Analisaaceh.com | Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh mencatat, ekonomi Aceh dengan migas triwulan III-2021 terhadap triwulan III-2020 tumbuh sebesar 2,82 persen (y-on-y). Sementara pertumbuhan y-on-y triwulan III-2021 tanpa migas adalah sebesar 2,79 persen.
Dikutip dari Katalog BPS pada Kamis (9/12/2021), perekonomian Aceh Triwulan III 2021 berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp47,51 triliun dengan migas, dan tanpa migas adalah sebesar Rp44,82 triliun. Sementara itu, PDRB atas harga konstan dengan migas adalah sebesar Rp34,34 triliun dan tanpa migas adalah sebesar Rp32,47 triliun.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 17,07 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi ada di komponen impor luar negeri sebesar 94,74 persen.
Ekonomi Aceh dengan migas triwulan III-2021 bila dibandingkan triwulan II-2021 (q-to-q) mengalami pertumbuhan sebesar 3,75 persen. Sementara q-to-q tanpa migas juga mengalami pertumbuhan sebesar 1,34 persen.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 38,37 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi ada di komponen pengeluaran konsumsi LNPRT sebesar 4,41 persen.
Inflasi
Pada bulan Oktober 2021, Provinsi Aceh mengalami inflasi sebesar 0,43 persen. Sedangkan, pada tingkat nasional terjadi inflasi sebesar 0,12 persen. Inflasi “year on year” atau perbandingan harga Oktober 2021 terhadap Oktober 2020 tercatat sebesar 1,90 persen. Sedangkan, inflasi antartahun nasional 1,66 persen.
Pantauan harga komoditas pada bulan Oktober 2021 di Provinsi Aceh tercatat komoditas yang memberi andil inflasi tertinggi yaitu ikan tongkol/ikan ambu-ambu, cabai merah, minyak goreng, ikan kembung, daging ayam ras, udang basah, ayam hidup, pemeliharaan/service, ikan dencis, ikan bandeng/ikan bolu, angkutan udara, ikan teri, semen, laptop/notebook, ikan kakap merah, semangka, pir, dan besi beton.
Sedangkan andil deflasi tertinggi yaitu dari jeruk, telur ayam ras, bawang merah, cumi-cumi, anggur, jeruk nipis/limau, ikan tuna, kentang, beras, emas perhiasan, dan kangkung.
Nilai Tukar Petani
BPS mencatat, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh pada Oktober 2021 yaitu 102,98. Angka tersebut turun sebesar 0,27 persen terhadap NTP September 2021 (103,26). Hal ini disebabkan indeks yang diterima petani (It) turun sebesar 0,14 persen, sedangkan indeks yang dibayar (Ib) petani naik sebesar 0,14 persen.
Dari 34 provinsi, sebanyak 6 provinsi mengalami penurunan NTP, dengan penurunan tertinggi terjadi di Gorontalo sebesar 1,21 persen. Sementara 29 provinsi lain mengalami peningkatan NTP dengan peningkatan tertinggi terjadi di Bengkulu sebesar 2,94 persen.
NTP Nasional sendiri berada pada angka 106,67 atau mengalami kenaikan indeks sebesar 0,93 persen dibanding periode sebelumnya.
Ekspor Impor
Nilai ekspor Aceh pada September 2021 mencapai US$ 51,11 juta, mengalami peningkatan 51,44 persen dibandingkan Agustus 2021 (US$ 33,75 juta). Ekspor Aceh pada September 2021 juga meningkat 95,62 persen jika dibandingkan dengan ekspor pada September 2020 (US$ 26,13 juta).
Sementara itu, nilai impor Aceh September 2021 sebesar US$ 1,27 juta atau turun 83,66 persen dibandingkan nilai impor Agustus 2021 (US$ 7,76 juta) dan naik 361,18 persen dibandingkan nilai impor September 2020 (US$ 0,28 juta).
Total realisasi ekspor hingga September 2021 telah mencapai US$ 323,78 juta atau sebesar 107,78 persen terhadap total realisasi ekspor tahun 2020 (US$ 300,42 juta). Sedangkan total realisasi impor mencapai US$ 41,74 juta atau sebesar 161,94 persen terhadap total realisasi impor tahun 2020 (US$ 25,78 juta).
Adapun neraca perdagangan luar negeri Aceh kondisi September 2021 mengalami surplus sebesar US$ 49,84 juta. Capaian tersebut mengalami kenaikan sebesar 91,79 persen jika dibandingkan kondisi bulan Agustus 2021 yang juga mengalami surplus sebesar US$ 25,99 juta.
