Mental disorder atau gangguan mental bukan lagi istilah yang asing saat ini. Saat ini banyak film dan serial yang bertemakan gangguan mental seperti Joker, 13 Reasons Why, dan lain-lain sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental.
Namun sayangnya, banyak masyarakat yang tiba-tiba mendiagnosis dirinya sendiri mengalami gangguan mental tertentu (self diagnosis) setelah menonton film-film tersebut atau setelah membaca artikel tentang gangguan mental. Bahkan ada segelintir orang yang meromantisasi gangguan mental sebagai sesuatu yang “keren”.
Tentunya mendiagnosis diri sendiri tanpa bantuan ahli amat berbahaya, dan berikut penjelasannya.
Dilansir dari Psychology Today, mendiagnosa diri sendiri mengalami gangguan mental tertentu dapat membuat seseorang seolah-olah mengetahui detil seluk beluk gangguan tersebut.
Misalnya seseorang mengalami mood swing (mood atau suasana hati yang berubah-ubah) dan langsung mendiagnosa diri bahwa ia mengalami bipolar.
Padahal, mood swing tidak hanya gejala dari bipolar, tapi juga merupakan gejala dari gangguan kepribadian ambang (borderline) dan depresi berat.
Selain itu, mengalami gejala-gejala gangguan psikologis bukan berarti seseorang mengalami suatu gangguan mental. Bisa jadi gejala tersebut merupakan tanda dari penyakit medis, misalnya perubahan kepribadian dan depresi juga merupakan gejala dari tumor otak.
Gangguan mental serius seperti depresi, bipolar, dan lain-lain bukanlah penyakit seperti flu yang bisa sembuh dengan pengobatan mandiri. Salah diagnosa bisa menyebabkan penanganan yang kurang tepat pada gangguan yang dialami. Misalnya orang yang self diagnose bahwa dirinya depresi terus mengonsumsi obat-obatan anti depresan, padahal dirinya mengalami gejala depresi diakibatkan oleh tumor otak yang dialami. Penyakit sebenarnya tidak ditangani dengan baik sehingga bisa menimbulkan dampak berbahaya, seperti penyakit asli semakin parah dan makin sulit diobati.
Selain itu, self diagnose juga bisa membuat seseorang melarikan diri ke obat-obatan terlarang dengan dalih “mengobati gangguan mental yang dialami”. Padahal sebenarnya ia tidak memiliki gangguan mental tersebut. Kita pun mengetahui bahwa beberapa obat-obatan seperti Xanax memiliki dosis tertentu.
Mengonsumsi obat-obatan tanpa anjuran dokter dapat menyebabkan overdosis, atau menimbulkan gangguan baru akibat efek samping obat tersebut.
Melalui konsultasi dengan ahli seperti Psikolog Klinis dan Psikiater, seseorang dapat mengetahui dengan pasti diagnosa dari gangguan mental yang dialami. Ahli dapat membantu untuk membedakan apakah gejala yang dialami itu termasuk dalam gejala gangguan mental atau bukan.
Cara membedakannya pun diperhitungkan dari berapa lama mengalami gangguan tersebut, apa saja pemicunya, apakah ada gejala lainnya, dan lain-lain.
Tentunya konsultasi dengan para ahli akan membantu kita untuk mendapatkan penanganan yang tepat.