Analisaaceh.com, Banda Aceh | Sejumlah buruh dan orang miskin di Aceh dikabarkan tidak mendapatkan bantuan dana sosial covid-19. Orang-orang tersebut seharusnya masuk dalam daftar prioritas penerima Bansos Covid-19, namun kenyataannya banyak yang luput.
Buruh bangunan adalah pihak yang paling terdampak Covid-19. Mereka banyak yang menganggur. Sementara kebutuhan dasar rumah tangga seperti sembako, sewa tempat tinggal, tagihan listrik dan kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi.
Darwin (57), buruh harian bangunan asal Kluet, Aceh Selatan, adalah orang yang tidak masuk dalam daftar penerima BLT di desanya. “Hidup yang memang sulit semakin sulit di masa mewabahnya covid-19. Kadang-kadang ada kerja, kadang-kadang tidak,” kata Darwin kepada Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh, Safaruddin SH, di sela-sela bekerja di kawasan Ingin Jaya, Aceh Besar, Jumat (21/8/2020).
“Pengeluaran tetap tinggi, cari uang semakin susah. Saya hanya mendengar saja ada dana corona yang besar untuk membantu masyarakat lemah. Tapi saya tak memperolehnya, baik BLT corona maupun BLT lainnya,” tambah Darwin.
Pria yang akrab disapa Pak Wen itu sudah puluhan tahun menjadi buruh bangunan. Dia merantau ke Aceh Besar sejak 2005, usai tsunami. Saat ini Pak Wen bermukim di Desa Lampasi Engking, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar.
“Saya bersama keluarga menyewa rumah di Lampasi Engking. KK saya terdaftar di Lampasi Engking. Tiga tahun lalu saya menyewa rumah di Ajun Jumpet. Saya terpaksa pindah-pindah tempat tinggal untuk mencari rumah sewa yang murah. Maklum, saya hanya buruh lepas,” tambah ayah tiga putra ini.
Pak Wen mengaku tak tahu harus melapor kepada siapa tentang nasibnya yang tak masuk dalam daftar penerima BLT. Dia mengaku tak ada kenalan di kantor pemerintah.
“Saya tak ada kenalan dalam pemerintahan, baik di provinsi maupun di Kabupaten Aceh Besar. Yang saya tahu, Pak Presiden Jokowi itu sangat peduli pada rakyat kecil. Semoga Pak Jokowi memperhatikan orang seperti saya,” ujar Pak Wen sembari memperlihatkan tulisan S.O.S di atas kertas semen yang ditujukan kepada Presiden Jokowi.
Begini coretan lengkap di atas kertas semen yang dipegang Pak Wen:
“S.O.S. Pak Jokowi. Saya buruh tapi tak dapat BLT. Masa Corona cari uang makin susah. Ttd Darwin Kluet”.
“Kalau Bapak (YARA, red) mau membantu saya agar nasib saya sampai ke pemerintah, pastilah saya senang. Saya mana paham caranya. Yang saya paham adalah ketika orang menyuruh gali fondasi rumah, ikat bata, cor lantai,” ungkap Pak Wen kepada Ketua YARA Safaruddin.
Pak Wen menceritakan, untuk menopang ekonomi keluarga, isterinya bekerja sebagai buruh cuci pakaian di desa tempatnya tinggal.
“Isteri saya sering sakit-sakitan tapi terpaksa bekerja mencuci pakaian orang untuk membantu ekonomi keluarga. Sebab, kalau mengandalkan upah saya sebagai buruh bangunan tak cukup. Satu hari kerja untuk satu hari makan sekeluarga. Tak tersisa untuk tabungan bayar sewa rumah,” ungkap Pak Wen.
Safaruddin melalui YARA berjanji akan berusaha menyampaikan persoalan orang-orang seperti Pak Wen kepada pemerintah.
“Undang-undang mewajibkan pemerintah untuk melindungi fakir miskin dan orang terlantar, termasuk Pak Wen yang buruh harian itu. Kepada orang-orang yang senasib dengan Pak Wen harus disediakan BLT yang permanen. Apalagi mereka yang sudah tua. Khusus BLT covid-19 harus dibayar dengan cara rapel untuk Pak Wen agar adil,” kata Safaruddin.
Untuk data penerima BLT yang luput dari pemantauan pemerintah seperti yang dialami Pak Wen, Pemerintah Daerah diminta menyediakan saluran “Quick Response” (Saluran Respon Cepat) sebagai tempat masyarakat mengadu.
“Saluran quick response itu wajib ada di tiap kabupaten dan provinsi sehingga terhubung publik dengan pemerintah,” pesan Safar kepada para bupati dan gubernur.
Jika ada orang-orang lemah yang terdampak covid-19 di Aceh, YARA berjanji akan membantu advokasi mereka kepada pemerintah. Mereka diminta untuk datang ke kantor YARA di Jalan. Pelangi No 88 Kp. Keuramat, Kec. Kuta Alam, Banda Aceh.
Pada sisi lain, Pak Wen berharap Pemerintah Aceh atau Baitul Mal Kabupaten Aceh Besar atau para dermawan lain untuk membantu dirinya dan keluarga guna mendapatkan satu unit rumah dhuafa. Dalam usia yang mendekati 60 tahun, Pak Wen masih bekerja sebagai buruh kasar kecil kemungkinan mampu membangun rumah layak huni tanpa adanya bantuan pihak lain.
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Sebanyak lima ruko tempat usaha di Gampong Lambheu, Simpang Lampu Merah…
Analisaaceh.com, Tapaktuan | Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari Fraksi Partai Aceh (PA), T.…
Analisaaceh.com, Lhokseumawe | Komisi Independen Pemilihan (KIP) Lhokseumawe sukses menyelenggarakan debat kedua calon Wali Kota…
Analisaaceh.com, Lhokseumawe | Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Aceh bekerja sama dengan Development for…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Panitia Pengawasan Pemilihan Aceh (Panwaslih) Aceh memetakan potensi Tempat Pemungutan Suara…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa…
Komentar