Analisaaceh.com, Banda Aceh | Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh merilis secara tahunan (y-on-y), Aceh mengalami inflasi sebesar 2,17 persen. Adapun secara nasional, terjadi inflasi tahunan sebesar 1,57 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh, Ahmadriswan Nasution, mengatakan bahwa secara tahunan, dari 11 kelompok pengeluaran yang dipantau perkembangan harganya, tercatat 9 kelompok mengalami inflasi, sementara 2 kelompok lainnya mengalami deflasi.
“Secara y-on-y, andil inflasi terbesar terdapat pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,14 persen. Sedangkan andil deflasi terbesar diberikan oleh kelompok transportasi sebesar 0,11 persen,” paparnya saat rapat di kantor BPS, Kamis (2/1/2025).
Komoditas emas perhiasan memberikan andil inflasi yang paling besar secara tahunan, diikuti tarif air minum PAM, sigaret kretek mesin (SKM), minyak goreng, dan daging ayam ras.
“Selanjutnya, komoditas yang menyumbang deflasi tertinggi tercatat cabai merah, disusul bensin, cabai rawit, ikan tongkol, dan kangkung,” lanjutnya.
Sejak Januari 2024, ada penambahan 2 daerah IHK di Provinsi Aceh menjadi 5 daerah atau kota inflasi, yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe, Meulaboh, Aceh Tengah, dan Aceh Tamiang.
Pada Desember 2024, terjadi inflasi di seluruh daerah perhitungan inflasi baik secara bulanan maupun tahunan.
“Inflasi bulanan terbesar terjadi di Kota Lhokseumawe sebesar 0,97 persen, sedangkan terendah di Kota Banda Aceh,” sebutnya.
Inflasi tahunan terbesar terjadi di Meulaboh sebesar 3,29 persen, sedangkan terendah di Kabupaten Aceh Tengah.
Penyumbang utama inflasi Desember 2024 secara y-on-y adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,14 persen.
“Adapun komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok tersebut adalah sigaret kretek mesin (SKM), minyak goreng, daging ayam ras, tomat, telur ayam ras, dan bawang merah,” tutupnya.