Pakar Satwa Liar Sebut Harimau Sumatera Dapat Beradaptasi dengan Manusia

Analisaaceh.com, Jakarta | Pakar satwa liar dari Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM), Muhammad Ali Imron, mengatakan bahwa harimau adalah hewan liar yang dapat beradaptasi dengan manusia. Karakteristik itu disebut Imron bahkan dimiliki Bonita, seekor Harimau Sumatera yang pernah menerkam dan menewaskan dua orang di Indragiri Hilir, Riau, pada 2018 lalu.

“Jadi Bonita itu sebenarnya familiar dengan manusia. Ada truk tidak takut, ada motor tidak takut, dengan manusia juga tidak takut. Ini menunjukkan bahwa Bonita secara personality bisa beradaptasi dengan manusia,” katanya di peluncuran buku ‘Bonita: Hikayat Sang Raja’ karya jurnalis senior Haidir Anwar Tanjung, Jumat 27 November 2020.

Menurut Imron ada beberapa karakteristik hewan liar, terutama dalam hal ini harimau, yang kerap terlibat konflik dengan manusia. Salah satunya adalah karena habitatnya telah terdegradasi.

“Habitat itu, konfliknya terjadi di situ. Jarang konflik terjadi di dalam kawasan hutan,” kata dia.

Karakteristik kedua adalah bahwa konflik kerap terjadi pada hewan liar yang mengalami kesulitan fisik. Bisa karena sakit atau sudah tua sehingga hewan itu kesulitan untuk menangkap satwa yang masih liar.

“Maka mereka akan mengejar binatang yang mudah, seperti kerbauatau kambing, atau bahkan manusia,” kata Imron menerangkan.

Karakteristik lainnya adalah karena individu hewan itu agresif. Tapi, Ali menambahkan, Bonita tidak termasuk dalam ketiga karakteristik tersebut. Dia mengatakan itu setelah membaca isi buku yang diluncurkan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tersebut.

Imron menduga Bonita adalah individu Harimau Sumatera yang sedang mencari teritori karena hewan tersebut masih relatif muda dan sebenarnya familiar dengan manusia, memiliki kepribadian yang bisa beradaptasi dengan manusia. Dia menyerang justru karena merasa terancam.

Imron menyatakan itu berdasarkan cerita dalam dua kasus terbunuhnya dua orang yang disebutnya memberi gangguan kepada si raja hutan. “Pertama, almarhumah Jumiati itu kan latah dalam cerita itu. Kayak mukul-mukul, bales mukul. Itu yang kemudian membuat dia (Bonita) merasa terancam dan kemudian merasa ingin menyelamatkan juga.”

Menurut Imron, hal yang sama juga muncul di cerita korban lain. “Dia juga membuat gangguan dengan cara melempar batu. Nah, ini yang saya kira memacu dia,” kata Imron lebih lanjut.

Terkait konflik satwa liar dengan manusia, Imron menyarankan kepada pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk lebih memahami tiga karakteristik yang telah dipaparkannya sehingga bisa memberikan penanganan secara tepat.

Selain itu, masyarakat di sekitar hutan, perlu diberi penyadaran dan edukasi sehingga mereka tidak malah menjadi korban karena tidak mengetahui cara penanganan ketika berhadapan dengan hewan liar.

Sumber: Tempo.co

Editor : Nafrizal
Rubrik : LINGKUNGAN
Redaksi

Editor Analisaaceh.com

Komentar

Recent Posts

Api Lahap Bekas Bengkel Motor di Aceh Besar

Analisaaceh.com, Aceh Besar | Sebuah bangunan bekas bengkel motor di Gampong Tutui, Kecamatan Kuta Cot…

3 jam ago

184 Bencana Terjadi di Aceh, Kerugian Rp132,74 Miliar

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Provinsi Aceh mengalami 184 kejadian bencana alam sepanjang Januari hingga Juni…

3 jam ago

Sejak Juli, 20 Karhutla Terjadi di Aceh Besar, 5,24 Ha Terbakar

Analisaaceh.com, Aceh Besar | Sebanyak 20 kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di Kabupaten…

7 jam ago

Kapolri Nikmati “Kupi Khop” di Stan Bhayangkari Aceh

Analisaaceh.com, Jakarta | Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo bersama Ketua Umum Bhayangkari Ny.…

7 jam ago

Rapat Paripurna DPRK Abdya Molor, Banyak Anggota Tak Hadir

Analisaaceh.com, Blangpidie | Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Barat Daya (Abdya) molor…

12 jam ago

Tiga Mahasiswa SKI FAH UIN Ar-Raniry Raih Juara Nasional di OSINAS 2025

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Tiga mahasiswa Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan…

1 hari ago