Jurus Ampuh Aminullah Jadikan UMKM Tulang Punggung Perekonomian Kota

Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman dan Wakil Wali Kota, Zainal Arifin sedang bersalaman dalam sebuah acara beberapa waktu yang lalu. (Foto: Ist)

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Dilantiknya Aminullah Usman sebagai Wali Kota Banda Aceh membawa angin segar bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Akuntan senior ini langsung membuat gebrakan di bidang ekonomi dengan mendirikan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), Mahirah Muamalah Syariah.

Lembaga tersebut didirikannya setelah melihat fenomena rentenir yang mengakar d Banda Aceh dan terus memberikan efek ketergantungan kepada pengusaha kecil.

“Praktik riba yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat seakan membunuh perlahan sendi-sendi perekonomian di kota ini,” ujarnya, Sabtu (25/7/2020).

Menurut Wali Kota, lembaga ini dikelola oleh tenaga profesional dengan tujuan utama untuk membuka akses permodalan seluas-luasnya bagi UMKM. “Tujuan lainnya, memberangus praktik riba yang banyak menjerat pengusaha kecil di Banda Aceh,” katanya.

Mantan Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah (BPD) Aceh (kini Bank Aceh Syariah) selama dua periode ini, paham betul jika UMKM dapat diandalkan menjadi tulang punggung perekonomian kota. Hanya saja, UMKM sulit berkembang saat itu akibat terkendala akses permodalan.

“Untuk mendapatkan modal usaha mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 5 juta tentu tak ter-cover oleh perbankan,” ungkap Aminullah.

Dan pada 27 April 2018, ia meresmikan operasional PT Mahirah Muamalah Syariah (MMS). Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang berbentuk Perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda) tersebut bergerak dengan modal awal Rp 2,5 miliar.

Ide brilian Aminullah yang malang melintang di dunia perbankan terbukti ampuh. “Alhamdulillah, kurang dari waktu tiga tahun, MMS berkembang pesat dan UMKM pun menjelma menjadi solusi ampuh perekonomian Banda Aceh,” ungkapnya lagi.

Bukti sahihnya, rinci Aminullah, per 30 Juni 2020, MMS telah mampu menggaet nasabah sebanyak 6.000 orang lebih. “Pembiayaan yang sudah dikucurkan sekira Rp 15 miliar bagi 2.000-an pengusaha kecil, termasuk pedagang asongan dan nyak-nyak penjual sayur di kaki lima,” ucapnya.

Sementara itu, MMS sukses menghimpun dana dari pihak ketiga sebesar Rp 25 miliar. “Kemudian aset juga sudah menyentuh angka Rp 35 miliar. MMS pun mulai meraup laba positif sebesar Rp 326 juta,” beber Aminullah.

Pada saat yang bersamaan, UMKM tumbuh subur di Banda Aceh. Per Mei 2020, jumlahnya mencapai 12.970 unit. “Sebagai perbandingan, pada 2018 jumlah UMKM tercatat 10.994 unit dan 2019 sebanyak 12.012 unit usaha,” katanya.

“Ditunjang kinerja MMS pula, kita mampu menurunkan persentase ketergantungan pengusaha kecil kepada rentenir dari 80 persen menjadi 14 persen saja,” sambungnya.

Di luar MMS, Pemko Banda Aceh juga terus menggenjot pemberdayaan UMKM melalui dinas, lembaga, dan badan terkait.

“Mulai dari pelatihan skill, pemberian peralatan/perlengkapan kerja, modal usaha bagi pegiat UMKM, hingga pencanangan 1.000 event dalam setahun,” ujarnya.

Di tengah pandemi Covid-19 sekalipun, Aminullah tak mengesampingkan peran vital UMKM dalam menggerakkan roda perekonomian kota. Ia mengambil langkah cepat agar UMKM dapat bertahan.

“Salah satunya dengan penyaluran dana Rp 1 miliar bagi UMKM lokal untuk memproduksi masker kain yang kemudian kita bagi-bagikan gratis kepada masyarakat,”ungkap Aminullah.

Pemerintahan Amin-Zainal sudah memasuki tahun ketiga, di sisa dua tahun periode kepemimpinan, keduanya tetap komit menjadikan UMKM sebagai motor penggerak perekonomian.

“Hal ini sejalan dengan visi yaitu Banda Aceh Gemilang dalam Bingkai Syariah yang mem-plot sektor ekonomi sebagai salah satu pilar pembangunan kota, di samping sektor agama dan pendidikan,” demikian Aminullah Usman.[]

Editor : Nafrizal
Rubrik : EKONOMI
Komentar
Artikulli paraprakKunker ke Pijay, Irmawan: Tahun 2021 Akan Diusulkan Bangun Tebing DAS Krueng Meureudu Melalui APBN
Artikulli tjetërMasuk Nominasi API 2020, Orderan Rencong Batu Aceh Selatan Meningkat