Analisaaceh.com, Lhoksukon — Kuota pupuk urea bersubsidi tahun 2020 untuk Propinsi Aceh bertambah dari tahun sebelumnya. Namun, meski alokasi bertambah, kelangkaan pupuk di level petani akan tetap dirasakan.
Hal ini terungkap dalam konperensi pers PT Pupuk Iskandar Muda bersama awak media yang digelar di Aula Serbaguna Komplek Perumahan PIM di Krueng Geukuh, Aceh Utara, Rabu (24/2/21).
Press congerence terkait publikasi kinerja PIM tahun 2020 dan rencana kerja 2021, diikuti langsung oleh Direktur Utama PT PIM, Yanuar Budinorman secara virtual. Sedangkan jajaran direksi PT PIM hadir langsung bersama wartawan di aula serbaguna.
Yanuar menjelaskan di tahun 2020, Pemerintah memberikan mandat untuk menyalurkan pupuk Urea Bersubsidi di enam wilayah distribusi (Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi) sebanyak 344.024 ton.
Total produksi pupuk Urea PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) tahun 2020 sebanyak 402.108 ton lebih besar dari rencana target 300.000 ton. Kelebihan dari produksi pupuk Urea tersebut menjadi stok untuk tahun selanjutnya dan juga dijual secara komersial.
Yanuar Budinorman menjelaskan bahwa terkait dengan penyaluran pupuk Urea bersubsidi tahun 2020, terjadi peningkatan jumlah alokasi yang dimandatkan oleh Pemerintah dibandingkan dengan tahun 2019.
“Tahun 2020 lalu kita diberi tanggung jawab untuk menyalurkan pupuk Urea subsidi sebesar 344.024 ton. Sedangkan untuk tahun 2019, kita hanya memperoleh alokasi sebesar 270,139 ton dan setelah dua kali pengajuan realokasi oleh Dinas Pertanian bertambah menjadi 271.331 ton. Artinya, terdapat penambahan alokasi sebanyak 72.693 ton” kata dia.
Rinciannya, Aceh sebesar 68.960 ton, Sumut 148.426 ton, Sumbar 62.001 ton, Riau 35.277 ton, Kepri 117 ton, dan Jambi 29.243 ton.
Lebih lanjut, Yanuar menerangkan bahwa khusus untuk wilayah Aceh, sesuai SK Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh tahun 2020 No. 820/1747/VI-1 Tanggal 01 Oktober 2020 alokasi pupuk Urea bersubsidi sebesar 68.960 ton. “Jumlah alokasi ini meningkat dibandingkan tahun 2019 lalu yang hanya 55.900 ton,” ungkapnya.
Untuk tahun 2021 PIM menyiapkan pupuk urea bersubsidi sebanyak 460.418 ton untuk memenuhi kebutuhan pupuk di Provinsi Aceh sebanyak 76.006 ton, Sumatera Utara 154.916 ton, Sumatera Barat 68.754 ton, Riau 37.572 ton, Kepri 110 ton, Jambi 30.057 ton, Kalimantan Barat 35.475 ton, Kalimantan Tengah 16.912 ton dan Kalimantan Selatan 40.616 ton.
Sesuai SK Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh Nomor 820/01/VI-1 tanggal 04 Januari 2021 Provinsi Aceh mendapat alokasi pupuk urea bersubsidi sebesar 76.006 ton, ada penambahan alokasi pupuk urea bersubsidi sebesar 7.046 ton atau 10,21 % dibanding tahun 2020 dengan rincian sbb,:
Kabupaten Aceh Selatan 3.000 ton, Aceh Tenggara 6.073, Aceh Timur 6.500 ton, Aceh Tengah 2.100 ton, Aceh Barat 2.000 ton, Aceh Besar 8.042 ton, Pidie 8.000 ton, Aceh Utara 12.000 ton, Simeulue 857 ton, Aceh Singkil 1.550 ton, Bireuen 3.100 ton, Aceh Barat Daya 4.600 ton, Gayo Lues 1.500 ton, Aceh Jaya 2.100 ton, Nagan Raya 3.260 ton, Aceh Tamiang 2.305 ton, Bener Meriah 3.500 ton, Pidie Jaya 2.999 ton, kota Banda Aceh 10 ton, kota Lhokseumawe 160 ton, kota Langsa 550 ton dan Kota Subussalam 1.800 ton,
Berkenaan dengan suplai gas yang menjadi bahan baku pembuatan pupuk, Yanuar mengungkapkan bahwa saat ini kontrak yang telah berjalan masih tinggi meskipun telah memperoleh harga yang lebih rendah dari tahun 2019 lalu. “Harga gas yang kita peroleh selama ini sebesar USD 6.61 / mmbtu dengan skema take or pay yang mewajibkan pembayaran sebesar 90% dari total suplai gas yang disalurkan oleh mitra dan berdurasi 10 tahun dari 2020-2030. Saat ini kita terus berupaya untuk mengoptimalkan proses produksi dan melakukan efisiensi pada sektor pengeluaran lainnya,” terangnya.
