Ekowisata Desa Cinta Raja, Harmoni Alam dan Masyarakat

Ekowisata migrasi burung dan pesona alam di Ecotourism Centre Of Cinta Raja Kota Langsa. Foto: Chairul/Analisaaceh.com.

Analisaaceh.com, Langsa | Kota Langsa, dengan pesona alamnya di pesisir timur Aceh, menjadi destinasi wisata yang terus berkembang, menarik wisatawan lokal hingga mancanegara. Masyarakat setempat pun dikenal atas upaya menjaga kelestarian alam, yang kini menjadi ciri khas kota ini.

Salah satu kawasan yang menjadi primadona ekowisata adalah Desa Cinta Raja, sebuah desa kecil nan indah di Kecamatan Langsa Timur. Desa ini memikat dengan berbagai cerita alam yang luar biasa, mulai dari ekowisata burung migran hingga kerajinan tangan masyarakat setempat.

Terletak sekitar 5 kilometer dari pusat pemerintahan Kota Langsa, perjalanan ke Desa Cinta Raja dapat ditempuh dalam 15 menit dengan sepeda motor. Tim analisaaceh.com memulai perjalanan pada Senin (21/10/2024), menyusuri persawahan yang hijau dan hutan mangrove yang mengelilingi desa, menciptakan suasana alami yang segar.

Sesampainya di gerbang desa, suasana pedesaan yang khas dan tenang menyambut. Area persawahan yang luas dan lahan basah menciptakan pemandangan indah, khas pedesaan di wilayah Langsa. Untuk memahami lebih dalam, tim analisaaceh.com bertemu langsung dengan Mursalin, pengelola ekowisata sekaligus tokoh pemuda di desa tersebut.

Mursalin menjelaskan bahwa Desa Cinta Raja mulai dikenal sejak penemuan migrasi burung dari berbagai benua yang bermukim di perairan desa.

“Awalnya pada 2019, beberapa LSM menemukan migrasi burung ke wilayah Sumatera, salah satunya Desa Cinta Raja,” ujar Mursalin.

Objek ekowisata migrasi 34 spesies burung dari berbagai belahan dunia di Desa Cinta Raja Kecamatan Langsa Timur, Kota Langsa. Foto: Chairul/Analisaaceh.com.

Migrasi burung tersebut terdeteksi dari pelacakan GPS yang dilakukan oleh lembaga lingkungan hidup. Mereka menemukan 32 spesies burung migran yang berasal dari Asia, Amerika, Australia, Afrika, hingga Eropa.

“Pada 2022, kami menemukan dua spesies baru, Elang Asia dan Kuntul Cina, sehingga total menjadi 34 spesies burung,” tambah Mursalin.

Penemuan ini mendorong Mursalin dan para pemuda desa untuk mengubah kawasan tersebut menjadi ekowisata. Dengan modal seadanya, mereka bergotong royong dan membentuk Ecotourism Centre Of Cinta Raja. Pemerintah desa juga mendukung dengan menerapkan aturan perlindungan terhadap burung yang bermigrasi ke kawasan ini.

Sambil menunjukkan berbagai jenis burung menggunakan teropong, Mursalin menjelaskan peran penting burung dalam menjaga ekosistem.

“Kehadiran burung di tambak ikan atau udang menjadi indikator kesehatan habitat. Jika tambak sehat, burung akan mendapatkan makanan, dan hasil panen bisa dilindungi,” tuturnya.

Selain menjaga keindahan alam, Ecotourism Centre Of Cinta Raja juga memberdayakan masyarakat, khususnya perempuan, untuk memproduksi kerajinan tangan dan makanan khas Aceh. Produk-produk tersebut dijual sebagai oleh-oleh kepada wisatawan yang berkunjung.

“Kami juga mengembangkan produk kerajinan seperti tikar pandan, serta makanan khas Aceh seperti kuah pliek yang bisa dinikmati pengunjung saat menikmati suasana ekowisata,” terang Mursalin.

Mursalin juga mengungkapkan kebanggaannya bahwa Desa Cinta Raja kini telah menjadi salah satu destinasi favorit para penggemar ekowisata.

“Pada 2019, turis dari Australia bahkan pernah datang ke sini,” tutup Mursalin dengan bangga.

Selain itu salah seorang pengunjung, Nazaruddin (35), mengungkapkan kekagumannya terhadap keindahan alam dan keberadaan burung di desa ini.

“Desa ini sangat indah dan tenang. Masyarakatnya ramah dan mencintai lingkungan. Melihat berbagai jenis burung di sini, baik dengan teropong atau langsung, membuat saya merasa sangat terkesima,” ujar Nazaruddin.

Desa Cinta Raja, dengan pesona alamnya yang memikat dan ekowisata yang terus berkembang, memang layak menjadi salah satu tujuan wisata andalan di Kota Langsa.

Dengan dukungan masyarakat yang menjaga kelestarian alam, desa ini tidak hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga simbol harmoni antara manusia dan alam. (Adv) (Chairul)

Komentar
Artikulli paraprakMuseum Balee Juang, Ikon Sejarah Perjuangan Rakyat Langsa
Artikulli tjetërMenikmati Matahari Terbenam di Pulau Telaga Tujoh