Analisaaceh.com, Banda Aceh | Kasus Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 melonjak tajam di Aceh. 10 kasus baru bertambah, empat di antaranya perawat yang bertugas Respiratory Intensive Care Unit (RICU) RSU dr Zainoel Abidin Banda Aceh.
Bertambahnya kasus itu sehingga akumulasi kasus Covid-19 di Aceh menjadi 49 orang, dan sudah terjadi penularan lokal dari klaster baru di Aceh Besar.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani (SAG) kepada awak media, Minggu (21/06/2020). Kasus-kasus baru tersebut hasil tracking (melacak) kontak dekat pasien Covid-19 berinisial Suk (63) yang meninggal dalam perawatan Medis RICU-RSUZA Banda Aceh, pada 17 Maret 2020.
SAG menjelaskan, sesuai prosedur pengendalian wabah penyakit menular, Tim Surveilans Epidemiologi Gugus Tugas Covid-19 Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar melacak setiap orang yang memiliki riwayat kontak dekat dengan penderita, dalam konteks ini, penderita Covid-19.
“Semua kontak dekat Covid-19 dianggap orang tanpa gejala dan harus diperiksa. Teknisnya tergantung situasi di lapangan dan Gugus Tugas Covid-19. Bisa dipanggil dan diperiksa, home visit, atau yang ada interaksi dengan penderita melapor kepada petugas kesehatan,” kata SAG.
Tim surveilans mengambil swab nasofaring dan orofaring keluarga serumah dengan almarhum Suk, yakni istri, anak, menantu, dan cucunya, yang tinggal di Aceh Besar. Perlakukan serupa dilakukan tim surveilans terhadap tim medis yang merawat dan menangani jenazah Suk di RSUZA Banda Aceh.
“Spesimen swab nasofaring dan orofaring orang-orang yang kontak dekat dengan Suk, yang diambil pada 17 Juni 2020, dikirim ke Laboratorium Litbangkes Aceh, Gampong Bada, Ingin Jaya, Aceh Besar, dan diperiksa dengan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR),” ujarnya
Dari hasil pemeriksaan RT-PCR itu, yang diterima Gugus Tugas Covid-19 Aceh, menunjukkan 9 orang konfirmasi positif Covid-19. Keluarga Suk yang positif tertular virus corona masing-masing berinisial; Na (66), LS (38), Sus (37), BA (12), AB (4).
“Mereka semua tinggal di Aceh Besar saat temuan kasus, meski tidak semuanya warga Aceh Besar secara administratif kependudukannya,” jelas SAG.
Sementara para perawat RICU yang merawat Suk dan terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak empat orang masing-masing dengan inisial DEM (29), Mus (32), HY (36), dan Hel (40). Mereka bertugas di RICU atau Ruang Isolasi Pinere, RSUZA Banda Aceh, dan dicatat sebagai kasus baru Covid-19 Kota Banda Aceh.
Sedangkan satu orang lainnya yang juga konfirmasi positif Covid-19 yaitu seorang laki-laki dewasa usia 54 tahun berinisial AR. Ia tinggal di dalam Kota Banda Aceh namun secara administrasi kependudukan bukan warga Kota Banda Aceh.
“Jadi, kasus Covid-19 terbaru tersebut, 5 orang dari Aceh Besar dan 5 orang lainnya dari Kota Banda Aceh,” kata SAG.
Selanjutnya Jubir Covid-19 Aceh itu memberikan catatan atas temuan kasus baru tersebut. Melihat kronologis kasus-kasus terbaru ini perlu kesadaran kita semua untuk menunda perjalanan dan kunjung-mengunjungi—terutama dari dan ke zona merah pandemi Covid-19. Silaturahmi dapat dilakukan dengan bantuan teknologi informasi, baik dengan orangtua maupun dengan kaum kerabat.
SAG juga menuturkan, penularan lokal sudah terjadi di Aceh, baik penularan lokal di klaster Lhoksukon, Aceh Utara, maupun di klaster baru, Pagar Air, Aceh Besar.
“Masyarakat di dalam dan di lingkungan klaster tersebut tidak perlu panik. Kepanikan kian menambah persoalan. Yang dituntut kewaspadaan dan kepedulian sesama,” tuturnya.
Namu diimbau agar lebih waspada menjaga diri dan keluarga. Menunda saling berkunjung secara fisik. Hal ini diperlukan kesadaran semua pihak demi saling menjaga diri dan melindungi antar sesama.
“Pada situasi amat mendesak karena sakit atau kemalangan lainnya, senantiasa memakai masker dan sesering mungkin mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik,” saran SAG.
Selanjutnya, sambung SAG, apabila ada gejala sakit dan menemui petugas kesehatan di Puskesmas, klinik, maupun di rumah sakit, selalu menyampaikan informasi yang benar sejujur-jujurnya.
“Kita tak sadari mungkin sebagai pembawa virus corona sebagai orang tanpa gejala (OTG). Seorang perawat di sebuah Puskesmas di Aceh Tamiang juga terinfeksi virus Corona, mungkin dari salah satu OTG (pasien) yang bertemu dengannya. Tenaga medis itu terbatas, dan mereka pun harus isolasi mandiri selama 14 hari apabila kemudian terbukti OTG yang dilayaninya positif Covid-19,” ungkapnya.
Empat perawat yang konfirmasi positif Covid-19 itu harus diisolasi hingga sembuh. Kekosongan tenaga medis di unit-unit pelayanan kesehatan tertentu sangat mungkin terjadi apabila semua harus diisolasi selama 14 hari.
“Bayangkan bila ada kasus emergensi dan tak ada yang melayani. Apalagi jika tertular virus corona, tenaga kesehatan dengan keahlian khusus yang jumlahnya sangat terbatas di Aceh,” kata SAG.
Jumlah Kasus
Selanjutnya, Jubir SAG merilis prevalensi kasus Covid-19 di Aceh, berdasarkan laporan Gugus Tugas Covid-19 kabupaten/kota, per tanggal 21 Juni 2020, pukul 15.00 WIB.
Ia memaparkan jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) di seluruh Aceh hari ini sebanyak 2.230 orang. Tidak ada penambahan ODP baru hari ini. ODP yang masih dalam pemantauan Gugus Tugas Covid-19 kabupaten/kota sebanyak 121. Sedangkan 2.109 orang sudah selesai menjalani proses pemantauan atau isolasi secara mandiri,” jelas SAG.
Sementara jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP), lanjutnya, sebanyak 116 kasus. PDP yang masih dirawat saat di rumah sakit rujukan Covid-19 kabupaten/kota saat ini hanya 2 orang, sisanya sebanyak 113 orang sudah sembuh. PDP yang meninggal di Aceh hanya 1 orang, yang meninggal pada 26 Maret 2020.
Sedangkan jumlah orang yang Positif Covid-19 hingga saat ini sudah mencapai 49 orang. Pasien positif Covid yang masih dirawat sebanyak 27 orang, 20 orang sudah sembuh, dan 2 orang meninggal dunia.
“Pasien positif Covid-19 yang meninggal 2 orang tersebut, pasien yang meninggal pada 23 Maret 2020, dan yang meninggal 27 Juni di RSUZA Banda Aceh,” tutup SAG.