Dinkes Aceh Ajak Semua Pihak Ikut Berperan Pencegahan Stunting

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Aceh, dr. Sulasmi, MSHM. Foto: Naszadayuna/analisaaceh.com

Analisaaceh.com | Dinas Kesehatan (Dinkes) mengajak semua pihak untuk turut serta dalam upaya penurunan angka stunting terhadap anak di Serambi Mekah.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr Sulasmi, MHSM mengatakan bahwa untuk menurunkan prevalensi stunting di Aceh diperlukan kerja sama lintas sektor.

“Ini merupakan tantangan besar bagi Aceh untuk menurunkan prevalensi stunting dan tentunya harus dilakukan dari lintas sektor,” ujarnya, Kamis (20/10/2022).

Menurutnya, stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Stunting yang merupakan masalah kurang gizi kronis ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak.

Anak yang mengalami gizi kronis ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Indonesia menempati urutan kedua di Asia Tenggara dan keempat dunia dengan beban anak yang mengalami stunting.

Dalam pencegahannya, Dinkes Aceh menargetkan tiga sasaran intervensi spesifik penurunan stunting di Aceh yaitu remaja putri, ibu hamil dan balita yang dilakukan melalui 10 program.

Sasaran yang ditujukan kepada remaja putri yakni pemberian tablet darah (TTD) seminggu satu kali untuk satu tablet dan pemeriksaan kesehatan termasuk kadar hemagoblin pada siswa kelas tujuh dan kelas sepuluh.

“Kalau untuk ibu hamil itu pemeriksaan kehamilan dengan antenatal care sebanyak enam kali dan dua kali dengan dokter termasuk USG, selanjutnya juga memberikan TTD minimal 90 tablet setelah kehamilan, dan ibu hamil juga perlu makanan tambahan. Jadi kita berikan makanan tambahan KEK berupa protein hewani,” jelasnya.

Program yang dilakukan setelah lahir yakni pemantauan tumbuh kembang dengan penimbangan, pengukuran panjang badan balita dan pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu.

“Program pemberian Asi ekskusif juga termasuk dari sejak lahir hingga umur enam bulan, program memberikan makanan tambahan protein hewani bagi anak 12 hingga 23 bulan berupa telur dan protein lainnya,” ungkap Sulasmi.

Kemudian program tata laksana balita dalam masalah gizi yang merujuk pada balita yang bermasalah dengan gizi untuk ke Puskesmas atau rumah sakit dan pemberian makanan tambahan balita di usia kurang dari enam bulan formula 75 dan 100 untuk balita kurang gizi.

“Selanjutnya peningkatan cakupan dan imunisasi baik pelayan rutin kampanye bulan imunisasi dasar dan tiga imunisasi tambahan, jadi bagi remaja putri juga jangan lupa minta tablet tambah darah di Pukesmas, dan ingat pentingnya imuninasi terhadap anak sehingga dapat mencegah terjadi stunting,” jelasnya.

dr. Sulasmi menyebutkan, ada dua intervensi yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting, yakni intervensi sensitif dan intervensi spesifik. Dinas Kesehatan sambungnya, hanya bisa melakukan dari segi intervensi spesifik dan hanya mampu mendongkrak 30 persen untuk menekan prevalensi anak stunting.

“Kalau intervensi sensitif itu dilakukan di luar sektor kesehatan, seperti sektor pertanian, pendidikan, keluarga berencana, PUPR, perekonomian, dan lain-lain,” ujar dr Sulasmi.

Jika ini kerja sama lintas sektor ini bisa terjalin dengan baik, kata Sulasmi, maka sangat diyakinan intervensi sensitif ini dapat menekan angka hingga 70 persen.

Selain itu, kader Posyandu dan masyarakat diharapkan mampu sebaik mungkin memaksimalkan peran Posyandu agar generasi Aceh tercegah dari stunting.

“Posyandu seharusnya dibuat dengan lebih menarik agar termaksimalkan baik dengan pengumuman lisan juga bisa dimodifikasi himbauan di media sosial. Jadwal Posyandu juga harus teratur agar masyarakat tahu jadwalnya sehingga akan rutin setiap hari ke Posyandu,” ujarnya.

Partisipasi dari semua pihak juga diharapkan ada dalam proses menjalankan program posyandu ini agar peran posyandu termaksimalkan dengan baik.

“Masyarakat juga harus patuh untuk ke posyandu, harus rutin juga, bawa anak-anaknya ke posyandu, begitu juga yang sudah lansia juga harus bawa ke posyandu,” pesannya.

Menurutnya, apabila kegiatan Posyandu terselenggara dengan baik maka mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga sehingga akan memberikan kontribusi yang besar, dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak balita di Aceh.

Editor : Nafrizal
Rubrik : KESEHATAN
Komentar
Artikulli paraprakPosyandu Sebagai Garda Terdepan Dalam Pencegahan Stunting
Artikulli tjetërInklusifitas dalam Penurunan Stunting