Analisaaceh.com | Aktivis Tolak Tambang dan Pengurus Jaringan Anti Korupsi Gayo (Jang-Ko), Ricky Ara Sendi menghilang sejak 8 November 2019 lalu. Sebelumnya, Ricky berpamitan dengan istri Amalia Oktami, untuk pergi membeli bibit cabe caplak di daerah Kampung di Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah mengunakan sepeda motor milik mertuanya.
Berita kehilangan tersebut, sebelumnya sudah ditangani oleh pihak kepolisian, dan sempat viral di media sosial. Hingga kini yang sudah terhitung 12 hari, Ricky belum diketahui keberadaannya. Menyikapi berbagai komentar di media sosial, istri Ricky yakni Amalia Oktami menanggapi dengan surat terbuka melalui halaman facebooknya.
Baca Juga : Belasan Hari Tak Ada Kabar, Aktivis Lingkungan Takengon Diduga Hilang
Berikut isi surat tersebut:
Kesekian kalinya saya harus melihat satu bantal kosong di antara anak-anak yang harusnya jadi tempatmu menyandarkan kepala kala tidur, ini sudah malam ke 12 dan itu ga lucu.
Baru saja saya diserang oleh power of netizen yang mengatakan “Istri to**l. Udah 10 hari ngilang baru dilaporin!”. Wah, serasa jadi pemain bola yang sibuk didekte para penonton.
Suami saya memang sering bekerja di jam malam. Kadang bukan hanya satu kerjaan yang diselesaikan, bisa sampai dua atau tiga pekerjaan sekaligus yang dikebut supaya semuanya cepat kelarnya. Memang kami hanya punya satu motor yang dipakai berbarengan. Saya gunakan pagi hingga siang, suami saya sore hingga malam.
Sering tak pulang?. Ya, tapi saya tahu di mana dan sedang apa, karena adanya kabar dari beliau.
Empat hari adalah waktu terlama suami saya pernah tidak pulang, pun begitu masih tetap komunikasi melalui HP siapa saja yang bersamanya. Memang HP beliau rusak dan di jual. Tidak sempat beli yang baru karena dipakai untuk keperluan. Setelahnya, jalur komunikasi ke teman-temannya hanya melalui HP saya.
Sebab itulah saya tidak gegabah langsung main lapor saja, karena memang ada konteks di mana suami saya sering beraktivitas dan tidak pulang ke rumah. Namun, kali ini yang membedakan adalah tidak adanya kontak sama sekali. Beliau pergi dengan pantas, berpamitan untuk mencari bibit cabai bersama temannya, memang selama satu bulan ini mereka intens berteman dan join bareng untuk budidaya cabai bersama. Siangnya saya masih dikabari melalui HP temannya. Dan itu adalah komunikasi terakhir kami. Ba’da jumat saya hubungi kembali ke temannya, namun yang bersangkutan bilang mereka sudah berpisah.
Kian hari saya menunggu, sampailah di hari kelima suami saya tidak pulang. Diskusi bersama keluarga menjadi jalan keluar, baiknya disisir dulu ke sanak saudara atau teman-temannya sebelum dilaporkan. Saat itu melaporkan ke pihak berwajib sudah menjadi opsi, namun diniatkan bila satu minggu saja beliau tidak pulang ke rumah. Akhirnya saya coba bertanya dan share suami saya belum pulang via WA pada teman-teman dekat. Satu minggupun hadir, dan mulai muncul kekhawatiran apakah suami saya kecelakaan dan tidak ditemukan, apakah bertemu begal, dan lain sebagainya. Karena seperti yang teman-teman tahu, suami saya pernah aktif dalam menyerukan tolak tambang di Gayo. Sayapun di cerca berbagai pihak. Adakah konflik dalam rumah tangga, apakah sebelum beliau pergi ada pertengkaran. Allah lah saksi bahwa dia pergi masih dalam keadaan baik-baik saja dan berpamitan dengan saya.
Rasa marah, sedih, kecewa, kesal, cemas, semua berbaur menyisakan sesak yang mendorong air mata. Melalui diskusi keluarga dan dorongan teman-teman akhirnya tepat 10 hari tidak adanya kabar dari suami saya, sayapun melaporkan ke pihak kepolisian dengan pengaduan orang hilang, berharap adanya bantuan dari pihak terkait. Karena keluarga dan teman-teman sudah memaksimalkan pencarian yang tidak membuahkan hasil.
“Hilang? Kok b*go ya dilaporinnya orang hilang. Haha…” salah satu komentar yang saya baca di faceboom mengenai berita ini. Kebetulan, karena media juga mulai memposting berita kehilangan ini.
Saya tidak mengerti versi hilang setiap orang itu seperti apa, tapi yang saya pahami suami saya pergi berpamitan dari rumah dengan keadaan yang baik-baik saja. 10 hari tidak pulang dan tanpa kabar, sudah patut saya melaporkan dengan keterangan menghilang.
