Analisaaceh.com, Lhokseumawe — Aksi protes mahasiswa terhadap sistem informasi di kampus Universitas Malikussaleh Aceh masih terus berlanjut hingga Selasa malam (31/8/21). Aksi unjuk rasa yang sudah berlangsung sejak Senin pagi kemarin, menentang sejumlah kebijakan Rektor Unimal Dr Herman Fithra yang dianggap tidak berpihak kepada mahasiswa.
“Kami tetap meminta Rektor Universitas Malikussaleh untuk menjumpai mahasiswa karena kami menilai sistem birokrasi di unimal masih ugal-ugalan,” kata Ketua BEM Unimal Risky AR dalam keterangan tertulis.
Risky menyebut sampai pukul 22:00 WIB, malam ini, pihaknya masih bertahan dan menduduki Gedung Rektorat Unimal di Kampus Bukit Indah, Gampong Blang Pulo, Kota Lhokseumawe.
Para aktivis mahasiswa ini meminta rektor terbuka terhadap sistem informasi di kampus. Pihaknya menuding tidak ada kejelasan terkait bantuan UKT (Uang Kuliah Tunggal) serta PKKMB (orientasi mahasiswa baru) yang pada saat akhir diputuskan oleh Rektor digelar secara daring.
“Dan kuliah daring adalah salah satu bentuk kegagalan nalar pihak rektorat untuk menentukan kebijakan. Seharusnya pihak rektorat dengan cermat melihat berbagai aspek untuk menentukan kebijakan publik yang berpihak kepada mahasiswaā ujar Risky dalam keterangannya.
Kepada media ini, Rizky juga mengaku telah terjadi indikasi pembungkaman demokrasi melalui intervensi dari pihak akademisi kepada mahasiswa selama dua hari aksi di universitas malikussaleh. Dia menuding, cara ini dilakukan untuk melemahkan gerakan terkait reformasi birokrasi di kampus Unimal.
“Ini melambangkan kampus telah mengkhianati UU nomor 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan berpendapat di muka umum. Kami berharap esensi dari pendidikan itu hadir di Universitas Malikussaleh. Sehingga anak bangsa yang menuntut ilmu pendidikan di kampus ini benar-benar mendapatkan pendidikan yang sebenarnya” tegasnya.
Para pengunjuk rasa juga menuding apabila Rektor Universitas Malikussaleh tidak juga bersedia berdialog dengan mahasiswa, artinya cara ini telah melanjutkan pendidikan gaya penjajahan yang mana mahasiswa hanya menerima kebijakan yang diberikan.
“Kampus Unimal termasuk salah satu kampus merdeka di Aceh. Artinya merdeka secara berpikir, merdeka dalam belajar. Namun hari ini sistem pendidikan Unimal seperti mencetak barisan perbudakan dalam negara yang merdeka,” ujarnya.
Risky menegaskan, pihaknya akan terus melanjutkan menduduki kantor rektorat universitas Malikussaleh sampai rektor menjumpai mahasiswa. “Mau seminggu, sebulan dan bahkan satu tahun kedepan kami tetap konsisten untuk melihat dan mengawal reformasi birokrasi yang sebenar-benarnya di Universitas Malikussaleh,” demikian Ketua BEM Unimal.
Dimintai tanggapan atas pernyataan tertulis BEM Unimal, Kabag Humas Unimal Teuku Kemal Fasya menyebut belum ada pernyataan resmi rektorat. Dia hanya menjawab singkat “tindakan itu tidak dibenarkan”.
Baca : BEM Unimal: PPKM Level 4 di Kota Lhokseumawe Cacat Prosedur