Wakili Komisi XII DPR RI, Fadhli Ali Tegaskan Pentingnya Pengelolaan Lingkungan di Lhok Pawoh

Sekretaris Wilayah Petani Aceh, Fadhli Ali saat menyampaikan sambutan pada acara Sosialisasi Program Desa Mandiri Peduli Gambut (DPMG) yang dilaksakan di Gampong Lhok Pawoh Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Selasa (25/11/2025). Foto:Ahlul Zikri/Analisaaceh.com

Analisaaceh.com, Blangpidie | Sekretaris Wilayah Petani NasDem Aceh, Fadhli Ali menegaskan bahwa persoalan lingkungan menjadi isu penting dunia yang butuh perhatian dan partisipasi semua pihak saat ini.

Hal itu disampaikan Fadhli Ali pada acara sosialisasi program Desa mandiri Gambut (DPMG) mewakili Anggota Komisi XII DPR RI, Irsan Sosiawan Gading, yang dilaksakan di Gampong Lhok Pawoh Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Selasa (25/11/2025).

Menurutnya, kerusakan lingkungan di darat maupun laut bukan sekedar isu lokal, tetapi merupakan persoalan dunia.

“Banyak kerusakan terjadi akibat ulah manusia—mulai dari penebangan kayu sembarangan hingga aktivitas tambang illegal yang menggunakan alat berat,” kata Fadhli Ali saat menyampaikan sambutan.

Lebih lanjut, sebut Fadhli Ali, isu lingkungan, termasuk gambut dan mangrove adalah persoalan global dan menjadi perhatian serius dunia tidak terkecuali pemerintah Indonesia. Karena itu ada perambahan dan pengrusakan rawa gambut serta mangrove akan mendapat sorotan dari berbagai pihak.

“Persoalan yang berkaitan dengan isu lingkungan adalah persoalan yang sangat penting, bukan hanya bagi Lhok Pawoh, bukan hanya bagi Aceh dan Indonesia, akan tetapi persoalan dunia,” ucapnya.

Fadhli menjelaskan, perambahan hutan penebangan kayu secara tidak bertanggungjawab, juga tambang illegal dengan alat berat mempercepat pemanasan global. Karena itu, ia justru setuju dan mendorong pola pertambangan rakyat yang dilakukan secara manual dan dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Terbuka partisipasi luas memanfaatkan potensi sumber daya alam dari bahan mineral itu dari berbagai lapisan masyarakat.

“Menambang emas dengan menggunakan alat berat, apalagi ilegal, itu sangat berbahaya. Boleh saja mengambil sumber daya alam, tetapi harus mengutamakan keberlanjutan. Pertambangan manual memberi ruang ekonomi bagi banyak orang dan lebih rendah dampak serta kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya,” sebutnya.

Fadhli menyebutkan, isu gambut, mangrove dan ekosistem pesisir menjadi bagian dari tugas anggota DPR RI Komisi XII. Dimana, komisi tersebut membidangi persoalan lingkungan.

Bahkan, tambahnya, sejalan dengan latar belakang pendidikan, keahlian dan pengalamannya Irsan Sosiawan Gading yang berasal dari Dapil II Aceh dipercayakan jadi anggota DPR RI XII Ketua DPW Partai NasDem Aceh itu merupakan lulusan Amerika bidang pertambangan. Karena itu beliau berada di komisi yang membidangi Energi Sumber Daya Mineral dan lingkungan di DPR RI

Ia melihat Lhok Pawoh memiliki potensi besar untuk pengembangan lingkungan dan ekonomi masyarakat. Sungai dan kawasan pesisir di gampong itu dinilai mampu menampung ratusan boat dan dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata berbasis ekosistem alam yang eksotis asal potensi alamnya dikelola secara baik untuk kepentingan ekonomi masyarakat yang harmonis dengan kelestarian alam secara bersamaan.

