Analisaaceh.com, Banda Aceh | Cabang olahraga (cabor) Arung Jeram Kota Banda Aceh dipastikan gagal berangkat mengikuti Pra Pekan Olahraga Aceh (Pra PORA) yang digelar di Kabupaten Aceh Selatan.
Kegagalan ini disebabkan oleh minimnya dukungan dana dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Banda Aceh, yang hanya memberikan bantuan sebesar Rp10 juta.
Pra PORA Aceh Selatan dijadwalkan berlangsung selama 10 hari, dan menjadi ajang penting bagi setiap daerah untuk memperebutkan tiket menuju PORA 2026 di Kabupaten Aceh Jaya.
Tim Arung Jeram Banda Aceh sejatinya telah menyiapkan 7 atlet putra, 1 pelatih, 1 manajer, dan 2 ofisial yang telah berlatih intensif selama beberapa bulan terakhir.
Ketua Pengurus Cabor Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kota Banda Aceh, Wardhana Prasetya, menyebutkan bahwa dengan anggaran yang diberikan, pihaknya tidak sanggup menanggung seluruh biaya keberangkatan dan operasional tim selama pertandingan berlangsung.
“Dana Rp10 juta itu sudah harus mencakup transportasi, konsumsi, administrasi, akomodasi, hingga penginapan selama 10 hari. Jelas tidak cukup untuk 11 orang. Akhirnya, dengan berat hati kami memutuskan tidak berangkat,” ujar Wardhana di Banda Aceh, Senin (10/11).
Ia menambahkan bahwa proposal anggaran telah diajukan kepada KONI Banda Aceh sesuai kebutuhan riil tim, namun alokasi yang diberikan dinilai sangat tidak proporsional dibandingkan total anggaran pembinaan olahraga KONI Banda Aceh yang mencapai hampir Rp1 miliar untuk persiapan Pra PORA tahun ini.
“Kami sangat kecewa. Para atlet sudah bekerja keras dan berlatih setiap hari, bahkan menggunakan dana pribadi. Selama masa latihan, tidak satu persen pun biaya ditanggung KONI Banda Aceh. Tapi saat kesempatan tampil datang, pupus karena dana yang diberikan tidak layak dan tidak cukup. Seharusnya anggaran hibah hampir Rp1 miliar itu difokuskan untuk Pra PORA, bukan untuk hal lain,” tegasnya.
Wardhana menilai kejadian ini mencerminkan kurangnya perhatian dan pemerataan pembinaan terhadap seluruh cabang olahraga di Banda Aceh.
Ia berharap Pemerintah Kota melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) dapat mengawasi KONI Banda Aceh agar lebih transparan, terbuka, dan bijak dalam mengelola dana hibah, sehingga setiap cabor mendapatkan porsi yang adil dan bisa berpartisipasi dalam event Pra PORA.
“Kalau pola seperti ini terus berulang, sulit bagi olahraga Banda Aceh untuk berkembang. Apalagi kalau masih bermimpi menjadi juara umum di PORA, itu hanya mimpi di siang bolong. Atlet butuh dukungan nyata, bukan sekadar janji,” pungkasnya.




