Shabela Dimandikan Secara Adat Tanpa Wakil Bupati

Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar saat dimandikan oleh pemangku adat Majelis Adat Gayo (MAG) Aceh Tengah di Kampung Keliti Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah, Senin (17/2) Foto : Karmiadi

Analisaaceh.com, Takengon | Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar dimandikan oleh Majelis Adat Gayo (MAG) setempat di Kampung Kelitu Kecamatan Bintang Kabupaten penghasil Ikan Depik itu, dalam proses Munirin Reje (Memandikan Raja-red) tanpa kehadiran Wakil Bupati Firdaus.

Bupati Shabela dimandikan oleh pemangku adat sekira pukul 6.00 wib disaksikan oleh masyarakat, Sarak Opat dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) Aceh Tengah.

Bupati Shabela mengatakan, ketidak hadiran Wakil Bupati Aceh Tengah dalam prosesi sakral yang digelar perdana di pemerintahan Shabela-Firdaus itu dinilai telah melanggar adat.

“Memenuhi tuntutan adat terkait prosesi Munirin Reje (memandikan Raja-red) kami tidak berani menolak, karena tujuannya baik, yaitu untuk membersihkan diri atau buang sial, jika Wakil Bupati tidak hadir selanjutnya terserah sama Majelis Adat, bukan kepada pemerintah,” kata Shabela, usai Apel bersama hari jadi Kota Takengon ke-443 di lapangan Setdakab setempat, Senin (17/02/2020).

Menurutnya, ketidak hadiran Wakil Bupati Aceh Tengah dalam prosesi adat itu tidak jadi masalah, Bupati bertanggung jawab penuh atas tugas pemangku adat (Ulu Rintah-red Gayo).

“Saya bertanggung jawab disini, tidak ada pendamping saat dimandikan tidak ada masalah, malah lebih enjoy, jika tidak dimandikan sudah menyalahi adat bukan menyalahi masalah pemerintahan,” terang Shabela.

Selanjutnya kata Bupati Aceh Tengah, pihaknya akan membuat regulasi (Perbup/Qanun) menyangkut program munirin Reje yang akan digelar selama setahun sekali

“Akan kita Perbup-kan, pelan-pelan akan kita benahi yang belum lengkap, supaya masalah adat kita kembalikan ke adat terdahulu,” tutup Shabela Abubakar.

Komentar
Artikulli paraprakIngin Ikut SBMPTN 2020? Daftar Dulu di Situs LTMPT Mulai Siang ini
Artikulli tjetërHari Jadi Kota Takengon, Arwin Mega: Budayakan Bahasa Gayo