Analisaaceh.com | Kota Langsa merupakan salah satu daerah yang menyimpan sejumlah cerita sejarah tentang masa kelam hingga perjuangan dalam merebut Kemerdekaan bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, Belanda pernah menjadikan kota ini sebagai basis pemerintahan khususnya di Aceh pada masa itu.
Hingga sampai saat ini sisa-sisa sejarah tersebut masih tersimpan dengan rapi dan dapat dilihat di salah satu monumen bersejarah yaitu Gedung Balee Juang Kota Langsa.
Terletak secara geografis di pusat jantung Kota, Monumen bersejarah Gedung Balee Juang berada tepat di persimpangan lampu merah Jalan Utama Ahmad Yani Kecamatan Langsa Kota. Gedung Balee Juang ini merupakan bangunan peninggalan Belanda yang didirikan sekitar tahun 1920 dan digunakan sebagai Kantor Perusahaan Perkebunan dan Markas Belanda pada saat itu. Kini gedung tersebut menjadi salah satu tempat wisata sejarah di Kota Langsa.
Tempat yang sangat strategis membuat wisatawan sangat mudah untuk menemukan gedung tersebut. Gedung yang memiliki bentuk arsitektur yang sangat khas bergayakan Eropa itu, menjadikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Bahkan kisah sejarah yang melatar belakangi gedung ini juga sangat menarik untuk diceritakan.
Sebelum dikenal sebagai Gedung Balee Juang, bangunan bersejarah ini dahulu dinamai oleh Belanda dengan nama Het Kantoorgebouw Der Atjehsche Handel-Maatschappij Te Langsar. Kemudian pada saat Jepang menguasai Asia, bangunan ini sempat berganti tangan atas kepemilikannya.
Gedung ini pun kemudian diambil alih dan digunakan oleh tentara Jepang sebagai markas mereka. Namun setelah Indonesia merdeka, gedung ini diambil alih oleh para pejuang kemerdekaan untuk dijadikan sebagai tempat perkumpulan dan permusyawaratan para pejuang masa itu.
Bahkan tercatat dalam sejaranya, di tahun 1949 gedung tersebut pernah digunakan sebagai Kantor Percetakan Uang yang dikenal sebagai Bon Kontan, dengan mata uang yang bernilai 100 dan 250 sebagai alat tukar di wilayah Timur Aceh yang dulu di dalamnya Kota Langsa masih disatu pagar dengan wilayah Aceh Timur dan Aceh Tamiang. Bahkan pada masa itu Bon Kontan ini juga tersebar menjadi alat tukar di beberapa wilayah Sumatera Utara seperti Langkat dan yang lainnya, sebelum mata uang rupiah berlaku.
Dalam perjalanannya, Gedung Balee Juang juga pernah dijadikan sebagai Kantor Bappeda Aceh Timur ketika sebelum dilakukan pemekaran pada tahun 2001, yang kemudian pada tahun 2019 Gedung Bale Juang diresmikan oleh Wali Kota Langsa Usman Abdullah, SE, sebagai objek Wisata Budaya Kota Langsa yang diberi nama Museum Kota Langsa. Pemerintah setempat juga telah mendaftarkan bangunan klasik ini sebagai situs cagar budaya agar diakui oleh wisatawan lokal hingga mancanegara.
Walaupun sudah pernah direnovasi pada tahun 2021, ciri khas pada bangunan yang berumur 100 tahun ini masih dapat kita lihat dari setiap bentuk pada elemen bangunannya, baik dari bentuk pintu yang tinggi besar berteralis kemudian jendela serta tiang-tiangnya yang besar menggambarkan ciri bangunan negara Eropa. Bahkan ada beberapa bagian yang masih belum diubah dari awal hingga sekarang, contohnya seperti bangunan anak tangga untuk menuju ke lantai dua yang terbuat dari kayu dan masih sangat kuat dan kokoh.
Jika diperhatikan dari luar, Gedung Balee Juang memiliki berbentuk runcing yang langsung mengingatkan kita kepada bangunan dari Negara Kincir Angin. Chairil Anwar (52) yang merupakan Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman Kota Langsa, kepada Analisaaceh.com, menjelaskan, bahwa Gedung Balee Juang ini merupakan simbolis dari Kota Langsa atas perjuangan mengusir penjajah Belanja pada masa itu.
“Pemerintah Langsa telah membeli sejumlah koleksi bersejarah pada tahun 2015 hingga tahun 2017. Selain membeli benda-benda bersejarah museum juga menerima hibah dari para kolektor yang ingin menyumbangnya,” kata Chairil.
Koleksi seperti naskah Al-Qur’an kuno, uang Bon Kontan sebagai alat tukar zaman dulu, keramik kuno, piring Saladon, senjata-senjata peninggalan Belanda dan Jepang yang sudah sangat tua dan langka, hingga Perhiasan serta alat-alat yang digunakan Masyarakat Aceh untuk adat perkawinan dan mencari rezeki seperti Lengai dan Cre serta koleksi benda sejarah lainnya dapat kita lihat di dalam gedung tua tersebut.
Selain memiliki koleksi yang bernilai sejarah di bangunan yang sudah berumur sangat tua ini pula terdapat kisah-kisah mistis yang menyelimutinya. Di dalam bangunan gedung ini juga terdapat salah satu monumen yang sudah ditutup rapat, yang konon diceritakan di dalam monumen itu terdapat sebuah terowongan bawah tanah.
“Dahulu ceritanya lorong ini dibangun oleh Jepang, karena ciri khas Jepang saat berperang adalah dengan bersembunyi dirowongan bawah tanah,” jelasnya.
Chairil mengisahkan, bahwa terowongan itu dapat menghubungkan pada suatu tempat ke tempat yang lainnya, bahkan menurut kisahnya, oleh masyarakat pada zaman dahulu, lorong tersebut dipercaya dapat terhubung ke beberapa titik lokasi di wilayah Kota Langsa, walaupun belum ada penelitian yang membuktikan tentang kebenaran cerita tersebut.
Selain menyajikan cerita unik dan pembelajaran tentang sejarah pada masa lampau, di area Gedung Balee Juang tepatnya di halaman belakang juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang cukup memadai seperti toilet, tempat parkir serta Coffe Shop yang bernama Museum Coffe yang sengaja dibuat dengan sangat cantik untuk umum atau pengunjung yang ingin ngopi santai setelah berkeliling Museum.
Nah, bagi anda yang ingin berkungkung ke Museum ini dapat dilakukan setiap hari, kecuali hari libur. Selain sebagai tempat wisata, Museum Balee Juang juga sebagai tempat menambah wawasan sejarah bangsa Indonesia.