Analisaaceh.com, Blangpidie | Sulitnya memperoleh bahan bakar minyak (BBM) mulai dirasakan masyarakat Aceh khususnya dan Aceh Barat Daya (Abdya) umumnya dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini dipicu banjir dan longsor yang melanda sejumlah kabupaten/kota, ditambah pemadaman listrik yang membuat kebutuhan BBM meningkat tajam.
Meski kabupaten Abdya tidak terdampak langsung bencana, antrean kendaraan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan Pertashop justru semakin mengular dan mengkhawatirkan. Bahkan, setiap hari ratusan kendaraan roda dua dan empat memenuhi area pengisian, sementara kios eceran ikut kehabisan stok BBM.
Ironisnya, kemunculan pedagang BBM dadakan membuat masyarakat terbebani karena menjual bensin di atas harga resmi pemerintah.
Situasi ini dimanfaatkan pedagang BBM dadakan yang membuat masyarakat terbebani, karena mereka menjual Pertalite dan Pertamax di atas harga resmi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Pertamax bahkan dipasarkan dalam botol air mineral 1,5 liter dengan harga Rp20–45 ribu, sedangkan ukuran 600 ml dijual Rp15–20 ribu per botol. Padahal, harga resmi Pertamax sesuai ketetapan Pertamina adalah Rp12.500 per liter. Keuntungan yang diraup pedagang eceran dadakan ini disinyalir mencapai ratusan persen di tengah kesulitan warga
Di Abdya terdapat tiga SPBU—Pantai Perak Susoh, Kedai Paya Blangpidie, dan Babahrot—serta sejumlah Pertashop di beberapa kecamatan. Pantauan Kamis (4/12/2025), antrean pembeli semakin panjang di SPBU Pantai Perak Susoh dan Kedai Paya Blangpidie.
Di SPBU Pantai Perak Susoh, antrean mobil memanjang hingga perbatasan Gampong Padang Hilir dan Keude Siblah Blangpidie. Sementara itu, antrean sepeda motor menjalar sampai depan SDN 1 Susoh. Banyak warga akhirnya memilih membeli BBM eceran meski harganya melonjak, karena tidak sanggup menunggu berjam-jam di SPBU.
Menanggapi situasi tersebut, Anggota DPRK Abdya dari Partai Gelora, Deviyani menjelaskan bahwa lonjakan permintaan BBM terjadi akibat kekhawatiran masyarakat setelah banjir melanda beberapa wilayah Aceh.
“Karena bencana banjir di beberapa daerah, masyarakat merasa takut dan resah akan kekurangan BBM,” kata Deviyani, Kamis (4/12/2025).
Deviyani menilai sebagian oknum diduga membeli dan menimbun BBM sehingga memperparah antrean. Kondisi listrik yang tidak stabil juga membuat beberapa SPBU tidak dapat beroperasi secara normal.
“Ketakutan dan keresahan inilah yang menyebabkan antrean BBM di setiap SPBU di seluruh kabupaten/kota di Aceh,” ucapnya.
Deviyani meminta warga, terutama pedagang, tidak mengambil keuntungan berlebihan di tengah situasi sulit ini. Ia menegaskan bahwa penjualan BBM dengan harga jauh di atas ketentuan hanya akan menambah beban penderitaan masyarakat.
“Seharusnya pihak-pihak yang memperjualbelikan BBM tidak menaikkan harga BBM sedrastis mungkin hingga menyusahkan masyarakat,” ungkap Deviyani.




