Pentingnya Sanitasi Lingkungan Bersih Agar Terhindar dari Stunting

Ilustrasi

Analisaaceh.com, Banda Aceh | Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr Sulasmi, MHSM mengatakan bahwa tumbuh kembang anak turut dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, lingkungan yang bersih akan menjadikan anak yang sehat dan terhindar dari stunting.

“Apabila di rumah banyak lalat, air yang kurang bersih, mengkonsumsi makanan yang dihinggapi lalat, ini adalah contoh lingkungan yang tidak bersih dan mudah terserang penyakit bagi anak dan keluarga,” tuturnya.

Menurut dr Sulasmi, stunting rata-rata yang terjadi pada anak-anak yang keluarganya tidak menerapkan hidup yang bersih dan tidak menyajikan makanan yang sehat sehingga penyakit dengan mudah menyerang sistem kekebalan tubuh.

“Meskipun anak stunting itu tidak sakit namun ia berasal dari ibu yang tidak sehat, sakit-sakit, kekurangan gizi sehingga melahirkan anak yang postur tubuh pendek,” paparnya.

Selain itu, sambung Sulasmi juga diharapkan tidak membuang air besar sembarangan, sampah harus dibuang pada pada tempatnya, kebiasaan minum air mentah harus dihilangkan serta makan yang harus dahului dengan mencuci tangan terlebih dahulu agar tidak menimbulkan penyakit menular.

“Pemisahan saluran limbah cair rumah tangga dan saluran pembuangan air limbah, gunakan wadah dan perlengkapan rumah tangga yang bersih, dan selokan juga dijaga,” pesannya.

dr Sulasmi menjelaskan, stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Stunting yang merupakan masalah kurang gizi kronis ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak.

Anak yang mengalami gizi kronis ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Indonesia menempati urutan kedua di Asia Tenggara dan keempat dunia dengan beban anak yang mengalami stunting.

Berdasarkan hasil Studi Kasus Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia berada di 24,4 persen. Angka ini mengalami penurunan 3,3 persen di tahun 2019 sebesar 27,7 persen.

Prevalensi stunting ini lebih baik dibandingkan Myanmar (35 persen), tetapi masih lebih tinggi dari Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%), dan Singapura (4%). Jika dirunut menurut 34 provinsi, Aceh merupakan salah satu daerah dengan kasus stunting tertinggi di Indonesia.

“Prevalensi anak stunting di Aceh jauh di atas rata-rata nasional,” ujar dr Sulasmi.

Dari data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, Aceh menempati posisi ketiga tertinggi setelah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Barat di posisi pertama dan kedua.
“Di Indonesia prevalensi stunting itu berada di 24,4 persen. Jadi kita jauh dari rata-rata nasional,” ucapnya.

Oleh sebab itu, penerapan pola hidup sehat harus sudah mulai digalakkan sejak anak menginjak usia remaja untuk mencegah anak terlahir stunting.

Para remaja juga disarankan untuk menjalankan pola hidup sehat, dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Contoh makanan yang disarankan oleh Menkes adalah seperti hati ayam, ikan dan telur.

“Jaga hidup sehat lebih penting daripada mengobati sesudah sakit. Stunting itu akan menyebabkan anak kita bodoh. Ingat masa remaja pokoknya mesti diperiksa darahnya. Ada korelasi antara kesehatan tubuh dan angka darah,” katanya.

Editor : Nafrizal
Rubrik : KESEHATAN
Komentar
Artikulli paraprakBakri Siddiq Terima JMSI Award 2022
Artikulli tjetërDinkes Aceh Himbau Praktik Sanitasi Diterapkan Untuk Cegah Stunting