Analisaaceh.com, Sigli | Capaian imunisasi di Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie, hingga pertengahan tahun 2024 masih sangat rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Kecamatan Batee untuk Triwulan II 2024 tercatat nol persen.
Imunisasi dasar lengkap sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), seperti difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis. Selain itu, imunisasi juga berperan dalam mencegah penyakit campak melalui pemberian vaksin campak/MR.
Namun, data menunjukkan bahwa capaian imunisasi untuk penyakit-penyakit tersebut di Batee sangat rendah. Pada Triwulan II 2024, hanya 1 anak yang menerima vaksin DPT-HB-Hib 4, yang merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah enam penyakit tersebut. Begitu pula dengan vaksin campak/MR 2, hanya 1 anak yang telah menerima vaksinasi hingga pertengahan tahun.
Rendahnya cakupan imunisasi ini meningkatkan risiko terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Tanpa imunisasi, anak-anak di Kecamatan Batee lebih rentan terhadap infeksi dan komplikasi serius dari penyakit-penyakit tersebut, yang dapat berakibat fatal.
Upaya Pemerintah Kabupaten Pidie melalui Dinas Kesehatan
Menanggapi rendahnya cakupan imunisasi di Kecamatan Batee, Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program imunisasi. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, dr. Dwi Wijaya, menjelaskan bahwa kolaborasi lintas sektor telah dijalankan guna mengatasi permasalahan tersebut.
“Kami berupaya melakukan pendekatan berbasis komunitas, melibatkan kepala desa, tokoh masyarakat, dan pemuka agama setempat dalam menyosialisasikan pentingnya imunisasi, Pendekatan ini bertujuan agar pesan mengenai pentingnya imunisasi dapat menjangkau setiap lapisan masyarakat” ungkap dr. Dwi.
Dinkes Pidie juga bekerja sama dengan berbagai lembaga kesehatan dan pemerintahan, baik di tingkat lokal maupun nasional, untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai bagi masyarakat Batee. Posyandu dan fasilitas kesehatan lainnya dijadikan pusat layanan imunisasi untuk mempermudah akses bagi masyarakat.
Selain itu, pemetaan populasi dan pendataan anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap juga menjadi salah satu fokus utama. Hal ini dilakukan agar program imunisasi dapat tepat sasaran, terutama untuk anak-anak di bawah usia dua tahun yang merupakan kelompok paling rentan terhadap PD3I.
Tantangan yang Dihadapi
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan cakupan imunisasi di Kecamatan Batee. Salah satu tantangan utama adalah minimnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya imunisasi. Masih banyak warga yang enggan membawa anak-anak mereka untuk diimunisasi, baik karena kurangnya pengetahuan maupun adanya mitos dan informasi yang salah terkait vaksinasi.
“Kami sering kali menghadapi resistensi dari masyarakat yang masih percaya pada mitos-mitos seputar imunisasi. Ada yang takut anaknya akan sakit setelah diimunisasi, atau ada yang tidak percaya pada efektivitas vaksin,” jelas dr. Dwi.
Ketersediaan tenaga kesehatan juga menjadi masalah tersendiri. Di beberapa daerah, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia masih terbatas, sehingga pelayanan imunisasi tidak dapat dilakukan secara optimal. Padahal, untuk mencapai cakupan imunisasi yang lebih luas, diperlukan tenaga kesehatan yang cukup dan terlatih.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Dinas Kesehatan Pidie terus menggalakkan kampanye imunisasi melalui berbagai medium. Kampanye ini dilakukan secara intensif melalui media massa, radio, baliho, dan spanduk yang dipasang di berbagai lokasi strategis di Batee. Iklan layanan masyarakat yang menjelaskan manfaat imunisasi dan menjawab kekhawatiran masyarakat juga disiarkan melalui televisi dan media online.
“Kampanye melalui media sosial dan platform online juga menjadi salah satu strategi utama kami untuk menjangkau audiens yang lebih luas, juga melibatkan influencer lokal, tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya imunisasi” tambah dr. Dwi.
Selain itu, Dinas Kesehatan juga berencana meningkatkan akses ke layanan imunisasi melalui program jemput bola. Posyandu keliling dan layanan kesehatan bergerak akan diterapkan untuk menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.
Dwi menekankan bahwa keberhasilan program imunisasi tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga pada partisipasi aktif masyarakat.
Oleh karena itu, edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi akan terus ditingkatkan melalui berbagai saluran komunikasi. Ia juga berharap agar para orang tua semakin sadar akan pentingnya melindungi anak-anak mereka dari penyakit berbahaya melalui imunisasi.
“Imunisasi bukan hanya melindungi anak kita, tapi juga masyarakat secara keseluruhan. Jika cakupan imunisasi tinggi, maka risiko penyebaran penyakit akan semakin kecil,” tutup dr. Dwi.
Dengan upaya bersama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, diharapkan cakupan imunisasi di Kecamatan Batee dapat meningkat secara signifikan pada akhir tahun 2024, sehingga risiko terjadinya KLB dan penyebaran penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat diminimalisir. (Adv)