Analisaaceh.com, Banda Aceh – Menjadikan Banda Aceh Smart City merupakan cita-cita Aminullah Usman, Wali Kota Banda Aceh yang kini tengah menjabat sejak 2017 lalu.
Dalam memajukan kota, ia pun banyak merancang strategi pembangunan dan manajemen kota, termasuk dengan memanfaatkan teknologi sesuai perkembangan jaman. Hal ini terbukti dengan banyaknya prestasi di bidang ICT (Information and Communication Technology). Banda Aceh pun mensejajarkan diri dengan kabupaten/ kota lainnya di Indonesia yang tergabung dalam Gerakan 100 Smart City.
Hal ini dituangkan dalam nota kesepahaman Implementasi Gerakan Menuju 100 Smart City yang ditandatangani antara Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman dengan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Samuel Abrijani Pangerapan pada tanggal 15 Mei 2019 lalu, bertempat di Hotel Santika Premiere, Jakarta.
Setelah penandatangan nota kesepahaman ini, Pemerintah Kota Banda Aceh sendiri telah menyusun dan membentuk tim untuk menyiapkan segala elemen kerja yang diperlukan dalam implementasi Smart City termasuk pembentukan Dewan Smart City yang beranggotakan semua kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan pakar Smart City dari kalangan akademisi.
Selain itu juga telah dibentuk Tim Pelaksana Gerakan Menuju 100 Smart City yang beranggotakan perwakilan pejabat dan staf pelaksana dari semua OPD yang bertanggung jawab untuk menyusun dan menyelesaikan rencana induk (masterplan) Smart City dan program percepatan (quick wins).
Dalam perihal pelayanan bagi masyarakat, Aminullah menuangkan inovasinya dengan menerapkan konsep kolaboratif government, yang dimana bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat mendapat pelayanan maksimal, cepat dan tidak berbelit-belit, maka dari itu hadirlah Mal Pelayanan Publik (MPP).
Aminullah jeli, ia memanfaatkan cara dalam mengambil suatu langkah strategis sebagai bentuk perbaikan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di Banda Aceh. Mal Pelayanan Publik dikombinasikan dengan penggunaan teknologi informasi sebagai jawaban atas tantangan revolusi 4.0 yang saat ini sedang dihadapi dunia. Diharapkan dengan penggunaan teknologi informasi, tersedia pelayanan publik yang lebih mudah diakses dan menambah unsur kenyamanan dalam mendapatkan pelayanan.
Berbicara prospek Banda Aceh di tahun-tahun mendatang, ia berharap kota ‘Gemilang’ ini mampu bertransformasi menjadi kota pintar yang islami, kompetitif dan inovatif. Kota Pintar yang Islami dalam angan Aminullah, dapat diwujudkan dengan cara mencerdaskan seluruh proses penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, dan kehidupan sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara bersih, transparan, akuntabel dan demokratis sesuai syariah Islam, sejalan dengan program Kota Banda Aceh dalam bingkai Syariah.
Aminullah dalam inovatifnya membangun masyarakat yang tak kenal lelah dalam belajar berbagai ilmu termasuk teknologi, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cerdas, terwujudnya peningkatan kualitas hidup, dengan tata kota yang indah, nyaman, aman, dan bebas polusi secara berkelanjutan.
Secara kompetitif, Aminullah menginginkan masyarakat Banda Aceh menjadi masyarakat yang cerdas dan berdaya saing tinggi serta memiliki ekosistem perkotaan yang maju dengan memiliki ciri khas masyarakat yang menghargai kearifan lokal, berpendidikan tinggi, berpikiran terbuka, kreatif dan fleksibel, tentu juga masyarakat yang berbasis teknologi informasi.
Visi tersebut merupakan penyelarasan dari pembangunan kota pintar dan visi misi pemerintahannya bersama Zainal Arifin, yakni “Terwujudnya Banda Aceh Gemilang dalam Bingkai Syariah”. Visi dan misi dengan output nilai kompetitif untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas dan berdaya saing tinggi. Nilai inovatif yang diwujudkan dengan meningkatkan kualitas hidup, memberikan pelayanan publik yang efektif, efisien, transparan, dan partisipatif, dengan mengoptimalkan pemanfaatan TIK (teknologi informasi komunikasi).
Bagi seorang Aminullah, penerapan konsep smart city akan lebih menghidupkan sektor-sektor unggulan Banda Aceh seperti ekonomi, perdagangan dan jasa, dan pariwisata. Dengan mengoptimalkan TIK kita bisa mem-blow up promosi dan informasi tentang kota, sehingga akan lebih menarik minat wisatawan maupun investor untuk datang.
Untuk mencapai semua itu, Aminullah pun telah instruksikan seluruh jajaran pemerintahan dan segenap elemen kota diminta untuk tidak menyia-nyiakan penetapan Banda Aceh sebagai pilot project smart city Indonesia. Hal ini harus dioptimalkan seluruh elemen agar benar-benar berhasil secara maksimal, termasuk dari sisi anggaran.
Pengembangan smart city Kota Banda Aceh dilakukan dengan pendekatan enam dimensi yaitu smart governance, smart branding, smart economy, smart living, smart society, dan smart environment, secara sistematis, efektif, efisien, logis, kondisional, partisipatif dan realistis sesuai kebutuhan Kota Banda Aceh dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
Dalam meningkatkan pelayanan kepada publik, jajaran Pemerintah Kota Banda Aceh sejak lama telah memanfaatkan bidang IT. Terdapat 93 aplikasi di lingkup Pemko Banda Aceh yang digunakan untuk memberikan pelayanan kepada pegawainya sendiri (private) khususnya juga kepada masyarakat (public), diantaranya aplikasi E-Kinerja, E-Disiplin, E-Delegasi, E-Puskesmas, SIPERI (Sistem informasi penerimaan retribusi),E-Berindah, E-Surat (aplikasi surat elektronik), Mi Abang (Mobile Informasi Anggaran Banda Aceh), SIPDA (Sistem Informasi Pajak Daerah), UBK (Ujian Berbasis Komputer), KTP Elektronik, dan banyak lagi yang dapat dilihat langsung di situs layanan.bandaacehkota.go.id”.