Geliat Shabela “Perangi” Stunting di Aceh Tengah

Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar (foto/Ist)

Analisaaceh.com, Takengon | Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar optimis Stunting Problem penyakit gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun itu akan mengalami penurunan.

Angka Stunting di Kabupaten penghasil Ikan Depik itu dinilai cukup tinggi, berdasarkan hasil survey Kesehatan Nasional Tahun 2018 mencapai 30,2 persen, Aceh secara Nasional masuk di urutan ke-3, didalamnya termasuk Kabupaten Aceh Tengah.

Bupati Shabela merespon cepat hasil survey nasional tersebut, ia terus merangkul semua pihak untuk berperan aktif memerangi penyakit gizi kronis pada balita yang ditandai dengan pendeknya pertumbuhan badan yang disebut sebagai indikator derajat kualitas hidup masyarakat.

Menurut dia, Stunting tidak hanya berkaitan dengan lambatnya pertumbuhan fisik anak, namun ditengarai juga berpengaruh kepada tidak maksimal nya perkembangan otak anak, hingga mempengaruhi kemampuan belajar dan mental. Selain itu kata dia, anak yang mengalami stunting akan punya riwayat kesehatan yang kurang baik karena daya tahan tubuhnya juga buruk. Dan stunting bisa menurun (degenerative) ke generasi berikutnya.

Untuk itu Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah terus konsen menurunkan angka Stunting dengan menerbitkan beberapa regulasi, mendorong peran aktif seluruh pemangku kepentingan melalui tugas dan fungsinya masing-masing.

Orang nomor satu di Kabupaten penghasil Kopi Arabika itu berujar, mencegah Stunting  bukan hanya tugas Dinas Kesehatan (Dinkes), masyarakat juga harus mendukung dalam merencanakan kehidupan keluarga mulai dari usia nikah, memperhatikan asupan gizi dan makanan bayi selama seribu hari pertama dan mampu mengatur jarak kelahiran.

Begitu pun di jajaran dinas Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah Shabela meminta untuk terus bersinergi menekan angka Stunting  itu, beberapa dinas yang dimaksud berkaitan langsung dengan penyakit gizi diantaranya, Dinas Pangan, Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim), Dinas Perikanan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan  Kampung (DPMK) serta Dinas Pendidikan.

“Semua dinas ini harus bersinergi untuk memerangi angka Stunting di Aceh Tengah, tidak hanya bertumpu pada dinas kesehatan semata, ini adalah tugas kita semua,” kata Shabela Abubakar saat ditemui Analisaaceh.com di ruang kerjanya beberapa hari yang lalu.

Kesadaran masyarakat mengaktifkan kembali pekarangan rumah sebagai wadah bercocok tanam serta membudidayakan ikan sebagai konsumsi sehari-hari. Dalam program Tim Penggerak Program Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Aceh Tengah disebut Tanaman Obat Keluarga (Toga).

Ketua TP-PKK Aceh Tengah Puan Ratna turut turun tangan memerangi Stunting di Negeri berhawa sejuk itu. Dalam setiap kesempatan, ia menghimbau seluruh masyarakat melalui TP-PKK Kecamatan bahkan TP-PKK Kampung untuk terus menggalakkan hatinya PKK yaitu Tanaman Obat Keluarga (Toga).

Istri Bupati Aceh Tengah itu terkadang rela meninggalkan status utamanya yaitu Ibu Rumah Tangga demi membantu Pemerintahan Shabela dalam hal memerangi angka Stunting  dengan memberi penyuluhan-penyuluhan baik di tingkat Kabupaten, Kecamatan bahkan di desa-desa.

Ibu dari 5 (lima) orang anak ini mengaku, meski telah ada dinas yang menangani hal itu pihaknya tetap ikut berkontribusi membantu Pemerintahan Shabela untuk mengurangi bahkan menghilangkan penyakit Stunting.

“PKK di desa-desa terus kami gerakkan untuk membantu mengurangi angka Stunting  di Aceh Tengah, pemenuhan gizi anak dari 0-2 tahun harus menjadi prioritas, mengingat dampak dari penyakit ini sangat berbahaya bagi generasi kita dimasa yang akan datang,” kata Puan Ratna terlihat cukup getol memerangi Stunting di wilayah yang dipimpin suaminya itu.

Cucu dari Bupati Aceh Tengah pertama (Abdul Wahab) itu dalam setiap kesempatan selalu berbicara tentang Toga, menggenjot pemanfaatan pekarangan rumah dengan gerakan “HATINYA” (Halaman Asri, Teratur, Indah dan Nyaman). Gerakan tersebut untuk mendukung pemenuhan gizi keluarga hingga mendukung gerakan ekonomi kuliner rakyat kreatif.

Meski semua pihak terus bergerak memerangi Stunting Shabela Abubakar berusaha semaksimal mungkin memerangi penyakit yang berdampak pada tinggi dan berat badan si kecil terbilang jauh dari rata-rata itu akan tuntas pada tahun 2021.

“Kita inginkan penyakit gizi ini akan musnah pada tahun 2021, artinya dalam kurun waktu 2 tahun ini kita akan terus “Kerja Keras”, supaya generasi yang akan datang tidak lagi pendek-pendek serta kualitas hidup akan semakin meningkat,” tutup Shabela Abubakar dengan nada serius.

Komentar
Artikulli paraprakHampir Sepuluh Tahun Terbengkalai, Yara Abdya Tagih Janji Plt Gubernur
Artikulli tjetërMES dan FoSSEI Sumbagut Bersinergi Membumikan Ekonomi Syariah di Aceh