“Saya melihat Lhok Pawoh ini kaya sekali potensinya. Mungkin sebagian orang melihat sungai-sungai seperti ini tidak memiliki manfaat dan sumber bencana. Padahal, ini banyak sekali potensi yang bisa dimanfaatkan. Selain sebagai sumber potensi ekonomi jadi tempat labuh tambat dan docking perahu nelayan berbagai jenis, di sisi kiri kanan sungai dengan kondisi ekosistem dapat dikembangkan penghijauan dengan menanam mangrove sehingga jadi penyangga kehidupan dan jadi destinasi wisata di Abdya,” ujarnya.

“Bahkan, sungai yang dimiliki Lhok Pawoh dapat menampung ratusan boat nelayan. Apalagi, menanam mangrove dan kelapa itu bagian dari upaya mitigasi bencana. Bagaimana kemudian kita bisa lebih survive atau bertahan hidup jika bencana itu datang,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Fadhli menyoroti manfaat mangrove yang mampu menyerap karbon hingga 1.080 metrik ton per hektar setahun.

“Jika mangrove rusak, butuh 200 tahun agar dapat kembali ke fungsi semula. Ini bukan waktu singkat,” tegasnya.

Fadhli Ali memberikan apresiasi atas keberhasilan desa Lhok Pawoh mendapatkan berbagai program, seperti Program Kampung Nelayan Merah Putih dan Proklim.

“Partisipasi masyarakatnya sangat bagus. Pantas banyak program yang diberikan bagi desa ini dari berbagai instansi,” ungkap Fadhli Ali.

Sementara itu, Direktorat Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (PPEG) Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), Eka Jatnika Arifin menjelaskan antusiasme masyarakat Lhok Pawoh dalam menjalankan program pemberdayaan. Maka dari itu, kementrian mendorong sejumlah program seperti ternak sapi, penanaman rambutan, durian dan kelapa.

“Insyaallah bantuan ini menjadi modal awal. Setelah sapi dijual, harus dibeli bibit baru. Begitu juga tanaman, setelah panen wajib ada pemeliharaan,” ujar Eka.

Eka menekankan pentingnya legalitas kelompok masyarakat agar program dapat berkelanjutan. Dengan adanya legalitas, kelompok dapat membuka rekening sendiri, memiliki NPWP, dan lebih mudah bekerja sama dengan berbagai pihak.

“Untuk kemandirian itu tidak cukup cuma 1-2 tahun. Setelah adanya kelembagaan atau legalitas yang resmi, Bapak-Ibu bisa melanjutkan dengan berbagai pihak. Ini bisa menjadi modal dasar untuk perencanaan berkelanjutannya program,” ujarnya.

Eka berharap kolaborasi lintas lembaga—termasuk Dinas LHK, pemerintah kecamatan, hingga masyarakat—dapat berjalan konsisten.

“Program tidak boleh berhenti di sini. Semangat masyarakat sudah bagus, tinggal dijaga dengan komitmen bersama,” ujarnya.

Eka menambahkan, keberlanjutan program akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan warga Lhok Pawoh.

“Jika dikelola baik, program ini bisa membuat gampong lebih mandiri dan ekonominya bertumbuh. Semoga program ini dapat berjalan dengan lancar, bermanfaat buat kita semua, sehingga kedepannya masyarakat di gampong Lhok Pawoh bisa mandiri,” pungkas Eka.

Dalam acara tersebut turut hadir Keuchik Lhok Pawoh, Amiruddin, Sekdes Taufiq Amral, Sekcam Manggeng, Sekretaris Wilayah Petani Nasdem Aceh, Fadhli Ali, Dekan Fakultas Pertanian USK, Prof dr Ir Ashabul Anhar M.sc, Direktorat Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (PPEG), Deputi TLSDAB Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), Eka Jatnika Arifin dan Sekretaris Dinas Perkim LH Abdya, Dewi Marlina serta masyarakat setempat.

Komentar
Artikulli paraprakProgram DMPG Hadir di Lhok Pawoh, USK Siapkan Pelatihan Jus Nipah untuk Ibu-Ibu
Artikulli tjetërTower Transmisi SUTT Arun-Bireuen Roboh Diterjang Banjir Bandang, Seluruh Wilayah Abdya Gelap Gulita