Analisaaceh.com | Ie Bu Oen Kayee atau sebagian masyarakat juga menyebutnya sebagai Ie Bu Peudah merupakan salah satu dari berbagai macam makanan khas yang ada di Aceh. Ie Bu Oen Kayee ini umumnya dibuat oleh masyarakat Aceh pada bulan Ramadhan, terutama masyarakat di wilayah Aceh Besar, Banda Aceh dan Pidie.
Uniknya, makanan ini berasal dari 44 macam rempah-rempah yang diperoleh dari hutan hingga kemudian diracik dan dimasak untuk disantap. Kuliner khas Aceh yang sudah turun-temurun tersebut bahkan tidak semua masyarakat dapat meramu dan meraciknya dengan sempurna, namun biasanya dibuat oleh orang-orang yang telah berpengalaman sehingga tidak menghilangkan ciri khas rasa panganan itu sendiri.
Seperti halnya di Gampong Lheuhe Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie. Selain terkenal dengan masakan Kanji Rumbi, daerah ini juga selalu melestarikan kuliner Ie Bu Oen Kayee dengan memasaknya di Meunasah bersama seluruh masyarakat. Kuliner tersebut diharapkan dapat terus lestari tidak hilang ditelan zaman serta diketahui dan dikenali oleh generasi-generasi muda.
44 jenis daun kayu yang menjadi bahan utama dari makanan khas Aceh ini didapatinya di hutan-hutan dan rawa sekitar kampung tersebut. Untuk proses pengambilan daun, terkadang membutuhkan waktu hingga empat hari, tergantung lokasi tempat pengambilan daun di daerah tersebut.
Bahkan menurut pengakuan Azhar, peracik dan juru masak Ie Bu Oen Kayee, bahwa komoditas utama untuk makanan itu tidaklah mudah. Jika tidak ada di satu tempat, maka akan berpindah mencari ke tempat lainnya hingga berhari-hari.
“Biasanya memasak Ie Bu Oen Kayee itu bersama masyarakat ramai-ramai, jadi bahannya itu sangat banyak. Kalau tidak ada yang jual, maka kita harus cari ke hutan, terkadang harus dicari sampai berhari-hari,” kata pria yang sudah menjadi juru masak Ie Bu Oen Kayee selama 15 tahun ini.
Setelah rempah-rempah itu diperoleh secara lengkap, kemudian bahan-bahan tersebut lalu dikeringkan dengan dijemur di bawah terik matahari. Penjemuran daun kayu ini membutuhkan waktu hingga belasan hari bahkan kadang hampir satu bulan, tergantung dengan cuaca dan daerah.
Proses pengeringan ini harus dilakukan dengan baik dan benar-benar kering, karena hal ini akan berpengaruh kepada kualitas dari hasil daun tersebut. Kemudian daun itu ditumbuk dan disimpan untuk dicampurkan dengan bahan lainnya.
“Jadi untuk tahapan ini memang telah dilakukan jauh-jauh hari sebelum Ramadhan, karena untuk mengantisipasi agar bahan-bahan siap dipakai saat bulan puasa,” imbuh Azhar.
Selain dari 44 jenis daun yang telah dikeringkan tersebut, terdapat juga tambahan bahan lainnya, seperti serai, jahe, lada hitam, kunyit dan garam. Untuk memasak, biasanya masyarakat memulainya sejak pukul 15.00 WIB, agar bisa dinikmati oleh warga kampung pada saat berbuka puasa.
Proses pembuatan makanan ini menggunakan kuali yang besar dan juga menggunakan kayu sebagai bahan bakar utama. Juru masak memasukkan kira-kira dua ember kecil air bersih ke dalam kuali, lalu memasukkan beras beserta bumbu racikan. Setelah menunggu hingga panas maka ditambahkan garam, kemudian jika diperkirakan sudah masak maka Ie Bu Oen Kayee siap untuk dibagikan kepada warga.
Tampak luar dari Ie Bu Oen Kayee ini cair dan tidak kental. Tetapi makanan ini tidak menggunakan larutan gula sehingga bisa menjadi penghangat tubuh. Pada proses memasak itu juga terdapat perbedaan dengan sejumlah daerah lain di Aceh, sebagian masyarakat menggunakan santan sebagai bahan untuk memasak Ie Bu Oen Kayee ini. Begitu juga dengan tambahan lain seperti pisah dan sebagainya.
Pembuatan Ie Bu Oen Kayee tergolong tidak lama, sebab sekitar satu masakan ini telah siap saji dan dan dapat disantap oleh seluruh masyarakat. Setelah masak, Ie Bu Oen Kayee ini dibagikan kepada seluruh warga secara gratis.
Khususnya di Gampong Lheuhe Kecamatan Simpang Tiga yang berada di pesisir Kota Sigli ini, Ie Bu Oen Kayee setiap pada setiap Ramadhan menjadi takjil spesial bagi masyarakat, kuliner khas tersebut bahkan selalu habis setelah dimasak di Meunasah gampong. Sebab, kandungan rempah-rempah alami yang terkandung dalam Ie Bu Oen Kayee diyakini menjadi obat untuk berbagai macam penyakit.
Nah, bagi yang ingin mecicipi lezatnya Ie Bu Oen Kayee, kuliner khas Tanah Rencong ini maka bisa mendapatinya di beberapa daerah di Aceh, terutam di wilayah Aceh Besar, Banda Aceh dan Pidie.
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Sebanyak lima ruko tempat usaha di Gampong Lambheu, Simpang Lampu Merah…
Analisaaceh.com, Tapaktuan | Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari Fraksi Partai Aceh (PA), T.…
Analisaaceh.com, Lhokseumawe | Komisi Independen Pemilihan (KIP) Lhokseumawe sukses menyelenggarakan debat kedua calon Wali Kota…
Analisaaceh.com, Lhokseumawe | Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Aceh bekerja sama dengan Development for…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Panitia Pengawasan Pemilihan Aceh (Panwaslih) Aceh memetakan potensi Tempat Pemungutan Suara…
Analisaaceh.com, Banda Aceh | Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa…
Komentar