Dinkes Pidie Terapkan Strategi Kejar Sasaran Imunisasi Anak

Foto Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie

Analisaaceh.com, Sigli | Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie telah menerapkan serangkaian strategi untuk menjangkau anak-anak yang belum menerima vaksinasi sesuai jadwal (missed opportunities) melalui sejumlah kegiatan untuk melengkapi imunisasi rutin nasional.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, dr. Dwi Wijaya, menyampaikan bahwa kegiatan yang dilakukan meliputi pelacakan (defaulter tracking), imunisasi kejar, dan imunisasi tambahan.

“Strategi ini dirancang untuk memastikan setiap anak di Kabupaten Pidie mendapat imunisasi tepat waktu,” kata dr. Dwi Wijaya dalam wawancara dengan Analisaaceh.com pada Rabu 18 September 2024.

Menurutnya, program defaulter tracking, atau upaya pelacakan sasaran imunisasi, mencakup beberapa metode, di antaranya kantong imunisasi, Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK), serta pelacakan dari rumah ke rumah.

Kantong imunisasi berisi informasi penting mengenai bayi yang sedang menjalani imunisasi, seperti nama, data orang tua, tanggal imunisasi, dan jadwal imunisasi berikutnya. Hal ini membantu petugas untuk memantau anak-anak yang belum melengkapi imunisasi di setiap desa.

“Kita menggunakan kantong imunisasi sebagai alat pemantauan yang efisien, sementara di era digital, kita juga telah mengimplementasikan ASIK mobile, aplikasi yang mencatat data imunisasi secara digital,” tambah dr. Dwi.

ASIK mobile digunakan oleh tenaga kesehatan di posyandu, posbindu, dan fasilitas kesehatan lainnya untuk mencatat imunisasi yang telah diberikan. Selain itu, aplikasi Satu Sehat diluncurkan bagi masyarakat, memungkinkan orang tua mengakses data imunisasi anak mereka kapan pun dan di mana pun, serta mengunduh sertifikat imunisasi yang diperlukan untuk sekolah atau keperluan lainnya.

“Pelacakan dari rumah ke rumah juga masih kita lakukan untuk menjangkau anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi. Ini menjadi salah satu strategi yang sangat efektif, terutama di daerah terpencil,” jelas dr. Dwi. Menurutnya, berbagai alasan mengapa anak-anak belum mendapatkan imunisasi meliputi kesibukan orang tua, perpindahan domisili, atau akses yang sulit ke fasilitas kesehatan di daerah tertentu.

**Imunisasi Kejar untuk Anak Tertinggal**

Strategi lain yang digunakan Dinkes Pidie adalah program imunisasi kejar (*catch-up*). Program ini terdiri dari dua pendekatan, yaitu *Drop Out Follow Up* (DOFU) dan *Backlog Fighting* (BLF). DOFU ditujukan untuk melengkapi imunisasi dasar bagi anak-anak berusia 12–36 bulan yang belum lengkap. Petugas imunisasi turun langsung ke rumah-rumah yang memiliki bayi dan balita untuk memastikan anak-anak tersebut mendapatkan vaksinasi yang diperlukan.

Sementara itu, BLF berfokus pada anak-anak di bawah usia 3 tahun yang belum mendapatkan imunisasi dasar atau lanjutan. Program ini diutamakan di desa-desa yang selama dua tahun berturut-turut tidak mencapai Universal Child Immunization (UCI).

“Imunisasi kejar juga bisa dilakukan untuk anak-anak yang tertinggal satu atau lebih dosis vaksin dari jadwal yang seharusnya. Proses ini dapat dilakukan bersamaan dengan jadwal imunisasi rutin atau melalui kegiatan khusus,” ungkap dr. Dwi.

Ia menekankan bahwa imunisasi kejar sangat penting untuk memastikan anak-anak mendapatkan perlindungan terhadap penyakit menular, yang pada gilirannya membantu meningkatkan kadar proteksi individu dan komunitas.

Selain itu, dr. Dwi juga menyoroti pentingnya imunisasi tambahan, terutama dalam konteks penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) melalui Outbreak Response Immunization (ORI).

ORI adalah kegiatan imunisasi massal yang bertujuan mencapai kekebalan individu dan komunitas sebesar 90-95 persen. Program ini membantu menghentikan penyebaran virus serta melindungi kelompok rentan terhadap penyakit menular.

ORI juga diterapkan sebagai respons cepat terhadap wabah di wilayah tertentu, memastikan bahwa program imunisasi dapat segera meredam potensi penyebaran penyakit.

“ORI sangat efektif untuk melindungi komunitas dari wabah penyakit menular yang bisa dicegah melalui vaksinasi,” jelas dr. Dwi.

Selain ORI, Dinas Kesehatan juga melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN), sebuah program imunisasi massal yang menyasar anak usia 0 bulan hingga 7 tahun, tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan membantu menanggulangi KLB di tingkat nasional.

Tak hanya PIN, Pekan Imunisasi Dunia (PID) yang diadakan setiap tahun pada minggu keempat bulan April juga menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi. Melalui kegiatan tersebut, masyarakat semakin memahami peran imunisasi dalam mencegah penyakit dan melindungi kesehatan anak-anak.

Dengan penerapan berbagai strategi ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie berkomitmen untuk mengejar sasaran imunisasi yang belum lengkap dan menjamin anak-anak di daerah ini mendapatkan perlindungan melalui vaksinasi tepat waktu.

Program yang mencakup pelacakan, imunisasi kejar, dan imunisasi tambahan diharapkan mampu meminimalkan kesenjangan dalam cakupan imunisasi, terutama di wilayah yang sulit dijangkau.

“Kami terus berupaya agar setiap anak di Pidie mendapatkan imunisasi sesuai jadwal, karena ini sangat penting untuk melindungi mereka dari penyakit menular yang dapat dicegah dengan vaksin,” tutup dr. Dwi Wijaya.

Melalui komitmen yang kuat dari pemerintah daerah dan dukungan dari masyarakat, diharapkan cakupan imunisasi di Kabupaten Pidie terus meningkat, menciptakan komunitas yang lebih sehat dan terlindungi dari risiko penyakit. (Adv)

Komentar
Artikulli paraprakDinkes Pidie Tingkatkan Cakupan Imunisasi Lewat Pelatihan Nakes
Artikulli tjetërPelatihan Jadi Kunci Sukses Program Imunisasi di Kabupaten Pidie