Analisaaceh.com, Karang Baru | Di Aceh Tamiang, terdapat sebuah istana yang tidak seperti kebanyakan peninggalan kerajaan lainnya. Biasanya, istana identik dengan kemegahan, arsitektur megah, dan material bangunan kokoh seperti batu atau logam. Namun, Istana Benua Raja di Kecamatan Rantau, tepatnya di Desa Benua Raja, memberikan gambaran berbeda tentang sebuah tempat bersejarah.
Sepintas, bangunan ini tampak seperti rumah biasa dengan gaya arsitektur sederhana. Namun, siapa sangka, rumah ini menyimpan cerita panjang sebagai saksi bisu sejarah Kerajaan Benua Raja yang pernah berjaya di masa lampau.
Istana Benua Raja dibangun pada tahun 1928 oleh Sultan Badelisah, bangunan ini dahulu menjadi tempat tinggal Tengku Raja Sulung ke-17. Kini, istana tersebut telah diakui sebagai peninggalan sejarah yang berharga bagi masyarakat Aceh Tamiang.
Jika melintas di depan istana ini, mungkin orang hanya melihat rumah dengan desain klasik bergaya Eropa yang sederhana. Namun, di balik kesederhanaan tersebut, terdapat nilai sejarah yang kaya.
Istana ini pernah menjadi pusat berbagai kegiatan penting kerajaan. Tak hanya tempat tinggal raja dan keluarganya, istana ini juga menjadi lokasi pertemuan penting serta tempat berlangsungnya acara seremonial kerajaan, seperti penobatan, perayaan besar, atau pengumuman keputusan penting.
Di halaman depan istana, terdapat papan penanda dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh yang dipasang pada tahun 2007. Halaman ini cukup luas dan dikelilingi pepohonan rindang, menambah nuansa teduh dan damai pada area sekitar.
Eri (21), seorang mahasiswa yang pernah mengunjungi Istana Benua Raja, menilai bangunan bersejarah itu sebagai simbol kedekatan kekuasaan dengan kehidupan rakyat.
“Istana ini memberikan gambaran tentang bagaimana kekuasaan bisa bersinergi dengan kesederhanaan. Meski terlihat sederhana, tempat ini menyimpan banyak cerita yang layak dikenang,” ungkapnya.
Meskipun sebagian besar bangunan sudah mengalami perubahan, beberapa peninggalan Kerajaan Benua Raja masih terawat dengan baik di dalam istana. Peninggalan tersebut antara lain baju kebesaran, stempel resmi kerajaan (cap sikuerung), senjata khas seperti pisau tumbok lada, dan tongkat raja. Semua benda ini menjadi simbol kekuasaan sekaligus warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Ningsih (23), seorang pengunjung, mengungkapkan apresiasinya terhadap nilai sejarah yang dimiliki Istana Benua Raja.
“Ini adalah warisan yang sangat berharga. Tempat ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghargai sejarah untuk generasi mendatang,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kesederhanaan istana justru menjadi daya tarik tersendiri, mencerminkan bagaimana kekuasaan pada masa itu tidak selalu identik dengan kemegahan.
“Meski tidak semegah istana pada umumnya, bangunan ini memiliki nilai historis yang luar biasa. Ini adalah pengingat nyata tentang masa lalu yang harus kita lestarikan, bukan hanya sebagai destinasi wisata tetapi juga sebagai pelajaran hidup,” paparnya.
Menurut ahli waris, barang-barang ini dijaga dengan penuh kehati-hatian sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat setempat. Tidak hanya itu, cerita-cerita rakyat tentang kebijaksanaan para raja dan perjuangan rakyat Aceh Tamiang turut memperkaya nilai sejarah istana ini.
Hingga kini, Istana Benua Raja menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik bagi wisatawan maupun peneliti. Banyak yang datang untuk mempelajari lebih dalam tentang tradisi, budaya, dan peradaban masyarakat Aceh Tamiang pada masa lalu.
Desa Benua Raja sendiri juga memiliki daya tarik lain dengan adanya istana-istana kecil lainnya yang menyimpan kisah unik. Di desa ini, cerita-cerita rakyat diwariskan secara turun-temurun, menggambarkan kebijaksanaan para raja serta perjuangan rakyatnya dalam menjaga keharmonisan dan keadilan.
Kisah-kisah ini tidak hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan, tetapi juga menjadi pelajaran penting bagi generasi muda tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kekuasaan, budaya, dan kehidupan masyarakat.
Selain sebagai simbol masa lalu, Istana Benua Raja juga memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana sebuah warisan budaya dapat menjadi penghubung antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Kesederhanaan istana ini menjadi bukti bahwa nilai sebuah tempat tidak selalu ditentukan oleh kemegahannya, tetapi oleh cerita dan makna yang terkandung di dalamnya. Desa Benua Raja menunjukkan bahwa warisan sejarah tidak hanya berupa bangunan fisik, tetapi juga berupa nilai-nilai budaya dan tradisi yang terus dijaga oleh masyarakatnya.
Istana Benua Raja tetap menjadi simbol penting bagi masyarakat Aceh Tamiang. Bukan hanya karena nilai sejarahnya, tetapi juga karena ia menjadi pengingat tentang harmoni antara kekuasaan dan kehidupan rakyat.
Dengan terus menjaga dan merawat peninggalan seperti Istana Benua Raja, masyarakat Aceh Tamiang tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga membangun jembatan yang menghubungkan generasi masa lalu dengan masa depan.
Analisaaceh.com, Blangpidie | Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) membatasi jumlah pendukung…
Analisaaceh.com, Karang Baru | Terletak di ujung timur Aceh, Kecamatan Tamiang Hulu menyimpan banyak destinasi…
Analisaaceh.com | Aceh Tamiang tidak hanya dikenal dengan keindahan alam dan kulinernya, tetapi juga memiliki…
Analisaaceh.com | Aceh Tamiang bukan hanya terkenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga menyimpan kekayaan kuliner…
Aceh, daerah di ujung barat Indonesia yang dikenal sebagai Tanah Rencong, memiliki kekayaan kuliner khas…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Penyidik Subdit 2 Fismondev Ditreskrimsus Polda Aceh menahan APW (32), seorang…
Komentar