Cakupan Imunisasi di Pidie Masih di Bawah Standar, Dinkes Terus Genjot

Analisaaaceh.com, Sigli | Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pidie terus berupaya meningkatkan cakupan imunisasi rutin yang saat ini masih berada di bawah standar, dengan memperkuat pemantauan serta melakukan kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi bagi anak-anak.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, dr. Dwi Wijaya, mengungkapkan bahwa cakupan imunisasi untuk vaksin seperti DTP, Polio, MMR, Hepatitis B, dan lainnya masih jauh di bawah standar yang ditetapkan secara nasional.

“Semua cakupan imunisasi masih di bawah standar. Kami akan terus mendorong peningkatan cakupan imunisasi rutin, terutama karena risiko penularan penyakit seperti polio, campak, dan difteri di Indonesia masih tinggi,” ujar dr. Dwi Wijaya saat di wawancara analisaaceh.com pada Kamis 19 September 2024.

Menurut dr. Dwi, Indonesia masih berisiko tinggi untuk penularan beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Sebagai contoh, sebanyak 10 provinsi dan 194 kabupaten/kota di Indonesia masuk ke dalam wilayah dengan risiko transmisi campak yang tinggi dan sangat tinggi.

Bahkan sambungnya, pada tahun 2022 hingga 2023 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio tipe 2 di Indonesia. Di Provinsi Aceh, cakupan imunisasi polio di beberapa kabupaten, termasuk Pidie, Aceh Utara, dan Bireuen, masih tergolong rendah pada tahun 2022.

“Dalam upaya mengejar target imunisasi, Kementerian Kesehatan telah menjalankan program imunisasi tambahan untuk polio, difteri, dan campak di beberapa provinsi, termasuk Aceh, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau,” jelas dr. Dwi.

Selain program imunisasi rutin, pemerintah juga tengah melaksanakan vaksinasi HPV gratis untuk mencegah kanker serviks pada wanita. Vaksin ini diberikan kepada anak perempuan kelas 5 dan 6 SD, dan mulai tahun ini akan disebar secara merata di 34 provinsi di Indonesia.

Namun, dr. Dwi mengakui bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) di Kabupaten Pidie juga masih di bawah target nasional. Begitu pula untuk imunisasi Baduta Lengkap (IBL) yang masih rendah, termasuk imunisasi lanjutan bagi anak-anak usia sekolah dasar.

“Cakupan imunisasi lanjutan lengkap untuk anak usia sekolah dasar, seperti dosis DT, campak rubella, dan Td, masih di bawah standar. Ini sangat memprihatinkan dan berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa (KLB),” tambah dr. Dwi.

Untuk mengatasi rendahnya cakupan imunisasi, Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie berkomitmen untuk terus memperkuat program edukasi melalui kampanye publik yang lebih intens.

Salah satunya melalui Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang bertujuan mengejar ketertinggalan cakupan imunisasi. Kampanye ini disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat, termasuk melibatkan pemimpin agama untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi.

“Melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat menjadi langkah penting dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program imunisasi. Meningkatkan cakupan imunisasi anak adalah langkah esensial untuk melindungi masyarakat dari potensi wabah penyakit yang bisa dicegah,” jelas dr. Dwi.

Namun, dr. Dwi mengakui bahwa tantangan terbesar yang dihadapi adalah penyebaran informasi hoaks di media sosial, yang menyebabkan ketakutan dan keraguan terhadap vaksinasi.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Pidie berkomitmen untuk melawan hoaks dengan memperkuat kampanye berbasis bukti ilmiah dan berkolaborasi dengan media untuk menyebarkan informasi yang benar.

Dr. Dwi juga menekankan pentingnya peran keluarga, khususnya ibu, dalam mencapai cakupan imunisasi yang lebih baik. Menurutnya, ibu bisa menjadi agen perubahan dengan menyebarkan informasi yang benar tentang manfaat vaksin kepada orang tua lainnya.

“Peran ibu sangat penting dalam mendorong imunisasi di komunitas. Dengan partisipasi aktif ibu-ibu, cakupan imunisasi bisa meningkat, dan manfaatnya akan dirasakan oleh anak-anak serta masyarakat secara keseluruhan. Ini penting untuk melindungi masa depan generasi penerus bangsa,” kata dr. Dwi.

Selain kampanye informasi publik melalui poster-poster di setiap desa, dr. Dwi mengungkapkan bahwa Dinas Kesehatan Pidie juga berencana untuk memperkuat komunikasi dengan masyarakat melalui forum diskusi, sehingga informasi yang diberikan lebih akurat dan terpercaya.

Dr. Dwi mengajak semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, untuk bersinergi demi meningkatkan cakupan imunisasi di Kabupaten Pidie. Ia berharap bahwa upaya edukasi dan peningkatan akses layanan kesehatan melalui kunjungan langsung ke rumah-rumah warga dapat membantu mempercepat pencapaian target imunisasi.

“Kita membutuhkan dukungan dari semua pihak untuk mencapai cakupan imunisasi yang sesuai dengan target. Dengan kerja sama yang kuat, kita dapat melindungi anak-anak kita dan mencegah terjadinya wabah penyakit yang bisa dicegah dengan vaksinasi,” tutup dr. Dwi. (Adv)

Redaksi

Editor Analisaaceh.com

Komentar

Recent Posts

CCDE Bantu Sepeda untuk Dua Siswi MAN 4 Aceh Selatan

Analisaaceh.com, Tapaktuan | Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh menyerahkan dua…

1 jam ago

Partai Aceh Laporkan KIP Aceh ke Panwaslih

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Partai Aceh, diwakili oleh Wakil Ketua Adi Laweung, melaporkan Komisi Independen…

3 jam ago

Oknum Geuchik di Aceh Utara Diduga Bawa Kabur Dana Desa Ratusan Juta

Analisaaceh.com, Lhoksukon | Oknum Geuchik Gampong Meunasah Blang Mane Kecamatan Paya Bakong Kabupaten Aceh Utara…

24 jam ago

Cakupan Imunisasi di Pidie Tak ada Perbedaan Berdasarkan Usia dan Kelamin

Analisaaceh.com, Pidie | Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, dr. Dwi Wijaya, menyatakan bahwa tidak…

1 hari ago

KIP Banda Aceh Terima 1.336 Bilik Suara untuk Pilkada 2024

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Komisi Independen Pemilihan (KIP) Banda Aceh menerima 1.336 bilik suara untuk…

1 hari ago

Puluhan Nelayan di Abdya Terima Bantuan Fiber Box Ikan

Analisaaceh.com, Blangpidie | Sebanyak 77 orang nelayan dalam Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) menerima bantuan…

1 hari ago