Analisaaceh.com, Banda Aceh | Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat, 662 kejadian bencana terjadi di Aceh sejak Januari hingga 31 Desember 2021. Total kerugian diperkirakan mencapai Rp.235 miliar.
Dari jumlah kejadian tersebut, delapan orang meninggal dunia, 13 orang luka-luka dan sebanyak 43.218 Kepala Keluarga (KK) atau 136.268 jiwa terdampak bencana.
“Delapan orang meninggal dunia, empat karena longsor, satu orang akibat banjir bandang, dua akibat kebakaran dan satu orang terseret arus banjir. Jumlah pengungsi sebanyak 9,215 orang serta 3,698 rumah terdampak,” ujar Kepala Pelaksana (Kalak) BPBA, Dr. Ir. Ilyas, MP, Jum’at (31/12/2021).
Ilyas menjelaskan, kebakaran pemukiman merupakan bencana paling tinggi dan dominan yakni sebanyak 269 kali. Jumlah kejadiannya kerugian yang diakibatkan oleh bencana ini sebanyak Rp.105 miliar.
“Kebakaran hutan dan lahan terjadi sebanyak 133 kali. Lahan yang terbakar seluas 435 hektar,” katanya.
Bencana angin puting beliung terjadi sebanyak 89 kali dan merusak 343 rumah warga dengan total kerugian yang dialami sebanyak Rp.14 miliar.
Sementara benacana banjir terjadi 100 kali kejadian yang berdampak pada 2.524 rumah, satu jembatan, lima tanggul rusak serta 248 hektar sawah terendam.
“Banjir bandang terjadi enam kali kejadian merendam 272 rumah dengan prakiraan kerugian Rp.2,6 miliar. Banjir dan longsor terjadi 12 kali kejadian merendam 98 rumah dengan prakiraan kerugian mencapai Rp.13,2 miliar,” jelas Kalak.
Selain itu, banjir ROB tercata terjadi sebanyak lima kali kejadian dan merusak 29 rumah di kota Lhokseumawe dan di Aceh timur. Longsor terjadi 42 kali kejadian kerugian mencapai Rp.1 miliar.
“Untuk abrasi dari bulan Januari-Desember tercatat terjadi sebanyak lima kali kejadian merusak enam rumah dengan prakiraan kerugian Rp.1,2 miliar,” ungkapnya.
Selain itu, semua bencana juga berdampak pada 31 sarana pendidikan, dua pasar, dua sarana kesehatan, 14 sarana pemerintahan, 15 sarana ibadah. Berdampak pula pada 172 ruko, sembilan jembatan, tujuh tanggul dan 269 meter badan jalan akibat banjir dan longsor.
Kepala Pelaksana BPBA menghimbau masyarakat agar menjaga alam, khususnya terkait Karhutla. Masyarakat diminta untuk tidak mengekploitasi hutan secara berlebihan tanpa memperhatikan fungsi hutan sebagai resapan air yang berguna mencegah banjir dan longsor juga Karhutla.
“Selain itu, Pemberdayaan masyarakat atau sosialisasi kepada pelaku usaha yang terlibat perluasan lahan, kami himbau jangan membuka lahan dengan membakar hutan,” kata Ilyas.
Ilyas menyebutkan, masyarakat harus siap dalam menghadapi bencana atau harmoni dengan bencana, baik bencana alam maupun non alam, sinergitas sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana di Aceh.
“Mari bersama-sama kita melakukan upaya pengurangan risiko bencana, karena penanggulangan bencana adalah urusan bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dari berbagai elemen termasuk di dalamnya adalah media,” harap Ilyas.