analisaaceh.com, Jakarta | Festival Budaya Luhak Nan Tigo di adakan di Lapangan Bola Mesjid Agung Al-Azhar Jakarta Selatan , berlangsung selama dua hari (24 – 25/08/2019). Acara dibuka oleh Menteri Pendidikan, Ketua Indo Jalito Peduli Astri Asgani, Desainer Senior Indonesia yang juga Ketua Umum Komunitas Desainer Etnik Indonesia (KDEI) Raizal Boeyoeng Rais, Elly Kasim, Resti Asda dan Putri Indonesia Sumatra Barat 2018.
Festival ini adalah perpaduan kesenian, kebudayaan, kuliner Minangkabau. Tempat reuni masyarakat Padang perantauan dan menikmati aneka kuliner khas Sumatera Barat.
Bazar kuliner, talk show, peragaan busana, pertunjukan musik tradisional, aneka lomba, demo masak, tarian, seminar UMKN digelar di Festival ini. Dihadiri juga dengan artis ternama Indonesia, Denny Malik, Erni Johan, Dorce Gamalama, Benigno, Harry De Frates, Ida Leman, Arzeti Bilbina dan lain-lain. Acara sangat meriah karena musik dan lagu-lagu terus menemani pengunjung yang berwisata kuliner seperti soto padang, lemang tapai, bubur kampiun, sate kuah kuning , sate kuah merah, ayam hitam serta berbagai minuman khas Sumatra Barat.
Rizal Boeyoeng Rais menampilkan rancangannya berupa Kemeja Batik Pria, batik dengan motif pesisir selatan painan. Selama ini kita mengenal batik Jawa, kini di Sumatera Barat yang terdiri dari 19 kabupaten juga
masing-masing memiliki motif khas setiap kabupaten. “Sejak ditetapkannya batik sebagai kain asli Indonesia oleh PBB, kini semua daerah di Indonesia mempunyai motif batik, oleh karena itu saya merancang busana-busana menggunakan bahan batik karena juga termasuk kain etnik,” ujar Boeyoeng.
Raizal Boeyoeng Rais juga menjadi pembicara di acara talk show didampingi Ida Leman dan Arzeti Bilbina membahas tentang kain tradisional Minang, dan keberhasilan para perantau Minang yang jumlahnya dua kali lipat dari yang tinggal di daerah asalnya Sumatera Barat. Berkat keuletan dan kerja keras mereka berhasil di Ibu kota serta kota-kota lainnya. Perempuan Minang dikenal keuletannya mencari uang/piti dan tidak mau berdiam diri. Meskipun sangat sibuk berdagang atau aktifitas lainnya perempuan Minang selalu menyempatkan diri memasak untuk keluarganya.
“Banyak orang-orang penting dan pejabat datang ke festival ini karena mereka merindukan kampung halaman, makanan khas serta suasana kekeluargaan, menyaksikan tari dan lagu-lagu. Ini adalah reuni akbar yang patut dicontoh oleh daerah lain. Menghadirkan suasana Sumatra Barat di tengah Ibu kota,” ungkap Boeyoeng.
“Sebagai Ketua Umum KDEI saya harus mendampingi anggota yang akan tampil pagelaran busana, saat ini sudah ada anggota di 23 provinsi. Kami juga punya Boeyoeng Agency dan Models mereka juga sering tampil di beberapa even fashion show. Untuk karya saya akan ditampilkan 25/08/2019 ada beberapa rancangan berupa baju pria muslim. Dan karya desainer lain. Rancangan yang ditampilkan 24/08/2019 adalah karya Ferry Daud. Rancangan busana saya dapat ditemui di Sarinah. Festival ini dapat juga dikatakan sebagai aset Sumatera Barat karena bisa dijadikan ajang pariwisata, dan para muda mudi Minang yang lahir di tanah rantau dapat mengenal budayanya,” pungkas Boeyoeng. (fri)