Aminullah Usman di Mata Mantan Pelatih Persiraja, Anwar

Pemain Legendaris Aceh, Dikenal dengan Roberto Carlos

Pemain Legendaris Aceh, Dikenal dengan Roberto Carlos

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Begitu menyebutkan nama Aminullah Usman, publik lebih mengenalnya sebagai ‘Roberto Carlos Aceh’.

Wajar saja, karena Wali Kota Banda Aceh ini dulunya merupakan seorang pemain sepakbola dengan kekuatan kaki kidalnya kerap menghadirkan petaka bagi pertahanan lawan saat aktif sebagai pemain. Gaya bermainnya mirip dengan legenda Brazil dan Real Madrid, Roberto Carlos.

Prestasi demi prestasi ia raih bersama BPD (Bank Aceh) di sejumlah event sepakbola, baik level lokal maupun nasional.

Yang paling diingat publik sepakbola Aceh adalah prestasi di level nasional. Aminullah berhasil membawa klub sepakbola BPD Aceh menjuarai Pekan Olahraga dan Seni BPD se-Indonesia.

Hebatnya, juara diraih ‘Carlos Aceh’ dkk untuk tiga edisi. Selain juara di Makassar pada 2007, BPD yang dilatih Coach Anwar saat itu juga meraih juara saat event dua tahunan tersebut digelar di Balikpapan dan Palembang.

Prestasi Wali Kota Banda Aceh sebagai pemain kemudian menular saat ia membina klub sepakbola profesional.

Pada periode 1997 sampai dengan tahun 2000, Aminullah menjabat sebagai manajer Persiraja. Saat itu tim ‘Lantak Laju’ berlaga di kasta teratas sepakbola Indonesia (Sekarang Liga 1).

Selanjutnya saat Aminullah tidak lagi berada di jajaran pengurus ‘The Orange Force’ turun sempat turun kasta.

Pada tahun 2006, Aminullah yang ditunjuk sebagai Ketua Harian berhasil membawa Persiraja promosi ke Divisi Utama karena sebelumnya sempat mengalami degradasi. Ia berhasil mengembalikan Persiraja ke habitatnya, sejajar dengan tim-tim besar lainnya seperti Persija Jakarta dan Persib Bandung. Aminullah saat itu menunjuk Anwar sebagai pelatih didampingi Dahlan Jalil dan Zaim Merdeka sebagai Asisten Pelatih.

Kemudian pada 2009, dengan segala keterbatasan ia mampu membuat Persiraja bertahan.

“Apapun jabatannya, Pak Amin memiliki peran utama di dalam tim Persiraja,” kenang mantan pelatih Anwar, Jumat (9/7/2021).

Anwar juga menyebutkan pada 2017, perjuangan Persiraja sagat berat karena Liga 2 saat itu terdiri dari 64 tim. PSSI membuat aturan tim yang bertahan hanya 24, sementara 40 tim lainnya degradasi.

“Disitu juga peran Pak Amin sagat besar. Beliau mampu memotivasi pemain. Dan sebagai pelatih saat itu, saya sangat berterimakasih pada beliau,” ungkap Anwar yang juga pernah mengarsiteki PSAP dan PSBL Langsa.

Putra kelahiran Seuradeuk, Woyla Aceh Barat 63 tahun yang lalu adalah sosok penting dibalik suksesnya Persiraja promosi ke Liga 1.

Usai memenangkan kontestasi politik, Pilkada Banda Aceh pada 2017 lalu, Aminullah menjadi sosok penting dari lahirnya Persiraja yang memiliki manajemen profesional dan mandiri.

Ia mengarahkan Persiraja dikelola lebih baik dari sebelumnya, menjadi mandiri dan tidak bergantung dari APBK. Hasilnya seperti yang dilihat sekarang, tim kebanggaan masyarakat Aceh di bawah kendali Presiden Klub, H Nazaruddin Dek Gam menjelma sebagai sebuah klub sepakbola yang mampu bersaing dengan tim-tim mapan lainnya di kasta tertinggi sepakbola Indonesia.

Tentu pencapaian tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebuah hasil dari kerja keras Aminullah mendorong seluruh stakeholder sepakbola di Banda Aceh untuk kemajuan Persiraja.

Bagi Anwar, mantan pelatih Persiraja Banda Aceh, Aminullah Usman adalah satu-satunya tokoh yang sangat konsen membangun prestasi sepakbola Aceh setelah Almarhum Dimurthala.

Pandangan Anwar memang tidak berlebihan, karena dedikasi seorang Aminullah Usman untuk sepakbola sangat tinggi, sama dengan yang telah dilakukan H Dimurthala.

Ia rela mengorbankan segenap waktu, tenaga, pikiran dan bahkan hartanya untuk kemajuan Persiraja dan juga sepakbola Aceh.

