BPP Syamtalira Bayu Kembangkan Padi Tanpa Pupuk, Hasil Signifikan

Kepala BPP Syamtalira Bayu Nuraida, SP sedang panen padi penyuluh swadaya teladan di Gampong Alen, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara beberapa waktu lalu.

Analisaaceh.com, Lhoksukon | Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Syamtalira Bayu, Aceh Utara kembangkan padi lokal yang tidak menggunakan pupuk. hal itu dilakukan dengan memanfaatkan nutrisi tanaman dari LSM Flora dan Fauna, agar bisa memproduksi gabah meskipun dalam kondisi pupuk langka.

Kepala BPP Syamtalira Bayu Nuraida, SP kepada sejumlah wartawan, Senin (9/3) menjelaskan, disaat pupuk langka dan petani kesulitan mendapatkannya, akhirnya hasil produksi gabah turut menurun. Oleh karena itu pihaknya mencari solusi, agar petani tidak tergantung dengan pupuk.

“Untuk mengatasi hal tersebut, kita telah melakukan uji coba menanam padi lokal varietas Sigupai tanpa menggunakan pupuk. Nutrisi tanaman yang digunakan jenis Groundi-E dari LSM Flora dan Fauna,” ujarnya.

Uji coba BPP telah berhasil di sejumlah lokasi, salah satunya milik penyuluh Swadaya Teladan, Ilham di Gampong Alen, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara. Petugas telah menghitung hasil panen dari tanaman padi yang dikembangkan dengan Ground-E. Dari ukuran 2,5 X 2,5 meter yang dipanen, mampu menghasilkan gabah 4,5 kilogram. Sehingga ketika dikonversikan per hektare mneghasilkan gabah 7,2 ton.

Hasil panen 7,2 ton per hektar merupakan hasil tanpa menggunakan pupuk pada tanaman padi. Namun bila nutrisi Ground-E dikombinasikan dengan pupuk Urea diperkirakan, hasil panen bisa mencapai 10 ton per ha.

“Menggunakan nutrisi tanpa pupuk, bisa menghasilkan sampai 7,2 ton per hektare. Namun bila dikombinasikan Ground-E dengan pupuk hasilnya bisa mencapai 10 ton,” jelasnya.

Sementara itu Ketua LSM Flora dan Fauna, Darwis Kuta menjelaskan, pihaknya juga telah melakukan demplot penggunaan nutrisi di sejumlah lokasi. Hasilnya sama dengan produksi tanaman yang diujicoba BPP Syamtalira Bayu.

“Kita melakukan demplot untuk membantu petani yang sering mengalami kelangkaan pupuk,” jelas Darwis Kuta.

Lebih lanjut ia menjelaskan, beberapa waktu lalu di Kecamatan Kuta Makmur, petani berhasil mendapatkan gabah, rata-rata 9 ton per hektare sawah. Padahal, menurut petani sebelumnya rata-rata hanya 7 ton per hektare. Hasil tersebut diperoleh, bila perawatan padi menggunakan pupuk lengkap. Yaitu, selain Urea juga menggunakan pupuk NPK, pupuk Fosfat dan penyemprotan zat pengatur pengisian bulir (ZPT).

“Program Demplot di Kuta Makmur petani hanya menggunakan Nutrisi Ground-E dikombinasikan dengan Urea. Hasilnya, bulir terisi padat sampai ke pangkal malai, sehingga hasil panen lebih tinggi pada tanaman padi program demplot, dibandingkan sebelumnya,” jelas Darwis Kuta.

Biasanya, petani mengunakan pupuk Urea untuk kesuburan batang dan daun padi. Selain itu, juga menggunakan pupuk NPK dan pupuk Fosfat, agar bisa mendapatkan hasil maksimal. Bahkan ketika malai padi muncul, harus disemprot dengan ZPT pengisian bulir.

“Sebelum petani mengenal nutrisi Ground-E melalui program demplot, petani mengeluarkan banyak biaya untuk membeli berbagai jenis pupuk dan ZPT pengisian bulir. Namun sekarang dengan nutrisi tanaman telah mengirit biaya. Bahakan hasilnya lebih tinggi,” pungkas Darwis.

Komentar
Artikulli paraprakEks Anggota Polisi Ditangkap Terkait Sabu
Artikulli tjetërGelar Hut Ke II DPC HIPAKAD Aceh Utara – Lhokseumawe Adakan Jalan Sehat Islami