Analisaaceh.com, Aceh Utara | Perusahan Pupuk Iskandar Muda (PIM) menyatakan pasokan gas sebagai bahan baku produksi pupuk urea aman untuk 13 tahun mendatang atau hingga tahun 2033. PT PIM mendapat pasokan gas dari Pertamina melalui PT Pertagas Niaga yang mengelola blok A Medco.
“Terhitung mulai 1 Juni 2020, PIM mendapatkan suplai gas dari PT Pertagas Niaga dengan harga sesuai Kepmen ESDM sebesar USD 6,61 per mmbtu dan jumlah volume sebesar 54 bbtud atau cukup untuk mengoperasikan satu pabrik urea milik PT PIM” kata Direktur Utama PT PIM Husni Achmad Zaki saat gelaran konferensi pers di komplek PIM, Kamis (2/7/20).
Dirut menyebut dengan telah ditandatangani kontrak kerjasama dengan penyuplai, PT PIM optimis proses produksi tidak tersendat seperti dialami beberapa waktu belakangan.
Selama ini untuk mengoperasikan pabrik urea, PT PIM bergantung oleh suplai gas bumi dari PHE NSB NSO. Pasokan dari ladang gas eks Exxon yang saat ini dikelola PHE, tidak mencukupi kebutuhan produksi pabrik urea.
Secara umum, Achmad Zaki mengatakan produksi pupuk urea terutama untuk memenuhi permintaan urea bersubsidi dijamin aman untuk 13 tahun mendatang. Meskipun pada saat ini PIM juga telah memenuhi kebutuhan urea subsidi untuk 5 propinsi pemasaran yakni Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri dan Jambi.
Sekedar catatan, hingga bulan Juni 2020 PIM telah memproduksi 183.633 ton urea dari target 300.000 ton pada tahun ini atau realisasi sudah mencapai 61,05 persen.
Hanya saja, Achmad Zaki mengkhawatirkan dari segi bisnis PT PIM akan terganggu apabila pemerintah mengalihkan pola subsidi di bidang pertanian. Santer diwacanakan, pemerintah akan mengalihkan pola subsidi dari pupuk ke sektor lain.
“Apabila wacana itu jadi, sebagai produsen pupuk urea bersubsidi, kinerja bisnis PT PIM pasti terganggu meskipun dari segi pasokan gas kita aman hingga 13 tahun ke depan. Disini juga menjadi tantangan bagi kita agar kompetitif,” kata dia.
Ketika dikonfirmasi oleh awak media terkait kelangkaan pupuk urea bersubsidi di level petani, PT PIM menyebut disebabkan kuota yang diberikan pemerintah juga kecil. Khusus untuk Propinsi Aceh, kebutuhan pupuk urea per tahun berdasarkan rdkk (rencana definitif kebutuhan kelompok) sebanyak 229.000 ton.
“Alokasi urea subsidi dari pemerintah untuk Aceh saat ini dikisaran 56.000 ton atau hanya 24 persen dari kebutuhan berdasarkan rdkk 229.000 ton. Sehingga sudah pasti urea subsidi tidak mencukupi kebutuhan seluruh petaniy di Aceh” kata Husni Acmad Zaki.
Sebagai wujud pengawasan, Dirut PIM menegaskan pihaknya siap menerima laporan masyarakat apabila ada praktek nakal dalam rantai distribusi baik di tingkat distributor maupun kios pupuk.
Selain terkait produksi pupuk urea, dalam acara temu awak media, Direksi PIM juga memaparkan sejumlah capaian kinerja bisnis dan sosial perusahaan hingga pertengahan tahun ini.
PIM memaparkan progres pembangunan pabrik NPK hingga Juni 2020 mencapai 34 persen dan direncanakan selesai pada Desember 2021. Ditargetkan pupuk NPK dapat diproduksi mulai Juli hingga Desember 2021.
Untuk kebutuhan operator pabrik NPK, PIM saat ini sedang melakukan rekruitmen bekerjasama dengan Universitas Malikussaleh. PT PIM membuka lowongan kerja operator sebanyak 50 orang lulusan SMA sederajat. Sementara tenaga skill, PT PIM masih memiliki SDM di bidang tersebut.
Manajer SDM, Usni Syafrizal menyampaikan proses rekruitmen saat ini sudah menyelesaikan tahap kedua yakni tes psikologi.
“Ada 2.872 pelamar dari 50 orang kebutuhan. Saat ini sudah masuk tahap tes psikologi, berikutnya wawancara, lalu tes kesehatan termasuk uji bebas narkoba. Namun karena pandemi Covid, kita menghentikan sementara proses rekruitmen” kata Manager SDM.