Analisaaceh.com, Meulaboh | Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah mengatakan peran perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dan inovatif, karena keunggulan SDM tidak bisa dipisahkan dari kemajuan revolusi industri 4.0 yang telah menyentuh hampir semua sisi kehidupan.
Hal itu dikatakan Nova saat berbicara pada Dies Natalis ke-13 Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Aceh Barat, Rabu (20/11/2019).
“Dies Natalis ini harusnya merupakan momentum bagi keluarga besar UTU melakukan kontemplasi dan evaluasi mendalam atas semua yang telah dikerjakan selama ini. UTU harus bisa melangkah lebih cepat, agar bisa sejajar dengan perguruan tinggi yang telah hadir terlebih dahulu,” ujar Nova di hadapan rektor, para petinggi UTU serta ratusan mahasiswa yang hadir.
Nova menjelaskan, pendidikan di Aceh adalah hal utama yang sangat penting di samping masalah kesehatan. Karena itu dia mengajak semua pihak untuk terlibat dalam memajukan pendidikan.
Sementara itu, kepada seluruh civitas akademika UTU juga diminta menjadikan momen ulang tahun kampus tersebut sebagai ruang untuk menyiapkan rencana strategis guna berbenah menjadi kampus unggul di tanah air.
Nova juga mengapresiasi perkembangan yang berhasil dicapai UTU di usianya yang baru 13 tahun. Di usia yang relatif muda itu, kata Nova, UTU telah menunjukkan perkembangan cukup pesat.
Proses transformasi UTU disebut sejalan dengan perkembangan zaman, yang kini sudah memasuki Era Revolusi Industri 4.0, yang menuntut perubahan cepat di berbagai aspek.
Namun begitu, sebagai kampus yang tumbuh dan berkembang di era milenial, Nova berharap UTU lebih cekatan dalam mengembangkan SDM di kalangan generasi muda.
Selain itu, kampus UTU juga diminta tidak sekedar menjadi tempat mencetak anak-anak muda yang siap menjadi agen perubahan di masyarakat. Lebih dari itu, UTU harus siap membentuk agen yang mampu mengubah budaya dan karakter bangsa, sehingga setiap pergerakan zaman dapat dijawab dengan menghadirkan sistem didik yang berkualitas.
“Saya ingatkan lagi, bahwa setiap kampus memiliki kesempatan untuk bersaing di tingkat internasional, asal segenap civitas akademikanya serius mengejar mimpi-mimpi yang telah dicanangkan,” kata Nova.
Pada kesempatan itu, Nova juga berpesan agar UTU tidak hanya fokus pada pengembangan infrastruktur, tapi juga harus siap merancang sistem pembelajaran yang lebih berkualitas.
Hal itu disebut sesuai dengan program studi UTU yang sangat relevan dengan sumber daya Aceh yang fokus di bidang agro dan kelautan.
Bahkan, Nova berharap, ke depan UTU bisa menjadi center of excellent untuk semangat menciptakan kemandirian pangan di negeri ini.
Di hadapan ratusan mahasiswa dan civitas akademika UTU, Nova juga menjelaskan laporan terbaru Global Competitiveness Indeks (GCI) 2017-2018 yang belum lama ini disampaikan di World Economic Forum.
Menurut laporan itu, Indonesia menduduki peringkat ke 36 dari 137 negara yang disurvey. Peringkat tersebut, kata Nova, naik lima tingkat dibanding tahun sebelumnya. Meskipun demikian, di Asia Tenggara, data GCI menyebut Indonesia masih berada pada posisi ke-4, di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.
“Dan saya sangat berharap, UTU lebih intensif mengaplikasikan revolusi industri 4.0 dalam sistem belajarnya, selain mempertajam strategi hilirisasi dan komersialisasi dengan memperkuat kerjasama riset dengan industri. Dengan demikian, semangat berinovasi akan menjadi DNA bagi akademisi UTU, sehingga kampus ini mampu menjawab trend global dan kebutuhan masyarakat kekinian.”
Pesan Rektor UTU
Sementara itu, Rektor UTU Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, SE., MBA dalam sambutannya menjelaskan sejarah panjang lahirnya UTU yang dimulai pada tahun 1983. Kala itu lembaga pendidikan itu bernama Akademik Pertanian.
Ia berharap UTU terus melahirkan sarjana-sarjana berkembang yang tidak hanya mengejar satus Pegawai Negeri Sipil. Sebaliknya para lulusan diminta menjadi sarjana-sarjana yang inovatif dan kreatif yang melahirkan berbagai pemikiran dan terobosan baru dalam mewujudkan kemajuan Aceh.
Jasman juga menjelaskan, UTU pada saat baru dilahirkan hanya memiliki 11 prodi. Tapi dalam perkembangannya sekarang sudah memiliki 18 prodi.
“Kemudian dalam waktu dekat juga akan turun SK satu Prodi baru,” ujarnya.
Dalam perjalanannya, jumlah dosen UTU juga disebut semakin meningkat, di mana pada 2014 jumlah dosen hanya 108 orang dan hanya 4 orang yang berstatus PNS. Tetapi saat ini jumlah dosen sebanyak 289 orang dengan 143 berstatus PNS.
Jasman juga berharap Pemerintah Aceh mendukung pembangunan saran kampus, seperti jalan, sejumlah gedung hingga Masjid.
Sementara itu Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Syamsul Rizal, M. Eng yang menjadi pembicara pada acara tersebut mengatakan, satu-satunya cara memajukan Aceh adalah dengan melahirkan sebanyak-banyaknya orang berpendidikan.
“Era revolusi industri 4.0 perguruan tinggi harus berpacu dengan waktu untuk terus berkreasi dan berinovasi,” kata Syamsul Rizal.
Syamsul Rizal juga mengatakan ingin seluruh perguruan tinggi berjalan beriringan demi kemajuan bersama.