Geliat STAIN Gajah Putih Takengon Menuju IAIN di Depan Mata

Analisaaceh.com, Takengon | Berkat kerja keras yang diupayakan Civitas Akademik Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Gajah Putih Takengon berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah serta masyarakat tentang perubahan nomenklatur status STAIN menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) kini telah di depan mata.

Peralihan status STAIN menjadi IAIN kini telah sampai di tahap finalisasi, saat ini dokumen transformasi tersebut sedang digodok di Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB). Dengan kata lain, peralihan itu akan segera terwujud dalam waktu dekat.

Demi tercapainya cita-cita masyarakat Gayo tentang transformasi STAIN menjadi IAIN, Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah pada Tahun 2016 menghibahkan lahan dengan luas 35 hektar yang akan menjadi lokasi Kampus bertempat di Kampung Mulie Jadi, Kecamatan Silih Nara, Kabupaten setempat.

Penghibahan tanah tersebut, merupakan salah satu syarat percepatan proses transformasi STAIN menjadi IAIN. Sedangkan pada Senin 8 Mei 2017 yang lalu rekomendasi peralihan status itu telah diterima oleh Mentri Agama Republik Indonesia.

Berdasarkan amatan Analisaaceh.com, infrastruktur STAIN Gajah Putih Takengon terlihat telah berdiri kokoh di Mulie Jadi, Kecamatan Silih Nara. Gedung Auditorium berkapasitas lebih dari 4000 orang itupun kini telah diresmikan, bangunan lainya saat ini sedang dikerjakan dan akan segera rampung.

Ketua STAIN Gajah Putih Takengon, Dr.Zulkarnain kini sedang menindaklanjuti permintaan Bupati Aceh Tengah tentang usulan anak jurusan baru yaitu Prodi Pariwisata Syari’ah di kampus kebanggaan orang Gayo itu. Semua lini mulai berbenah untuk memenuhi akses masyarakat terhadap dunia pendidikan tinggi di Negeri penghasil Kopi Arabika tersebut.

“Prodi baru ini merupakan permintaan pak Bupati Aceh Tengah yaitu Prodi Pariwisata Syari’ah, semoga permintaan ini mendapat pertimbangan secepatnya dari Direktur Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia,” pinta Zulkarnain, Jum’at (06/09/2019) di kampus Mulie Jadi, Silih Nara saat meresmikan gedung Auditorium tersebut.

Tak hanya permintaan Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar yang sedang ditindak lanjuti, STAIN Gajah Putih Takengon di bawah pimpinan Dr.Zulkarnain,M.Ag sedang memperjuangkan program studi Pasca Sarjana Ekonomi Syari’ah Strata Dua (S-2). Sedangkan saat ini program S-2 hanya Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah menjebolkan satu angkatan pada Tahun 2019 ini.

“Untuk Strata Dua (S-2) Prodi Ekonomi Syari’ah, semua persyaratan telah dipenuhi termasuk sumber daya Manusianya (Dosen)”, papar Dr.Zulkarnain,

Auditorium yang baru saja diresmikan tersebut merupakan bentuk dukungan dari Kementerian Agama Republik Indonesia, yang telah mengalokasikan anggaran melalui dana Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN) tahun 2018. Gedung Auditorium itu merupakan fasilitas utama yang sangat diperlukan untuk melaksanakan berbagai kegiatan kampus dan proses perkuliahan.

“Gedung Auditorium ini sudah dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan. Kami harap gedung ini dapat dirawat sebaik mungkin,” kata Shabela Abubakar saat peresmian gedung perkuliahan STAIN sembari meminta pembangunan Auditorium itu digenjot secepat mungkin.

Transformasi STAIN menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) terus didesak secepat mungkin, pihaknya memberi dukungan penuh sepanjang sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. “Jika semua persyaratan sudah memenuhi, kami harap Kementerian Agama RI dapat mempercepat proses transformasi itu,” Pinta orang nomor satu di Negeri penghasil Ikan Depik tersebut.

STAIN Gajah Putih Takengon adalah satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri di dataran tinggi Gayo yang meliputi empat Kabupaten di wilayah Tengah Aceh, yaitu Kabupaten Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Sejalan dengan transformasi STAIN ke IAIN, Shabela berharap pihak kampus terus mengimbangi upaya tersebut dengan pengelolaan pendidikan yang lebih maju. Peningkatan kualitas tenaga pengajar dan kualitas lulusan menjadi keniscayaan yang harus ditargetkan untuk terus diperbaiki dan meningkat dari tahun ke tahun.

Indikator yang paling nyata dari kualitas pendidikan menurut Bupati adalah seberapa besar kampus mampu menerbitkan publikasi ilmiah secara konsisten, dapat dipertanggung jawabkan, aplikatif dan memberi dampak positif bagi masyarakat.

“Karena itu transformasi STAIN ke IAIN bukan saja dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, namun harus sejalan dengan peningkatan sumber daya tenaga pendidik yang semakin berkualitas,” pesan Shabela Abubakar.

Gayungpun bersambut, Direktorat Jendral Pendidikan Islam (Dirjenpendis) Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) Prof.Dr.Phil.Kamaruddin Amin,MA mengaku sangat mendukung program yang diajukan dari Pemerintah dan Masyarakat, begitupun program dari pihak Kampus.

Program studi Pariwisata Syari’ah dan Program Pasca Ekonomi Syaria’ah sangat didukung oleh Dirjenpendis. Karena Indonesia saat ini sangat membutuhkan potensi ekonomi syari’ah, di dalamnya terdapat industri, wisata syari’ah, industri halal, zakat, wakaf dan seterusnya.

“Kami sangat mendukung, ini tantanganya sangat banyak dan Indonesia punya potensi sangat besar. Saat ini kita kekurangan sumber daya manusia, jadi Prodi itu sangat prosfektif. Lengkapi dahulu persyaratan dan administrasinya, jika semua sudah dilengkapi seperti dosennya sudah ada dan administrasinya sudah lengkap akan kita setujui,” papar Kamaruddin Amin usai peresmian gedung Auditorium tersebut.

Lebih lanjut Kamaruddin menjelaskan bahwa status STAIN menjadi IAIN saat ini sedang berproses di Kemenpan RB, transformasi itu hanya menunggu finalisasi untuk segera di SK kan.

“Tidak ada kendala, perubahan kelembagaan Institut memang sedang menjadi konsen kami, selain usulan dan semangat serta visi teman-teman di Takengon, peralihan ini turut menjadi konsen Kementrian Agama Republik Indonesia,” tutup Kamaruddin Amin.

Editor : Nafrizal

Komentar
Artikulli paraprakDPC PDIP Banda Aceh Jelaskan Posisi Ketua MTP PNA
Artikulli tjetërPuluhan IRT Demo Lokasi Judi Dindong