Yanuar juga menyampaikan bahwa PIM akan terus berkomitmen untuk pencapaian visi yang telah dicanangkan yaitu menjadi Perusahaan Pupuk dan Petrokimia yang kompetitif. Demi mencapai cita-cita tersebut, rencana-rencana pengembangan telah dicanangkan dan mulai dijalankan satu per satu.
“Pembangunan pabrik NPK yang akan menjadi salah satu produk diversifikasi PIM telah berjalan dan diharapkan dapat menunjang pertumbuhan perusahaan pada tahun 2022,” terang Yanuar.
Yanuar menambahkan bahwa PIM juga telah membuka komersialisasi kawasan Iskandar Muda Industrial Area atau IMIA yang bersebelahan dengan pabrik eksisting PIM kepada para investor baik nasional maupun internasional. “Lahan IMIA sedang dilakukan proses scrapping atau pembongkaran dan terdapat pabrik H2O2 telah disewakan kepada investor untuk meningkatkan pendapatan lain lain perusahaan,” ujarnya.
Terkait tanggung jawab sosial Perusahaan, Yanuar menjelaskan bahwa selama tahun 2020 lalu PIM juga telah menyalurkan berbagai bantuan untuk pemberdayaan masyarakat lingkungan dalam berbagai bentuk. “Di antaranya bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan berupa pelatihan, prasarana, dan sarana pendidikan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum, bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam dan bantuan sosial kemasyarakatan,” terang Yanuar.
Program CSR selama tahun 2020 berfokus pada penanganan pandemi Covid – 19 khususnya di kawasan Aceh Utara dan Lhokseumawe. “Ribuan masker dan alat pelindung diri serta Antiseptic chamber telah kita berikan ke berbagai rumah sakit dan puskesmas serta kepada masyarakat. Selain itu, penyemprotan desinfektan juga telah dilakukan di berbagai fasilitas publik.
PIM juga telah membantu masyarakat tidak mampu dalam hal pembangunan Rumah Sehat Sederhana (RSS) dengan realisasi pada tahun 2020 sebanyak 7 unit dan total rumah yang sudah dibangun sebanyak 263 unit dengan total biaya Rp 6,8 milyar,memberkan bantuan 2 unit Ambulance untuk Yayasan Kebangkitan Rakyat Aceh dan Lembaga Dewantara Sehat, menyalurkan bantuan beras setiap bulannya kepada masyarakat yang kurang mampu, dan melakukan kegiatan sosial membantu saudara kita yang terkena korban bencana banjir Aceh Utara.
Jika PIM berkembang dan terus mengalami kemajuan, maka akan berdampak positif terhadap perekonomian Aceh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Produksi pertanian tetap terjaga. Kebutuhan pangan terjamin. Para petani dapat terus menjalani mata pencahariannya. Perputaran ekonomi di wilayah-wilayah sekitar PIM semakin kencang. Bisnis-bisnis dan usaha-usaha masyarakat terus bertumbuh. Lapangan-lapangan pekerjaan baru akan terbuka.
Sebuah multiplier effect akan tercipta
PIM menyadari pentingnya peran media sebagai mitra strategis Perusahaan. Oleh karena itu, Perusahaan ini mengharapkan dukungan dari para awak media terhadap setiap kegiatan PIM dan rencana-rencana pengembangan yang akan dilakukan sehingga Perusahaan ini dapat “Tumbuh dan bemanfaat” lebih besar bagi seluruh stakeholder.
Mendapati pertanyaan wartawan seputar penyaluran pupuk subsidi yang dinilai tidak tepat sasaran dan selalu terjadi kelangkaan, direksi PT PIM menjawab pertanyaan klasik tersebut.
Direktur Komersil, Rochan Syamsul Hadi mengatakan kelangkaan pupuk bukan karena ketidakmampuan produksi dari PT PIM. “Akan tetapi karena kuota yang diberikan pemerintah melalui Departemen Pertanian berdasarkan RDKK itu hanya sepertiga dari keinginan atau kebutuhan petani” ujarnya meluruskan.
Rochan menyebut tidak tertutup kemungkinan penyimpangan penyaluran terjadi di tingkat bawah. “Untuk itu, kami juga minta partisipasi rekan-rekan wartawan untuk melakukan pengawasan. Bila ditemui di lapangan adanya penyimpangan distribusi, foto saja dan akan kami tindak” kata Rochan yang didampingi Direktur Operasi dan Produksi Jaka Kirwanto dan Manager Humas, Nasrun.