Analisaaceh.com, Blangpidie | Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Aceh Barat Daya (Abdya) menyelenggarakan kegiatan Coffe Morning bersama perempuan Abdya.
Kegiatan dengan tema “Membentuk Kesadaran Kolektif dalam Menyikapi Kekerasan, Isu-Isu Perempuan Demi Masa Depan Abdya Berkemajuan” ini berlangsung di Aula Kantor Bappeda Abdya, Jum’at (20/6/2025).
Dalam acara tersebut turut hadir Asisten III Setdakab Abdya Rizal, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Abdya, Nazli Hasan, Kepala Kemenag Abdya, Salman Alfarisi, , perwakilan Polres, serta tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia, Silvi Jamiatun Hasnah menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya pencegahan pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, serta penyalahgunaan narkoba yang marak terjadi di Aceh, khususnya di Abdya
“Kami berharap masyarakat lebih peduli terhadap perempuan dan aktif mengambil peran dalam menciptakan lingkungan yang aman dan sehat,” kata Silvi.
Sesuai visi Bupati dan Wabup Safaruddin‑Zaman Akli yaitu Arah Baru Abdya Maju, Silvi menegaskan agar seluruh lapisan masyarakat dapat bersinergi membawa perubahan positif demi kemajuan daerah di masa depan.
“Ini sejalan dengan moto Pak Safaruddin dan Pak Zaman Akli arah baru Abdya maju. Semoga dengan partisipasi kita bisa membawa perubahan untuk kabupaten Abdya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua PC IMM Abdya, Mukhlisin menyebutkan, kasus pelecehan seksual masih menjadi persoalan serius di Abdya.
Data yang dihimpun menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2024 hingga pertengahan 2025, tercatat 22 kasus pelecehan seksual tejadi di wilayah ini. Ironisnya, sebagian besar korbannya adalah anak di bawah umur.
“Kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Meski mayoritas masyarakat Abdya beragama Islam, namun kasus kekerasan seksual masih tinggi. Ini menjadi tantangan besar bagi semua pihak,” ungkap Mukhlisin.
Menurutnya, trauma akibat pelecehan seksual tidak hanya dirasakan oleh korban, tetapi juga berdampak luas terhadap keluarga dan masa depan daerah.
“IMM Abdya menginisiasi kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian dan ajakan kolaboratif kepada seluruh elemen masyarakat untuk turut andil dalam pencegahan kekerasan seksual,” sebutnya.
Mukhlisin juga menyoroti kecenderungan masyarakat yang menyalahkan korban atas kejadian pelecehan, terutama terkait cara berpakaian. Ia menilai pandangan seperti ini harus dihapuskan.
“Masyarakat tidak boleh lagi menyalahkan korban. Fokus kita harus pada pemulihan korban dan penindakan tegas terhadap pelaku. Kami meminta aparat penegak hukum memberikan hukuman seadil-adilnya tanpa kompromi,” tegas Mukhlisin.