Analisaaceh.com, Banda Aceh | Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan UNESCO melakukan metodelogi penilaian untuk mengukur kesiapan Indonesia terutama Aceh dalam pengembangan dan pengadopsian Kecerdasan Buatan, Artificial Intelligence (AI).
Dengan Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA) dan Universitas Syiah Kuala (USK), workshop hybrid Penilaian Kesiapan Kecerdasan Artifisial (AI) di Indonesia digelar di Auditorium FMIPA, USK Kamis (11/7/ 2024).
Penilaian ini menggunakan Metodologi Penilaian Kesiapan AI (RAM), alat yang dikembangkan oleh UNESCO dan selaras dengan standar etika global.
Metodologi Penilaian Kesiapan AI atau Readiness Assessment Methodology (RAM) dikembangkan oleh UNESCO Expert without Borders, yang merupakan instrumen berstandar global yang diadopsi oleh Indonesia dan 193 negara lainnya.
Dimana RAM akan menghasilkan laporan kesiapan AI di Indonesia, termasuk rencana aksinya yang menjadi landasan dalam perumusan kebijakan dan regulasi AI yang beretika.
UNESCO memastikan bahwa sistem AI tidak menggantikan tanggung jawab dan akuntabilitas manusia.
Semua teknologi harus dinilai berdasarkan dampaknya terhadap keberlanjutan, yang dipahami sebagai serangkaian tujuan yang terus berkembang termasuk yang ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Rektor USK, Prof. Dr. Ir. Marwan dalam sambutannya mengatakan, perkembangan AI sudah sedemikian pesat. Salah satu dari sekian banyak produk AI yang sudah banyak digunakan adalah ChatGPT.
“Maka perlu persiapan agar perkembangan AI lebih banyak positifnya. USK telah memulai dengan membuka Prodi S2 Kecerdasan Buatan sejak 2021. Prodi ini hanya ada tiga di Indonesia, UGM dan USU,” ungkap Rektor.
Ia menambahkan bahwa metodologi penilaian kesiapan AI adalah sebuah pendekatan yang akan membantu untuk menilai sejauh mana kesiapan organisasi atau institusi mengadopsi teknologi AI.
Mempersiapkan talenta AI unggul untuk Aceh secara khusus, dan Indonesia, dengan berkolaborasi dengan Kominfo serta UNESCO.
“Untuk dapat memanfaatkan potensi AI secara maksimal, diperlukan kesiapan yang matang dalam hal infrastruktur, sumber daya manusia, dan strategi implementasi,” ujar Prof Marwan.
Sementara itu,Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian (Kominsa) Aceh, Marwan Nusuf, menerangkan kehadiran AI sangat integral, maka penggunaan musti efisien, serta memastikan algoritma melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan.
“Metodelogi telah dikembangkan oleh Unesco yang merupakan instrumen global yang akan diadopsi oleh Indonesia, dan dilihat sejauh mana kesiapan diaplikasikan di Aceh,” ujarnya.