Gelar Webinar, DPD PDI Perjuangan Aceh Angkat Tema Bung Karno, Islam dan Pancasila

Analisaaceh.com, Banda Aceh | DPD PDI Perjuangan Provinsi Aceh menggelar Webinar bertema “ Aceh, Bung Karno, Islam dan Pancasila” sebagai bentuk peringatan Bulan Bung Karno, Kamis (18/6/2020).

Kegiatan yang digelar secara untuk umum melalui Zoom Cloud Meeting tersebut dipandu oleh Dekan FISIP UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Dr. Ernita Dewi, M.Hum yang menghadirkan pemateri di antaranya Ketua PWNU Aceh Tgk. H. Faisal Ali, Ketua DPP PDI Perjuangan Dr. Ahmad Basarah, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh Dr. Drs. Tgk. H. Gunawan Adnan, M.A., Ph.D dan Bung Alkaf, M.Si yang merupakan Kepala Pusat Studi Pancasila IAIN Langsa.

Ketua Panitia Webinar Drs. T. Sulaiman Badai menyatakan, kegiatan itu sangat baik untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Aceh dalam wawasan sejarah kiprah Sukarno di Aceh dan keterkaitan Pancasila dengan Islam. Diharapkan dapat membuka mata dan hati masyarakat Aceh terhadap wawasan tersebut.

“Dengan keterbukaan tersebut diharapkan dapat membawa dampak positif bagi kemajuan Aceh,” ujarnya.

Tgk. H. Faisal Ali dalam pemaparan materinya mengatakan, Pancasila merupakan titik temu yang mengakomodir semua perbedaan yang disusun melalui Panitia Sembilan dari berbagai golongan besar bersatu dalam tenda besar pancasila.

“Pancasila menjadi perjanjian yang yang kuat dan agung yang harus kita pertahankan. Pancasila juga sebagai konsensus nasional yang melindungi seluruh agama di Indonesia” ungkap yang kerap disapa Lem Faisal tersebut.

Pada akhir sesinya ia secara tegas menjelaskan bahwa Pancasila sangat tidak bertentangan dengan Islam, bahkan Pancasila merupakan dasar negara yang sangat mengandung unsur keislaman dalam kelima silanya tersebut.

Dr. Ahmad Basarah dalam paparannya menjelaskan, perjuangan soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan bagi Indonesia serta menunjukkan bukti-bukti bahwa soekarno adalah sosok yang agamais, tidak seperti banyak orang yang menuduhnya anti Islam.

Salah satu bukti keislaman soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan adalah pada saat persidangan PPKI, sebelum persidangan dimulai soekarno mengambil inisiatif untuk mendekati tokoh-tokoh Islam agar bersedia mengubah tujuh kata dalam Piagam Djakarta menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa, alasannya adalah demi persatuan Indonesia sehingga para tokoh islam masa itu bersedia mengubah tujuh kata dalam Piagam Djakarta menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

“Kita juga tidak boleh melupakan tokoh-tokoh Aceh seperti Teuku Haji Muhammad Hasan yang lahir di Pidie dan meninggal di Jakarta pada tahun 1997, sosok tersebut telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional karena jasanya yang sangat besar dalam merumuskan dan memperjuangankan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa” kata Dr. Ahmad Basarah yang juga Wakil Ketua MPR RI.

Sementara itu, Bung Alkaf, M.Si mengatakan, Bung Karno merupakan tokoh pembangun solidaritas dalam mempersatukan bangsa, hal yang sama sebagaimana tokoh Aceh Daud Bereu’eh lakukan pada masa itu. Namun karena ada kesepakatan yang tidak tercapai antara Bung Karno dan Aceh pada masa itu yang disebabkan oleh kontelasi politik nasional.

“Bung Karno menjadi kurang power full sebagai presiden sehingga dianggap Bung Karno ingkar janji terhadap Aceh. Ditambah dengan adanya upaya De Soekarnoisasi saat orde baru, sehingga sangat diperlukan dialog untuk menyelesaikan sekat-sekat ideologis.” kata Kepala Pusat Studi Pancasila IAIN Langsa tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh Dr. Drs. Tgk. H. Gunawan Adnan, M.A., Ph.D, dalam paparannya ia menjelaskan bahwa kita sangat perlu mengingat jasa Bapak Bangsa kita Soekarno dalam membangun Sumber Daya Manusia di Aceh.

Tugu Darussalam merupakan bukti nyata peninggalan soekarno dengan coretan tangan soekarno yang masih ada hingga sekarang. Pada saat itu soekarno menyatakan bahwa Darusslam sebagai pusat pendidikan Daerah Aceh dimana berdiri 3 lembaga besar yaitu Universitas Syiah Kuala, IAIN yang kini menjadi UIN Ar-Raniry dan STAI Tgk Chik Pante Kulu sebagai modal pembangunan serta kemajuan Daerah Aceh khususnya.

“Memperingati Hari Pendidikan Daerah (Hardida) yang diperingati setiap tanggal 2 September yang mengingatkan kita akan sosok tokoh visioner seperti Bug Karno,” Kata Dr. H. Gunawan Adnan, M.A., Ph.D.

Editor : Nafrizal
Rubrik : POLITIK
Komentar
Artikulli paraprakCovid-19 Meningkat Tajam, Wali Kota Banda Aceh Minta Waspadai Tamu dari Zona Merah
Artikulli tjetërTimo Werner Segera Merumput di Chelsea