Ilustrasi
Analisaaceh.com, Blangpidie | Polemik terkait iuran bulanan siswa sebesar Rp30.000 di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Aceh Barat Daya (Abdya) akhirnya menemui titik terang. Pihak Pengawas Sekolah dan Ketua Komite SMKN 1 Abdya secara terpisah memberikan penjelasan bahwa iuran tersebut merupakan hasil musyawarah bersama orang tua murid dan bukan pungutan sepihak dari sekolah.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Cabdin) Aceh Wilayah Abdya, Nasrun melalui Ketua Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) Abdya, Safwal mengatakan bahwa iuran yang diberlakukan di SMKN 1 Abdya merupakan hasil kesepakatan antara komite sekolah dan orang tua murid.
“Secara regulasi, komite sekolah memang sudah diatur dalam Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016. Tugasnya adalah memberikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan pendidikan, menggalang dana lain dari masyarakat, mengawasi pelayanan di sekolah untuk membantu kebutuhan sekolah, dan menindaklanjuti saran, kritik, serta aspirasi peserta didik, orang tua, dan masyarakat,” kata Safwal kepada wartawan, Jumat (22/8/2025).
Setelah berita terkait iuran ini mencuat, sebut Safwal, pihaknya langsung duduk bersama dengan Kepala Cabdin, unsur sekolah, kepala sekolah, dan komite. Safwal juga menjelaskan bahwa iuran komite dan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah dua hal yang berbeda dan tidak boleh tumpang tindih.
“Spesifik untuk SMKN 1 Abdya, memang benar ada iuran Rp30.000, ada juga Rp15.000, bahkan ada yang gratis. Dana BOS itu ada juknisnya dan digunakan terbatas untuk operasional sekolah. Sedangkan dana komite, yang besarannya Rp30.000, ada juga yang Rp15.000, bahkan ada yang gratis, itu berdasarkan kesepakatan dengan wali murid, jadi bukan keputusan sepihak,” terangnya.
Menurut Safwal, penting untuk memahami bahwa iuran komite dan dana BOS adalah dua hal yang berbeda. Bahkan, dana BOS sudah diatur melalui petunjuk teknis (juknis) yang ketat dan penggunaannya terbatas pada operasional sekolah.
“Dana BOS itu ada juknisnya. Besarannya juga tergantung jumlah siswa. Kalau tidak salah, untuk SMK dana BOS per siswa Rp1.600.000, sedangkan untuk SMA Rp1.500.000. BOS digunakan untuk kebutuhan ATK, perbaikan kecil di sekolah, peningkatan mutu guru, dan lain sebagainya. Jadi dana BOS itu terpisah dengan dana komite,” jelasnya.
“Komite ini adalah mitra sekolah. Mereka mencari dukungan dana untuk membantu kelancaran pendidikan. Pengurus komite tidak boleh berasal dari tenaga pengajar atau guru. Mereka juga tidak menerima gaji. Intinya, dana BOS sudah ada juknisnya, sedangkan dana komite berdasarkan kesepakatan dengan wali murid. Jadi tidak boleh tumpang tindih,” tambahnya.
Safwal menambahkan, dana komite biasanya digunakan untuk hal-hal yang tidak tertampung dalam dana BOS, seperti biaya praktik kerja lapangan (PKL) siswa. Menurutnya, dalam juknis BOS, tidak ada alokasi untuk kegiatan PKL. Oleh karena itu, kebutuhan tersebut dialokasikan melalui dana komite.
“Kalau dalam juknis BOS jelas tidak ada untuk PKL. Jadi untuk kelancaran pendidikan, komite menutupi kebutuhan yang tidak masuk dalam BOS. Tapi apakah ada dana khusus untuk siswa PKL, saya kurang tahu juga. Itu keputusan teknis di sekolah, bahkan penggunaan dana komite dan BOS tidak boleh tumpang tindih. Saya bicara sebatas regulasi,” ungkapnya.
Dengan penjelasan ini, Safwal berharap tidak ada lagi kesalahpahaman terkait iuran bulanan yang diberlakukan di SMKN 1 Abdya. Menurutnya, semua keputusan lahir dari musyawarah bersama komite dan orang tua murid, bukan dari pihak sekolah saja.
“Sekali lagi, iuran Rp30.000 per bulan itu hasil kesepakatan, bukan paksaan. Ada yang Rp15.000, ada juga yang gratis sesuai kemampuan orang tua murid. Komite berperan untuk membantu kekurangan yang tidak bisa ditutupi dana BOS,” jelas Safwal.
Senada dengan Safwal, Ketua Komite SMKN 1 Abdya, H. Syamsidik, juga memberikan penjelasan terkait iuran tersebut. Ia memastikan bahwa iuran yang dipungut dari siswa sudah melalui kesepakatan bersama antara komite, pihak sekolah, dan orang tua siswa.
“Selama ini iuran Rp30 ribu per bulan yang dipungut dari siswa sudah melalui kesepakatan bersama komite, pihak sekolah, dan orang tua,” kata Syamsidik.
Ia juga menyampaikan bahwa dana yang terkumpul digunakan untuk mendukung kebutuhan sekolah yang tidak terakomodir dalam dana BOS. Pengelolaan dana dilakukan secara transparan dan laporan keuangannya selalu disampaikan dalam rapat bersama orang tua siswa.
“Kami memastikan penggunaan dana tersebut transparan, dan laporan keuangannya juga kami sampaikan dalam rapat bersama orang tua siswa,” ujarnya.
Syamsidik juga menepis anggapan bahwa iuran tersebut membebani seluruh siswa. Ia menegaskan, ada pengecualian bagi siswa dengan kondisi ekonomi tertentu.
“Anak yatim digratiskan, siswa yang orang tuanya sudah bercerai juga digratiskan, begitu juga bagi keluarga miskin,” ungkapnya.
Langkah itu, lanjut Syamsidik, menjadi bentuk perhatian sekolah dan komite terhadap siswa yang kurang mampu. Dengan kebijakan ini, diharapkan tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan atau terbebani.
Syamsidik menekankan bahwa tujuan utama adanya iuran bukanlah untuk mencari keuntungan, melainkan murni untuk menunjang fasilitas belajar siswa. Sehingga, dengan adanya dana tersebut, kebutuhan mendesak seperti kegiatan penunjang pendidikan bisa terpenuhi, dan diharapkan kepada orang tua siswa bisa memahami maksud dari pemberlakuan iuran ini.
“Kami terbuka jika ada masukan, bahkan dalam setiap rapat kami mendengarkan aspirasi dari orang tua siswa. Transparansi dan musyawarah selalu menjadi prinsip kami,” pungkasnya.
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Tim Tangkap Buronan (Tabur) Kejaksaan Tinggi (Kejati) Aceh bersama Kejaksaan Negeri…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Sejumlah tenaga kontrak di lingkungan Pemerintah Kota (Pemko) Banda Aceh berharap…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Pemerintah Aceh bersama Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) resmi menyepakati Rancangan…
Analisaaceh.com, Blangpidie | Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) secara resmi menyerahkan sertifikat paralegal kepada 18…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Aceh menyalurkan sebanyak…
Analisaaceh.com, Blangpidie | Sebanyak 297 santri dan pelajar asal Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) mengikuti…
Komentar