Analisaaceh.com, Blangpidie | Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Romi Syah Putra mengaku tidak mengetahui adanya konferensi pers yang digelar oleh sejumlah pengurus Cabang Olahraga (Cabor) yang menyatakan mosi tak percaya terhadap kepemimpinannya.
Pernyataan itu disampaikan oleh Romi menanggapi sikap para Cabor yang terang-terangan menyampaikan ketidakpercayaan terhadap kepemimpinannya. Bahkan, ia enggan berkomentar lebih jauh mengenai hal tersebut.
Menurutnya, dirinya tidak mengetahui tentang adanya mosi tak percaya yang dilakukan oleh sejumlah Cabor terhadap KONI Abdya dibawah kepemimpinan.
“Saya tidak tahu, baru tahu sekarang. Kalau ada link berita, tolong WA-kan ke saya,” kata Romi Syah Putra singkat saat dihubungi wartawan, Selasa (11/3/2025).
Diberitakan sebelumnya, puluhan cabang olahraga di Kabupaten Abdya yang menamakan diri Komite Penyelamat Olahraga Abdya menggelar konferensi pers pada Senin (10/3/2025) malam di salah satu kafe.
Dalam kesempatan itu, para perwakilan Cabor menyampaikan mosi tak percaya terhadap kepemimpinan Romi Syah Putra sebagai Ketua KONI Abdya. Para perwakilan Cabor menilai kepemimpinannya telah gagal dalam membangun dan mengembangkan olahraga di daerah tersebut.
Koordinator Komite Penyelamat Olahraga Abdya, Suhaimi, menyebut ada sejumlah alasan kuat yang melatarbelakangi mosi tak percaya ini.
Dia membeberkan berbagai permasalahan yang terjadi di tubuh KONI Abdya, mulai dari dugaan penyimpangan hingga ketidaktransparanan dalam pengelolaan anggaran. Menurutnya, hal ini berdampak buruk terhadap perkembangan olahraga di Kabupaten Abdya.
“Banyak sekali catatan buruk dan dosa KONI di bawah kepemimpinan Romi Syah Putra, khususnya dalam membangun dan mengembangkan dunia olahraga di Abdya,” ujarnya.
Salah satu isu yang disoroti adalah dugaan rangkap jabatan dalam kepengurusan KONI Abdya. Selain itu, KONI Abdya dinilai tidak menjalankan Rapat Kerja (Raker) bersama Cabor yang bernaung di bawahnya.
“Sehingga akibat tidak dilaksanakan Raker dengan Para Cabor, banyak atlet ‘bayaran’ (sewa atlet luar) yang dipakai oleh KONI Abdya dengan menggunakan anggaran APBK dalam upaya mengejar medali, bukan prestasi,” kata Suhaimi yang didampingi sejumlah pengurus Cabor. Ia menilai kebijakan ini tidak mencerminkan pembinaan olahraga yang sehat.
“Hal ini sungguh sangat kita sayangkan, padahal banyak potensi atlet lokal, tapi karena tidak adanya pembinaan dan perhatian dari KONI Abdya, mereka tidak bisa kita orbitkan,” sambungnya.
Selain itu, Komite Penyelamat Olahraga Abdya juga menuding Ketua KONI sering melakukan perombakan pengurus secara sepihak tanpa mekanisme yang jelas.
“Di tubuh kepengurusan KONI Abdya, sang ketua juga suka-suka dalam melakukan peremajaan kepengurusan, tanpa mengindahkan mekanisme tata cara dalam sebuah organisasi,” ungkapnya.
Menurutnya, tindakan ini menunjukkan lemahnya sistem manajemen dalam kepengurusan KONI Abdya. Hal ini dinilai semakin memperburuk kondisi olahraga di daerah tersebut.
Dalam pengelolaan anggaran, KONI Abdya di bawah kepemimpinan Romi Syah Putra juga disebut tidak transparan dan tidak akuntabel. Padahal, setiap tahunnya KONI Abdya menerima dana hibah dari APBK Abdya untuk pengembangan olahraga.
“Kemudian, sebagai catatan pengingat publik, saat periode pertama Romi Syah Putra memimpin KONI Abdya, malah kantor KONI disewa di rumah tempat tinggal sang ketua,” tambahnya.
Suhaimi juga menyoroti kurangnya apresiasi terhadap atlet yang berprestasi. Ia mencontohkan seorang atlet cabor anggar asal Abdya yang meraih prestasi di PON Aceh-Sumut 2024, tetapi tidak mendapatkan perhatian dari KONI Abdya.
“Tapi sangat kita sayangkan, saat ada atlet Abdya yang mengukir prestasi baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional, mereka tidak mendapat sambutan dan penghargaan dari pengurus KONI Abdya,” ujarnya.
Menurut Suhaimi, KONI seharusnya menjadi organisasi yang bertanggung jawab dalam membina atlet dan mengembangkan olahraga secara profesional.
“KONI adalah satu-satunya organisasi yang berwenang dan bertanggung jawab mengelola, membina, mengembangkan, dan mengoordinasikan seluruh pelaksanaan kegiatan olahraga prestasi setiap anggotanya,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa jika tugas tersebut dilaksanakan dengan baik, KONI akan mampu melahirkan atlet-atlet berprestasi.
“Hal ini sangat bertolak belakang dengan KONI Kabupaten Abdya di bawah kepemimpinan Romi Syah Putra, yang sudah memasuki dua periode,” pungkasnya.