Serdadu Tak Bertuan

Herman Jocky (foto/album facebook)

Oleh Herman Joky

(Cerita ini ku dedikasikan untuk sang Ayah dan Abang, sebagai bentuk penyesalan yang sangat dalam, ketika engkau terakhir kali berada di dunia ini, aku tidak dapat memeluk dan mencium wajahmu. Aku anakmu yang belum beruntung!!).

Teriakannya memecahkan keheningan jum’at siang dipinggir sebuah lereng gunung dengan latar rimba raya tak berpenghuni. Popor senapan serbu khas Libya itupun lantang memuntahkan, menggaung di tengah membisunya tubuh para Komando Rimba itu.

Ya…dia akrab disapa dengan sebutan Yong. Tubuh tinggi, kulit sawo matang, duduk mantap di kepalanya sebuah baret merah dengan lambang burak singa.

Siang jum’at itu ia tak berdaya dan terduduk bersimpuh di bawah pohon besar, ia tak kuasa melihat Ayahnya terkapar dalam sebuah pertempuran yang tak seimbang. Ya…pertempuran yang tak seimbang, pertempuran yang tak seimbang…pertempuran yang seimbang.

Subuh jum’at itu, di sebuah markas kecil yang hanya terdapat tujuh orang penjaga, di antara tujuh orang penjaga itu hanya 4 orang bersenjata, salah satu di antara 3 orang yang tak bersenjata itu adalah Ayah dari Yong.

Subuh jum’at, di mana Ayahnya sedang melaksanakan shalat subuh, tepat pada takbir pertama, Ayahnya mendengar denduman keras dari arah yang tidak jauh, dan dentuman itupun bak petir saling bersautan. Timah panas bagai bola api dari angkasa menyeruak menembus dinding hutan tak bertuan. Dentuman balasan juga terus meraung dari popor senjata laras panjang buatan Rusia.

Dalam hujan peluru yang dahsyat Ayah Yong mencoba menyelesaikan shalat nya. Allahu Akbar……, Ayahnya roboh dari shalatnya. Beberapa timah panas menembus lutut dan paha, memaksa Ayah Yong untuk berhenti sholat. Perlahan Ayah Yong turun dari gubuk itu dan mencari tempat aman sambil memegang sebilah parang.

Komentar
1
2
Artikulli paraprakKasdam IM Pimpin Upacara Sertijab Danyonif Raider 112 Dharma Jaya
Artikulli tjetërBappenas Benarkan Lahan Ibu Kota Baru Dikuasai Sukanto Tanoto