Nilai impor nonmigas terbesar secara kumulatif dari Januari hingga September 2021 berasal dari Tiongkok sebesar 35.310.456 USD berupa kelompok komoditas Mesin/Pesawat Mekanik diikuti Singapura sebesar 1.731.917 USD dengan kelompok komoditas berupa Bahan Kimia Organik.
Dari Januari hingga September 2021, Provinsi Aceh hanya mengimpor komoditas nonmigas dari 3 negara, yaitu Tiongkok, Thailand, dan Singapura.
Nilai impor nonmigas terbesar secara kumulatif dari Januari hingga September 2021 berasal dari India yaitu senilai 179.581.711 USD. Sementara ekspor komoditas nonmigas terbesar asal Provinsi Aceh selama bulan September 2021 juga ditujukan ke negara India yaitu senilai 37.500.010 USD dengan komoditas utama berupa Coal, whether or not pulverised, but not agglomerated, other coal (Batubara yang dilumasi maupun tidak tapi tidak diaglomerasi, batubara lainnya), naik sebesar 97,88 persen dibandingkan bulan Agustus 2021.
Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada Agustus 2021 mencapai 2.361 ribu orang, meningkat sebanyak 1 ribu orang dari Agustus 2020 yang mencapai 2.360 ribu orang, dan meningkat sebanyak 104 ribu orang jika dibandingkan dengan Agustus 2019 yang mencapai 2.257 ribu orang.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus 2021 mencapai 6,30 persen, turun 0,29 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2020, dan naik 0,13 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2019.
Pada Agustus 2021, penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 31,55 persen. Penduduk bekerja pada Agustus 2021 paling banyak berstatus buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 35,57 persen, sementara yang paling sedikit berstatus berusaha dibantu buruh tetap/dibayar yaitu sebesar 3,74 persen.
Luas Panen dan Produksi Padi
Luas panen padi pada 2021 sebesar 299,56 ribu hektar, mengalami penurunan sebanyak 5,76 persen dibandingkan 2020 yang sebesar 317,87 ribu hektar. Puncak panen padi pada 2021 terjadi pergeseran dari tahun 2020. Pada 2021, puncak panen terjadi pada bulan April, yaitu mencapai 54,56 ribu hektar, sementara puncak panen pada 2020 terjadi pada bulan Maret.
Produksi padi pada 2021 tercatat sebesar 1,68 juta ton gabah kering giling (GKG), mengalami penurunan sebanyak 4,57 persen dibandingkan 2020 yang sebesar 1,76 juta ton GKG. Produksi padi tertinggi pada 2021 terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 319 ribu ton GKG, sementara produksi terendah terjadi pada bulan Juli, yaitu sebesar 35,23 ribu ton GKG.
Jika potensi produksi padi pada 2021 dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2021 sebesar 0,96 juta ton, mengalami penurunan sebanyak 46,07 ribu ton atau 4,57 persen dibandingkan 2020 yang sebesar 1,01 juta ton. Produksi beras tertinggi pada 2021 terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 182,83 ribu ton.
Sementara itu, produksi beras terendah terjadi pada bulan Juli, yaitu sebesar 20,19 ribu ton. Berbeda dengan produksi pada 2021, produksi beras tertinggi pada 2020 terjadi pada bulan Maret, yaitu sebesar 250,18 ribu ton.
Transportasi Udara dan Laut
Jumlah penumpang angkutan udara pada September 2021 sebanyak 20.359 orang. Angka tersebut meningkat 52,47 persen terhadap bulan Agustus 2021 dan meningkat sebesar 4,93 persen bila dibandingkan bulan September 2020. Selama bulan Agustus – September 2021 (m to m), tidak terdapat penerbangan di Bandara Cut Nyak Dhien, sementara jumlah penumpang di Bandara Sultan Iskandar Muda mengalami peningkatan tertingi sebesar 50,58 persen.
Sedangkan jika dibandingkan antartahun, tiga bandara utama mengalami penurunan, yaitu Bandara Malikussaleh, Bandara Lasikin , dan Bandara Cut Nyak Dhien dengan penurunan tertinggi di Bandara Cut Nyak Dhien.
Jumlah penumpang angkutan laut pada September 2021 di Provinsi Aceh sebanyak 103.812 orang atau meningkat sebesar 6,99 persen terhadap bulan Agustus 2021 dan meningkat 47,51 persen bila dibandingkan bulan September 2020.
Jumlah penumpang angkutan laut antarbulan (m to m) terjadi peningkatan di empat pelabuhan laut besar dengan peningkatan terbesar terjadi di pelabuhan Sinabang (257,75 persen). Sedangkan antartahun, tiga pelabuhan besar mengalami peningkatan, hanya pelabuhan Sinabang yang mengalami penurunan (-70,51 persen).