Banyak cara bagi Aminullah membangkitkan sepakbola. Salah-satunya dengan memberi kesejahteraan bagi pemain. Saat menjabat sebagai Dirut BPD, ia kerap berkeliling Aceh dengan tim sepakbola bank plat merah tersebut.

Saat itu, Aminullah memiliki program membuka 100 Cabang Pembantu di seluruh Aceh. Di setiap kunjungannya ke daerah, ia selalu bertanding sepakbola membela BPD menghadapi klub setempat. Selain bertanding, sebagai pembina sepakbola perhatiannya untuk klub-klub sepakbola luar biasa. Ia sering memberikan bantuan untuk klub-klub setempat, mulai dari kostum tim, bola dan peralatan latihan lainnya.

Saat bertanding ia memiliki tujuan untuk melihat talenta-talenta muda di seluruh pelosok Aceh. Tidak lupa, pelatih Anwar selalu diboyong agar bisa melihat bibit-bibit baru sepakbola Aceh tersebut.

Saat menemukan pemain muda potensial, ia langsung merekrut dan memberi pekerjaan menjadi karyawan BPD.

Kebijakan Aminullah tersebut kemudian memantik semangat anak-anak di seluruh Bumi Iskandar Muda berlatih sepakbola. Anak-anak memenuhi lapangan di gampong-gampong bermain si kulit bundar. Karena bagi mereka, sepakbola memberi harapan masa depan yang menjanjikan, bisa meraih kesejahteraan, meningkatkan perekonomian keluarga.

Selain Anwar, mantan gelandang Persiraja, Dahlan Jalil juga memberikan pandangan terhadap kiprah Aminullah untuk sepakbola.

Dahlan Jalil yang jadi bintang utama Persiraja pada periode 1998 hingga tahun 2000-an, terutama saat Aminullah menjabat sebagai manajer juga merasakan bimbingan mantan Dirut BPD itu.

Ia melihat sosok ‘Carlos Aceh’ itu sangat fokus membangun kekuatan tim. Apapun dilakukan untuk kemajuan tim kebanggaan masyarakat Aceh tersebut. Hasilnya, saat itu Persiraja selalu eksis di liga utama sepakbola Indonesia. Hasilnya, publik sepakbola juga bisa menyaksikan bintang-bintang sepakbola Indonesia dari klub-klub besar saat bertandang ke Banda Aceh.

Bahkan lanjutnya, saat memanajeri Persiraja di tahun 1998, setiap bertandang ke markas lawan selalu mendapatkan poin, hal yang sangat sulit dilakukan di Liga Indonesia.

“Kita saat itu berada di jalur juara, sudah diambang 8 besar. Di grup barat kita runner up. Namun tiba-tiba liga dihentikan karena kondisi politik dan perekonomian nasional saat itu yang tidak kondusif akibat resesi dunia. Indonesia mengalami krisis moneter. Padahal tim kita sangat kompetitif saat itu,” ungkap Dahlan Jalil.

Kemudian lanjut Dahlan, prestasi sepakbola BPD yang meraih tiga kali juara Pekan Olahraga dan Seni BPD se-Indonesia juga menjadi bukti bagaimana seorang Aminullah mampu membangun kekuatan tim dan membangkitkan motivasi pemain hingga selalu berada di level permainan tertinggi.

“Banyak kenangan dengan Pak Amin di Persiraja. Kemudian di BPD bisa juara se-Indonesia tiga kali, di Makassar, Balik Papan dan Palembang juga sangat membekas di ingatan pemain. Ia mampu membangun tim, memelihara motivasi pemain hingga terus berprestasi,” kenang Dahlan Jalil.

Saat ini, sepakbola Aceh mampu berbicara di level nasional. Persiraja yang berkompetisi di Liga 1 menjadi salah-satu indikator keberhasilan sepakbola Aceh. Tim usia muda, seperti PON maupun level kelompok umur lainnya juga mencatatkan prestasi. Itu hadir karena semangat anak-anak Aceh bermain sepakbola sangat tinggi sehingga mudah menemukan talenta-talenta muda yang siap diterjunkan ke berbagai kompetisi.

Aminullah saat ini masih sangat bugar, masih memiliki ide-ide segar untuk kemajuan sepakbola. Setiap pecinta sepakbola pasti menunggu karya-karya selanjutnya dari seorang Aminullah untuk sepakbola Aceh.[]

Komentar
Artikulli paraprakGubernur Aceh Keluarkan Edaran Larangan Cuti Bagi ASN Selama Hari Libur Nasional 2021
Artikulli tjetërFitur Terbaru WA, Ini Cara Sembunyikan Chat di WhatsApp