Festival Danau Lut Tawar Usai, Shabela Ajak Semua Pihak Promosikan Wisata Aceh Tengah

Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar (Foto/Karmiadi)

Analisaaceh.com, Takengon | Event Festival Danau Lut Tawar secara resmi telah ditutup, kegiatan Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwista (Disbudpar) Aceh, bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) serta Komunitas seni di Negeri berhawa sejuk itu diharapkan dapat mempromosikan berbagai tempat wisata di Kabupaten tersebut.

Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar mengatakan, kegiatan tersebut merupakan ajang untuk mempromosikan wisata yang dibalut dengan berbagai atraksi seni budaya, Gayo Art Carnival, Lomba Festival Didong, Lomba Perahu Tradisional dan Parade Perahu Hias serta turut menghadirkan artis dari ibukota yang cukup menyedot antusias masyarakat.

“Kegiatan promosi wisata tidak hanya berhenti sampai disini, semua pihak dan pihak terkait harus terus berupaya mempromosikan wisata, kami kira cukup banyak sarana dan media yang dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan wisata di Aceh Tengah,” pinta orang nomor satu di Negeri penghasil Kopi Arabika terbaik Dunia itu, Selasa (10/12/2019) malam, di Lapangan Musara Alun Takengon.

Untuk menyedot perhatian masyarakat tentang objek wisata baik alam maupun buatan kata dia, harus dikelola dengan baik, pelaku bisnis wisata terus berinovasi, sehingga pengunjung tidak merasa bosan dan akan terus hadir karena ada hal-hal baru yang ditampilkan.

Untuk diketahui, Event bertemakan “Aceh Glorious Heritage” itu dimulai pada tanggal 08 hingga 10 Desember 2019. Sebagai lokasi utama, bertempat di Lapangan Musara Alun Takengon. Beragam kegiatan disuguhkan untuk masyarakat.

Event tersebut dimeriahkan oleh penyanyi top Nasional Cakra Khan dan Virzha, sementara penyanyi lokal yaitu, Ervan Ceh Kul, Orang Hutan Squad, Andie Seuramo Reggae, Zombeetnica, Serudang Mango dan ragam atraksi seni budaya dari sanggar dan komunitas yang ada di Kabupaten Aceh Tengah.

Sebelumnya, Shabela Abubakar menyebut, pengembangan sektor industri Pariwisata di Aceh Tengah, perlu penetapan zona dan jalur pemetaan perjalanan wisata, selama ini ujarnya, daya saing paket wisata masih lemah dan terkesan monoton apa adanya, kurang inovasi dalam meramu paket wisata baru serta kurang dalam kemasannya.

“Jika pariwisata dikemas dengan baik, pengunjung tidak akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengunjungi satu obyek wisata. Hal ini tentu juga berpengaruh akan efektif dan efisiennya perjalanan wisata yang dilakukan, sehingga semakin banyak kawasan wisata yang dapat dikunjungi dalam sehari, kemudahan yang diberikan dalam layanan wisata ini tentu sangat berpengaruh  dan bermanfaat secara ekonomi dalam peningkatan pendapatan masyarakat dan pelaku bisnis wisata,” papar Bupati.

Pariwisata Aceh secara umum telah dikenal dengan konsep wisata halal. Wisata halal tidak jauh berbeda dengan wisata pada umumnya, mengusung konsep wisata yang memudahkan wisatawan muslim untuk memenuhi kebutuhan berwisata, antara lain tersedianya rumah makan bersertifikasi halal, tersedianya Mesjid/musholla di tempat umum, fasilitas kolam renang terpisah antara pria dan wanita.

“Aceh Tengah pun sepakat bahwa konsep wisata halal harus diterapkan dan perlu didukung oleh segenap penggiat wisata dan pelaku bisnis wisata. Melalui penetapan Qanun rencana induk pengembangan pariwisata, kami berupaya meningkatkan kunjungan wisata lokal, Nasional maupun Internasional, tentu tetap dengan konsep wisata halal,” ujar pria berkulit putih itu.

Lebih lanjut katanya, penerapan konsep wisata halal menjadi keharusan, disamping menerapkan syariat islam, Aceh Tengah sebagian besar dikunjungi oleh wisatawan muslim, baik dalam maupun luar negeri.

“Harus tersedia sarana dan prasarana yang mendukung penerapan wisata halal itu sendiri, apakah saat ini kita sudah menyediakan sarana pendukung tersebut?,” tanya Shabela.

Selain menyelenggarakan event atau festival, pihak terkait harus mampu memenuhi sarana dan prasarana pendukung pariwisata halal. Hal itu menjadi PR bersama. Bukan hanya Pemerintah, namun juga penggiat bisnis pariwisata.

Untuk di ketahui, Danau Lut Tawar saat ini mengalami degradasi, debit air mengalami degradasi dan semakin tingginya sedimentasi. Hal itu disebabkan oleh semakin berkurangnya tutupan lahan karena alih fungsi hutan menjadi perkebunan dan pemukiman. Sementara itu diperairan Danau, terjadi penurunan luasan perairan yang disebabkan oleh pemanfaatan sempadan Danau menjadi pemukiman dan tempat wisata.

“Selain kopi gayo, Danau Lut Tawar sudah menjadi ikon Aceh Tengah sejak dulu, hal ini dikarenakan Danau Lut tawar merupakan obyek wisata utama di Tanoh Gayo, selain sebagai obyek pariwisata, danau ini juga sangat penting bagi pengendalian keseimbangan air dan menjadi sumber air untuk Kabupaten Bener Meriah, Bireuen, Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe,” terang Shabela Abubakar.

Komentar
Artikulli paraprakMendagri Keluarkan Surat Penugasan Tgk Amran Jadi Plt Bupati Aceh Selatan
Artikulli tjetërWabup Aceh Utara Minta Semua Gampong Miliki Qanun Adat dan Reusam