Plt Kadinkes Pidie: Faktor Sosio-Budaya Pengaruhi Imunisasi

Seminar dari Dinkes Pidie, foto : dokumen Dinkes Pidie.

Analisaaceh.com, Pidie | Faktor sosio-ekonomi dan budaya memiliki pengaruh signifikan terhadap cakupan imunisasi di Kabupaten Pidie. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr. Dwi Wijaya, yang menyebutkan bahwa rendahnya cakupan imunisasi di beberapa wilayah masih terkait erat dengan kondisi ekonomi, pendidikan, serta kepercayaan budaya dan agama masyarakat setempat.

Faktor ekonomi menjadi salah satu penghambat utama bagi keluarga di Pidie untuk mengakses layanan kesehatan, termasuk imunisasi. Keluarga dengan pendapatan rendah seringkali tidak memiliki akses memadai ke layanan kesehatan.

dr. Dwi mengatakan, biaya transportasi yang tinggi, terutama di daerah pedesaan dan terpencil, menjadi kendala utama bagi orang tua untuk membawa anak-anak mereka mendapatkan vaksin. Selain itu, mereka juga sering kali harus mengeluarkan biaya tambahan untuk layanan kesehatan lainnya.

“Perekonomian yang lemah mengakibatkan akses yang terbatas terhadap pelayanan imunisasi, diperparah dengan rendahnya tingkat pendidikan sebagian orang tua, yang berkontribusi pada kurangnya pemahaman mengenai pentingnya vaksinasi. Banyak orang tua tidak menyadari manfaat vaksinasi, atau bahkan terpengaruh oleh informasi yang salah dan mitos seputar vaksin yang beredar luas di masyarakat.” kata dr. Dwi saat wawancara dengan analisaaceh.com, pada Rabu 18 September 2024.

Selain itu lanjut dr. Dwi, faktor budaya juga memegang peranan penting dalam rendahnya cakupan imunisasi. Beberapa kelompok masyarakat memiliki kepercayaan tradisional yang menolak imunisasi.

Mereka meyakini bahwa anak-anak tidak perlu mendapatkan vaksinasi karena percaya bahwa kesehatan dapat dijaga dengan cara-cara tradisional. Di daerah tertentu, kepercayaan ini bahkan diwariskan dari generasi ke generasi, membuat edukasi tentang pentingnya imunisasi menjadi tantangan besar.

Selain itu, akses ke fasilitas kesehatan di daerah terpencil merupakan tantangan yang belum sepenuhnya teratasi. Banyak desa yang sulit dijangkau oleh petugas kesehatan, sehingga banyak anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin tepat waktu. Kondisi geografis yang sulit dijangkau serta infrastruktur yang terbatas semakin memperburuk situasi.

Untuk mengatasi berbagai masalah ini, pemerintah daerah telah mengambil sejumlah langkah konkret. Salah satunya adalah dengan meningkatkan akses layanan kesehatan di daerah terpencil melalui pembangunan fasilitas kesehatan serta penyediaan layanan imunisasi mobile. Dengan program ini, tim kesehatan dapat menjangkau lokasi-lokasi yang sulit diakses dan memberikan imunisasi di lokasi strategis yang lebih dekat dengan masyarakat.

Selain itu, kampanye edukasi mengenai pentingnya imunisasi terus digalakkan oleh pemerintah dan Dinas Kesehatan setempat. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama di kalangan orang tua, tentang pentingnya vaksinasi bagi anak-anak mereka.

Melalui kolaborasi dengan organisasi masyarakat, petugas kesehatan, dan tokoh masyarakat, informasi yang akurat mengenai manfaat imunisasi disebarluaskan. Diharapkan, dengan penyebaran informasi yang tepat, mitos dan disinformasi yang selama ini beredar di masyarakat dapat ditangkal.

“Solusinya adalah memberikan penyuluhan yang berkesinambungan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi, penyuluhan yang terus-menerus sangat diperlukan agar masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai imunisasi. Dengan pengetahuan yang memadai, orang tua akan lebih terdorong untuk membawa anak-anak mereka divaksinasi, sehingga cakupan imunisasi dapat ditingkatkan secara signifikan.” kata dr. Dwi Wijaya.

Pemerintah juga berupaya memperkuat layanan Posyandu sebagai pusat layanan kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat.

“Membuka akses layanan imunisasi di setiap Posyandu di Kabupaten Pidie merupakan langkah strategis untuk meningkatkan cakupan imunisasi,” lanjut dr. Dwi.

dr. Dwi menyebutkan, Posyandu memiliki peran penting dalam memberikan layanan imunisasi kepada masyarakat, terutama di daerah yang jauh dari pusat kesehatan. Agar lebih optimal, setiap Posyandu perlu dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, termasuk tempat penyimpanan vaksin yang sesuai dan area yang nyaman untuk melaksanakan imunisasi.

Selain masalah ekonomi dan pendidikan, hambatan lainnya yang tidak kalah penting adalah norma agama yang menyatakan bahwa imunisasi haram.

“Faktor ini merupakan tantangan tersendiri. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melibatkan penyuluh agama dan tokoh agama dalam sosialisasi mengenai imunisasi dari perspektif Islam. Pendekatan ini dinilai efektif karena tokoh agama memiliki pengaruh besar dalam membentuk pandangan masyarakat” jelas dr. Dwi.

Melalui dialog dengan penyuluh agama, diharapkan pemahaman masyarakat tentang imunisasi bisa lebih baik, terutama terkait dengan keyakinan agama yang menyatakan bahwa vaksinasi bertentangan dengan prinsip Islam.

Para tokoh agama memberikan klarifikasi bahwa imunisasi sebenarnya sejalan dengan ajaran Islam yang menganjurkan untuk menjaga kesehatan dan melindungi jiwa. Dengan melibatkan tokoh agama, informasi yang benar mengenai vaksinasi dapat lebih diterima oleh masyarakat.

Keterlibatan tokoh agama tidak hanya membantu menangkal mitos tentang vaksin, tetapi juga membuka ruang diskusi yang konstruktif di komunitas. Forum seperti pengajian atau seminar keagamaan dapat menjadi sarana efektif untuk menyebarluaskan informasi mengenai pentingnya imunisasi. Pada acara-acara tersebut, tokoh agama bisa menjelaskan bahwa imunisasi merupakan bagian dari upaya menjaga kesehatan yang sejalan dengan nilai-nilai Islam.

Dengan pendekatan yang lebih sensitif terhadap budaya dan agama, diharapkan cakupan imunisasi di Pidie dapat meningkat secara signifikan. Pemerintah optimis bahwa melalui berbagai program yang telah dan sedang dijalankan, seperti program imunisasi mobile, peningkatan kapasitas Posyandu, serta penyuluhan yang melibatkan tokoh masyarakat dan agama, cakupan imunisasi akan semakin luas.

“Kami berharap, dengan kerja sama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan tokoh agama, kami bisa mencapai cakupan imunisasi yang optimal, sehingga kesehatan anak-anak di Pidie dapat terjamin dengan baik,” tutup dr. Dwi Wijaya. (Adv)

Komentar
Artikulli paraprakSurveilans PD3I Pidie Sukses Tekan Kasus Sejak 2023
Artikulli tjetërCakupan Imunisasi di Pidie Masih Rendah, Dinkes Intensifkan Edukasi Imunisasi