Masjid Istiqamah: Pusat Spiritual yang Abadi di Langsa

Tampak Masjid Istiqamah, foto : Analisaaceh.com

Analisaaceh.com, Langsa | Wisata religi selalu mengundang kita untuk lebih dekat dengan tempat-tempat yang sarat nilai spiritual, menghadirkan ketenangan di tengah kesederhanaan yang menyentuh jiwa.

Suasana yang damai, ditemani lantunan doa, memberikan perasaan tenteram, membawa hati pada kedamaian yang mendalam. Setiap sudutnya tidak hanya menyajikan pemandangan indah, tetapi juga merekam jejak sejarah yang panjang dan penuh makna.

Perjalanan spiritual ini tak hanya sekadar wisata, namun juga refleksi diri yang membawa kita semakin mengenal Sang Pencipta. Di Langsa, pengalaman itu semakin nyata saat mengunjungi Masjid Istiqamah, masjid tertua di kota ini. Berdiri kokoh dengan arsitektur klasik yang penuh sejarah, masjid ini bukan hanya tempat ibadah, melainkan juga saksi bisu perjalanan panjang masyarakat Langsa.

Dengan suasana yang damai, Masjid Istiqamah menyuguhkan pemandangan yang sederhana namun memikat, mendorong siapa saja yang melangkah ke dalamnya untuk sejenak berhenti, merenung, dan merasakan kedamaian. Menurut sejarah, pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Ulee Balang Ampon Chik Langsa, Tgk Banta Berdan, bersama beberapa tokoh masyarakat lainnya.

Didirikan pada tahun 1323 Hijriah atau 1901 Masehi, Masjid Istiqamah memiliki luas bangunan 851 meter persegi dan berdiri di atas tanah seluas 15.556 meter persegi. Pengurus sekaligus bilal masjid, M. Yusuf Ali (60), menceritakan kepada Analisaaceh.com bahwa awalnya masjid ini bernama Masjid Teungoh, sesuai dengan nama gampong tempat masjid ini berdiri. Seiring waktu, nama tersebut berubah menjadi Masjid Istiqamah.

“Pada awalnya masjid ini digunakan untuk ibadah dan perayaan hari-hari besar Islam, serta tempat mufakat untuk membahas keagamaan, adat, hingga masalah sosial masyarakat, Keputusan penting yang diambil di masjid ini, bahkan sebelum Indonesia merdeka” ujar Yusuf.

Tampak Masjid Istiqamah, foto : Analisaaceh.com

Seiring berjalannya waktu, Masjid Istiqamah mengalami beberapa kali renovasi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan jamaah yang terus bertambah.

Luas bangunan diperbesar, tanpa mengurangi nilai sejarah dan spiritual yang melekat pada masjid berusia lebih dari seabad ini. Setiap renovasi justru memperkaya keindahan masjid, menjadikannya semakin anggun dan tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

Dari catatan sejarah, imam pertama masjid ini adalah Almarhum Tgk. H. M. Husen, yang menjabat dari tahun 1901 hingga 1936. Setelahnya, kepemimpinan dilanjutkan oleh Tgk. M. Yusuf (1936-1951), kemudian Tgk. Mustafa (1951-1965), Tgk. M. Taher (1965-1978), dan Tgk. H. Abdul Rani Johan (1978-1979). Saat ini, Tgk. Imum H. Zakaria Ahmad menjadi imam yang melanjutkan tradisi panjang kepemimpinan di Masjid Istiqamah.

Keindahan masjid ini tak jauh berbeda dengan masjid-masjid lain di Aceh, yang kental dengan perpaduan arsitektur Arab dan Turki. Di bagian depan, di atas pintu masuk, terukir ornamen indah dengan tulisan “Masjid Istiqamah Gampong Teungoh Langsa,” mempertegas identitasnya sebagai salah satu bangunan bersejarah yang penting di kota ini. Pilar-pilar besar yang menopang teras masjid menambah kesan megah, mengundang siapa saja untuk mendekat dan merasakan pesonanya.

Menara kubah setinggi 40 meter yang terdiri dari lima lantai semakin menambah keagungan masjid ini. Di puncaknya, pengeras suara digunakan untuk mengumandangkan adzan, seakan memanggil seluruh penduduk Langsa untuk bersujud di bawah langit yang luas. Menara tersebut menjadi salah satu ciri khas yang tak terlupakan bagi siapa pun yang pernah berkunjung ke Masjid Istiqamah.

Risky Armanda, seorang remaja masjid yang sedang bermunajat di Masjid Istiqamah, menceritakan kepada Analisaaceh.com bahwa dahulu masjid ini adalah satu-satunya masjid di Langsa, yang saat itu masih bagian dari Aceh Timur.

“Waktu itu, masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan, sementara di setiap gampong hanya ada meunasah. Jadi setiap hari besar Islam, masyarakat berkumpul di sini,” ungkapnya.

Risky juga menambahkan bahwa Masjid Istiqamah dianggap keramat oleh masyarakat, baik dari dalam maupun luar kota. Banyak yang datang untuk menunaikan nazar atau menggelar acara adat seperti Turun Tanah untuk anak-anak, serta melaksanakan berbagai hajat di tempat suci ini.

“Bukan berarti mereka syirik, tapi karena masjid ini dianggap mulia, dibangun oleh orang-orang alim yang dekat dengan Allah,” jelas Risky.

Hingga kini, Masjid Istiqamah tetap menjadi tempat yang penuh makna bagi masyarakat Langsa. Lebih dari sekadar rumah ibadah, masjid ini menjadi pusat spiritual yang abadi, tempat tradisi dan ibadah saling bertautan dalam harmoni yang memikat. (Adv) (Yuna)

Komentar
Artikulli paraprakMahasiswa Meulaboh Diduga Dibunuh di Kamar Kos Banda Aceh
Artikulli tjetërTaman Bambu Runcing: Ikon Sejarah dan Ruang Hijau di Kota Langsa