merupakan salah satu pemuda Kecamatan Pasie Raya, Aceh Jaya yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsyiah.