Analisaaceh.com, Langsa | Berada di pesisir paling Timur Aceh, menjadikan Kota Langsa sebagai salah satu daerah yang dikenal dengan Hutan Mangrovenya. Dimana tumbuhan itu terbentang seluas 8.000 hektar dan berperan penting sebagai tempat hidupnya berbagai flora dan fauna serta menjadikanya benteng penahan air pasang laut yang mengikis tepian pantai (Abrasi).
Manfaat dari tanaman yang hanya tumbuh di air payau tersebut tidak hanya sampai disitu saja. Ternyata kini mangrove juga telah digunakan oleh beberapa masyarakat sebagai bahan dasar untuk membuat kuliner khas dan unik dari Kota Langsa.
Adapun kuliner itu adalah Sirup Mangrove dan beberapa varian lainnya seperti Dodol, Keripik dan Selai Mangrove. Makanan-makanan itu pula terbuat langsung dari buah serta daun dari pohon Mangrove dengan jenis tertentu.
Banyak masyarakat bahkan di Langsa sendiri masih belum mengetahui, bahwa selama ini ada kuliner yang terbuat dari tumbuhan Mangrove. Atas dasar itu pewarta Analisaaceh.com, mencoba untuk menelusuri langsung ke tempat proses pembuatannya di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat, pada Minggu (12/2/2023) sore.
Halimah Azmi (43), salah pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) kuliner Mangrove mengungkapkan bahwa dalam ide penemuannya tersebut didapatkan dari pelatihan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) pada 2017 lalu.
“Saya membuat berbagai jenis produk mangrove ini dari pelatihan PKK, setelah itu pada tahun 2018 saya mulai mencoba mengembangkannya dengan membuat produk pertama yaitu Sirup Mangrove dengan modal awal Rp1 juta,” katanya.
Halimah menjelaskan, proses pembuatan segala varian produk yang dijualnya itu hanya menggunakan bahan – bahan sederhana seperti tepung terigu, tepung ketan, gula, santan dan garam serta tentunya memakai buah dan daun manggrove.
“Untuk proses pembuatan produk seperti sirup, dodol dan selai itu menggunakan buah manggrove jenis Beureumbang, dimana nantinya buah itu akan kita kupas dan diblender untuk diambil inti sarinya, hingga selanjutnya dicampur dengan bahan lainnya seperti gula, garam dan tepung,” jelasnya.
Sedangkan untuk produk keripik mangrove, Halimah membuatnya menggunakan daun manggrove jenis Jeruju. Pembuatannya pun sedikit berbeda karena daun tersebut dalam bentuk mentahnya sedikit berduri. Jadi daun itu harus benar-benar dibersihkan dan dihaluskan sebelum digoreng menggunakan tepung.
Halimah juga mengungkapkan, bahwa usahanya itu selama ini hanya dijalankan dari kediamannyanya saja, dengan membuka gerai dan melakukan promosi dari mulut ke mulut. Hal itu pula yang membuat produknya belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
“Iya untuk penjualannya jika kita bilang banyak juga tidak, karena masyarakat Langsa sendiri banyak belum mengetahui tentang produk ini. Makanya itu untuk proses pembuatan tidak saya lakukan setiap hari karena minat konsumen belum terlalu banyak, walaupun ada beberapa kali pelanggan dari luar kota yang meminta untuk dikirimkan,” ungkapnya.
Menurut Halimah, produk unik tersebut memiliki potensi untuk tumbuh kembangnya perekonomian masyarakat Kota Langsa, dikarenakan untuk bahan dasarnya yaitu buah Beureumbang, dirinya selalu membeli dari masyarakat setempat yang mau memetiknya seharga Rp5 perkilogramnya.
“Padahal produk ini bisa menjadi salah satu pilihan oleh-oleh khas untuk dibawa pulang jika masyarakat dari luar Langsa berkunjung, terlebih daerah kita ini dikenal dengan Hutan Mangrovenya,” sebutnya.
Makanan dan minuman itu memberikan sensasi berbeda saat menyentuh lidah. Contoh halnya pada produk sirup manggrove, dodol dan selai memiliki rasa manis seperti kurma, namun diujung rasa itu akan terasa sedikit asam yang menyenggarkan di dalam mulut.
Halimah juga berharap agar pemerintah kota setempat dapat lebih memperhatikan para pelaku UMKM yang berjuang sendiri dalam upaya memperbaiki ekonomi masyarakat, yang membawa nama Kota Langsa agar dapat lebih dikenal luas dengan aneka kuliner unik khasnya.
“Harapan saya, mungkin dari pemerintahan dapat mensupport perjuangan kami, seperti membangun gerai-gerai khusus untuk nantinya kami lebih bisa memperkenalkan produk mangrove ini kebanyakan orang dari dalam maupun luar Langsa. Karena selama hampir 5 tahun, saya terus memperjuangkan untuk mengembangkan usaha ini dengan menciptakan berbagai varian,” pungkas Halimah Azmi.