Alhamdulillahnya, pihak kepolisian melalui upayanya langsung memberikan titik terang. Motor yang dikendarai suami saya ditemukan di sebuah warnet di Jln Lintang. Sayapun diajak bersama untuk menuju lokasi. Memang benar motor saya ditemukan. Haya motornya saja, tanpa keberadaan suami saya. CCTV pun diperiksa. Dari CCTV terlihat suami saya datang sekitar pukul 02.00 WIB pagi, dan pergi sekitar pukul 10 pagi pada hari yang sama.
“Rupanya gak hilang, sembunyi di warnet 12 hari.”
“Nyesal aku membagikan postingan ini, ternyata enggak hilang!”
“Hoax!”
“Kalau mau hilang bilang-bilang dong riki …..”
“Haha rupanya ngePUPG”
“Gimana mau mimpin rakyat, mimpin RT aja gbs”
dan sebagainya komentar yang sempat saya baca.
Suami saya menghilangnya 10 hari, tapi ada yang lebih tau sudah 12 hari settle di sana. Mungkin beliau paranormal atau kurang baca berita.
Mediapun bergerak lagi mengatakan suami saya tidak hilang. Ternyata adanya petunjuk suami saya terlihat di CCTV tercatat menjadi tidak hilang. Mungkin versi hilang mereka adalah penculikan atau pembunuhan.
Terlihatnya suami saya di cctv menjadi bulan-bulanan para netizen dengan berbagai komentarnya yang maha dasyat dan saya hanya bisa mengelus dada. Mungkin bagi anda sekalian ini adalah bahan guyonan. Namun bagi saya ini adalah berita baik, bahwa suami saya masih dalam keadaan sehat waafiat dan tidak kurang satu apapun. Masih hidup dan baik-baik saja.
Mengikuti jejak CCTV, akhirnya saya bertemu dengan saksi kunci yang terakhir kali berinteraksi dengan suami saya. Suami saya memang meminta diantar ke simpang 4, dan terlihat pergi menggunakan L300 warna hitam. Hanya Dia dan Allah lah yang tahu, apa niat dan apa beban yang sedang diampunya.
Kepolisianpun memberikan informasi bahwa laporan ini dihentikan dan menyerahkan seluruhnya menjadi masalah pribadi. Sayapun berharap dengan adanya informasi ini teman-teman media dapat dengan bijak menyikapi untuk meredam berita ini. Beban mental keluarga besar semakin tertekan karena adanya berita simpang siur sekaligus yang tak jelas sumbernya. Karena sejak awal masalah ini berangkat dari permasalahan pribadi, seorang istri yang khawatir dengan suaminya.
Terimakasih untuk semua pihak yang sudah membatu. Dan mohon maaf bila ada yang dirugikan sebab kejadian ini. Maaf pula untuk semua teman yang menghubungi saya yang sudah tidak saya gubris sejak kemarin malam. Mungkin masalah ini selesai untuk kalian semua. Tapi belum untuk saya dan keluarga. Karena hingga saat ini suami saya belum kembali ke dalam keluarga. Saya masih berharap teman-teman mau memberikan kabar bila mendapati informasi mengenai suami saya.
Akhirnya semua menjadi hikmah bagi saya dan keluarga. ketika ada yang membenci kita, sebaik apapun kita bersikap akan tetap salah di mata mereka. Kejadian ini adalah bentuk pertolongan Allah untuk memberitahu kami bahwa siapa sajakah teman kami sebenarnya, musuh kami yang mana, musuh yang berkedok teman, serta yang dianggap teman ternyata musuh. Semuanya menjadi pembelajaran.
Hari ini cobaan ini Allah bagi kepada saya, bisa jadi esok anda yang akan merasakannya.
Pun begitu saya berdoa pada Allah saya sajalah yang merasakan permasalahan ini jangan ada yang merasakannya.
***
Aku gak tau kenapa kamu ngelakuin semua ini. Tapi yang aku yakini pasti ada alasannya. Kecemasan ini sedikit berkurang melihat kamu baik-baik saja melalui CCTV. Mungkin ada masalah yang belum kamu bagikan ke aku. It’s ok. Selesaikan.
Meskipun aku lebih pengen kita selesaikan bersama. Aku minta maaf untuk kisah yang jadi viral ini, mungkin membuat psikologismu terganggu hingga kamu harus beranjak pergi lebih jauh.
Anak-anak kita baik-baik saja, tapi anak kucing kita sudah meninggal karena sakit. Semua menjadi sepi. Aku berharap kamu pulang secepatnya, mungkin lebih tepatnya pulanglah ketika kamu sudah siap. Bersama kabar baik maupun kabar buruk aku terima semua itu. Yang terpenting aku bisa melihatmu lagi dari jarak yang dekat. Dan ingat anak-anakmu membutuhkanmu.