Analisaaceh.com, Lhokseumawe — Panitia pembangunan gedung dekan kampus Universitas Malikussaleh Aceh dikabarkan melayangkan surat peringatan pertama (SP1) kepada direksi PT. Hutama Karya. PT Hutama Karya selaku pemenang tender dalam pekerjaannya diduga menuai banyak masalah.
Asian Development Bank (ADB) menggelontorkan dana sebesar Rp137 milyar untuk pembangunan gedung perkuliahan di dua lokasi kampus. Empat gedung akan dibangun di kampus Unimal Bukit Indah, Gampong Blang Pulo, Kota Lhokseumawe dan 3 gedung di kampus Unimal kawasan Reuleut, Kabupaten Aceh Utara. Perusahaan BUMN, PT Hutama Karya Divisi Gedung memenangi tender pekerjaan tersebut.
Setelah dilakukan peletakan batu pertama oleh Dirjen Dikti, Kemendikbud dan Ristek Dikti pada 3 Oktober lalu, sejumlah persoalan mulai muncul. Informasi dihimpun media ini, persoalan yang muncul diantaranya masalah penetapan rekanan sub kontrak, dugaan manipulasi progres hingga penggunaan peralatan tidak sesuai spesifikasi. Puncaknya, panitia disebut telah melayangkan surat teguran kepada direksi PT Hutama Karya di Jakarta.
Sumber media ini menyebutkan penggunaan alat berat pada proyek tersebut tidak sesuai permintaan dalam dokumen lelang. Seperti contoh, pada dokumen lelang disebutkan penggunaan alat berat merk Caterpillar, namun di lapangan ternyata menggunakan merk Hitachi. Demikian juga bentuk laporan ke manajemen pusat tidak sesuai dengan kondisi alat berat yang digunakan di lapangan.
Persoalan kedua yakni dugaan manipulasi progress pembangunan fisik yang dilaporkan ke direksi PT HK di Jakarta. Dalam laporannya, manajemen proyek gedung Unimal dituding melaporkan progres fisik sudah mencapai 20 persen. “Nyatanya kita peroleh informasi baru 4 persen. Dugaan ini mencuat dan dibuktikan setelah turun utusan direksi dari Jakarta pekan lalu,” ujar sumber media ini, Selasa (30/11/21).
Belum lagi, proses rekruitment tenaga kerja lokal yang tidak berjalan sesuai harapan. Salah satu contoh, baru-baru ini Lembaga Aneuk Syuhada Aceh menyurati manajemen proyek untuk dipekerjakan pada proyek tersebut. Hingga hampir 2 bulan setelah disurati, tidak ada respon apapun oleh manajemen.
“Sudah satu setengah bulan lalu kami surati manajemen untuk mempekerjakan 4 orang perwakilan aneuk syuhada. Tidak ada jawaban hingga hari ini. Kami juga mendengar permintaan dipekerjakan oleh warga lingkungan di Reuleut juga tidak mendapat respon” ujar Ketua Lembaga Aneuk Syuhada Aceh, Mulyadi.
Atas berbagai persoalan internal dan eksternal, panitia pembangunan gedung kampus Unimal dikabarkan sudah melayangkan SP1 untuk manajemen proyek PT Hutama Karya divisi Gedung. Teguran ini disebut sebagai jawaban atas ketidakpuasan panitia terhadap profesionalitas manajemen proyek.
Dihubungi di ruang kerjanya di kampus Unimal Bukit Indah, Manager Teknik, Ginanjar Wahid mengatakan panitia bukan memberi surat peringatan akan tetapi hanya berbentuk teguran tertulis.
“Bukan SP1 akan tetapi PPK (Pejabat Pembuat Komitmen-red) mengirimkan surat teguran tertulis kepada manajemen HK di Jakarta. Teguran itu karena kami mengalami deviasi progres karena menuai hambatan di awal proyek,” kata Wahid.
Demikian juga penggunaan alat berat, menurut dia sudah sesuai spesifikasi. Dia menyebut penggunaan alat berat merk Caterpillar dengan PC 200 sudah sesuai permintaan dokumen yakni 3 unit. Namun dia tidak membantah bahwa di lapangan pihaknya juga menggunakan excavator merk Hitachi. Dia menyebut alat berat merk Hitachi tersebut digunakan sebagai tambahan.
Manager Teknik ini juga mengklarifikasi informasi dugaan manipulasi progres. Angka yang disodorkan pewarta disebut terlalu tinggi. “Sangat tidak mungkin itu progres sudah 20 persen, karena target kita hingga akhir tahun ini di angka 7 %. Dan angka 4 persen itu juga sangat tidak benar. Yang benar saat ini progres pembangunan kita berada di angka 2,75 persen terhitung per Rabu pekan lalu. Karena setiap hari Rabu kita laporkan progres ke pusat” sebutnya.
Dia juga menanggapi permintaan tenaga kerja lokal, terutama warga lingkungan. Sejauh ini, dia mengklaim penggunaan warga lokal sudah mencapai angka 60 sampai 70 persen. Dia merincikan, dari 40 orang tenaga enginer, 25 persen atau 10 orang merupakan putra daerah dan juga alumni Unimal. Ditambah dengan tenaga bantu lainnya, sehingga dia menyebut komposisi tenaga kerja lokal sudah mencapai 70 persen.
“Memang benar Aneuk Syuhada ada datang kemari masukan lamaran pekerjaan. Namun, proses rekruitmen kita sudah buat aturan untuk tenaga kerja lokal kita minta geuchik setempat yang rekomendasi. Jadi kepada aneuk syuhada kami minta kordinasi dengan geuchik setempat. Karena kalau kami terima dari luar lingkungan, kami nantinya juga diprotes” demikian Wahid.