GeRAK Menikmati Surga di Abdya, Buas Bak Singa ke Daerah Lain

Oleh: Jhon Jasdy

ANALISAACEH.COM | Ide pembentukan GeRAK Aceh dimulai pada penghujung tahun 2003 silam, di mana beberapa orang aktivis anti korupsi dan aktivis lingkungan melakukan analisis terhadap gerakan anti korupsi yang telah ada di Aceh saat itu.

Dari diskusi tersebut dihasilkan rekomendasi bahwa ada dugaan sejumlah lembaga anti korupsi yang saat itu berkiprah di Aceh, diduga kuat gerakannya telah disusupi oleh orang-orang yang dekat dengan penguasa bahkan pelaku korupsi itu sendiri. (dikutip dari http://gerakaceh.id/profil/sejarah-pendirian/).

Sungguh sangat mulia semangat GeRAK ini awalnya lahir di Aceh. Pergerakannya sejauh ini cukup menjadi bumerang dan musuh bagi koruptor yang ada di Serambi Mekah. Kami sangat mendukung semangat ini, juga objektif dan berjalan terus semangat pemberantasan ini tanpa peduli tekanan dari pihak manapun.

Selaku pemuda dan warga Aceh Barat Daya (Abdya), kami sudah menunggu lebih dari dua tahun agar GeRAK juga ikut peduli Pemkab Abdya. Harapan kami tidak muluk-muluk, karena kebetulan Koordinator GeRAK juga berasal dari Abdya, dan ini merupakan kesempatan putra terbaik ikut ambil bagian dalam membereskan penyakit nasional ini.

Ternyata harapan ini hanya harapan bertepuk sebelah tangan. Tak akan kunjung terjadi, karena cerdiknya penguasa Abdya yang langsung menyandera “sopir” GeRAK dengan sebuah SK tenaga ahli sehingga senter mobil gerak hanya untuk Kabupaten/Kota selain Abdya.

Apakah tidak ada masalah korupsi di Abdya?, Siapa berani jawab tidak ada. Kami selaku putra asli Abdya sudah terlalu sering mendengar keluhan masyarakat (seperti pengusaha/kontraktor) Abdya terkait membabibutanya kongkalikong dalam proses pengadaan barang dan jasa kontruksi.

Sudah menjadi rahasia umum siapa saja penikmat APBK Abdya sekarang. Semua orang terdekat penguasa Abdya. Wajarlah kehebatan penguasa Abdya selaku mantan wartawan senior jadi sepaham membangun opini di tengah masyarakat. Seolah-olah hebat dan bersih sekali.

Sekalipun sudah berusaha merapikan semua opini, tetap aja yang namanya perbuatan korupsi sama dengan menyimpan bangkai. Tetap tercium juga jadi ada juga yang luput dari pengawalan.

Sebutlah seperti permsalahan ayam KUB, korupsi PDAM, SPPD fiktif, proses pembelian mobil dinas Bupati yang diduga penuh permainan, pengadaan alat finger print dan banyak lainya. Itu yang muncul di media. Belum lagi yang tidak muncul. Dan bersama kami banyak data dugaan korupsi yang sudah dilaporkan oleh beberapa orang dekat penguasa dan aparat pemerintah.

Kami menunggu GeRAK yang peduli, tapi sepertinya kami tidak bisa berharap lagi. GeRAK terdiam dan menutup mata akan mengkritisi mafia-mafia korupsi itu, ada apa ini semua?.

Kami sangat menyayangkan perjalanan GeRAK yang pilih kasih ini. Berharap kepada senior yang sudah lelah mendirikan pergerakan ini untuk turun tangan dan selamatkan lembaga setiap lembaga.

Kembalikan harapan rakyat Aceh.

Penulis merupakan Ketua Gerakan Muda Peduli Abdya (GMPA).

Komentar
Artikulli paraprakPlt Gubernur Aceh Bahas Dana Bagi Hasil Sawit di Riau
Artikulli tjetërSenator Aceh: CDOB Asja Menjadi Prioritas Nomor Satu