Songket Putri Lindung Bulan, Warisan Tenun Khas Aceh Tamiang

Kain tenun putri lindung bulan, foto : Dekranasda Aceh Tamiang

Analisaaceh.com | Aceh Tamiang tidak hanya dikenal dengan keindahan alam dan kulinernya, tetapi juga memiliki warisan budaya berupa kerajinan kain tradisional. Salah satu karya yang memukau adalah tenun songket Putri Lindung Bulan, sebuah kain khas yang sarat nilai seni dan filosofi.

Tenun ini bukan sekadar kain, melainkan simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Aceh Tamiang. Dikerjakan secara manual dengan alat tenun tradisional, songket Putri Lindung Bulan merepresentasikan keterampilan dan ketekunan yang diwariskan secara turun-temurun.

Salah satu keistimewaan songket Putri Lindung Bulan terletak pada motif-motifnya yang beragam dan memiliki filosofi mendalam. Beberapa motif terkenal antara lain Bungoeng Panjoe, Tampok Manggis, Datok Empat Suku, Susun Sireh Berangkai Biji Timun, dan Awan Berarak. Keseluruhan motif ini tidak hanya indah secara visual tetapi juga mencerminkan kearifan lokal dan budaya Aceh Tamiang, khususnya Bumi Muda Sedia yang dikenal betuah.

Motif-motif tersebut dibuat dengan teknik menenun tradisional yang membutuhkan ketelatenan. Setiap pola dikerjakan secara manual, menciptakan tekstur dan detail yang tidak bisa ditemukan pada kain produksi massal. Tak heran jika kain ini menjadi salah satu cinderamata favorit bagi siapa saja yang mengunjungi Aceh Tamiang.

Tenun songket Putri Lindung Bulan telah mendapatkan pengakuan nasional. Pada tahun 2021, sebanyak 25 motif dari kain ini berhasil dipatenkan oleh Ditjen HaKI Kementerian Hukum dan HAM RI. Langkah ini menunjukkan komitmen masyarakat dan pemerintah daerah untuk melestarikan warisan budaya mereka.

Tidak hanya itu, kain ini juga sempat menjadi nominasi dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2022, sebuah penghargaan bergengsi di bidang pariwisata dan budaya. Keikutsertaan songket Putri Lindung Bulan dalam ajang ini membuktikan kualitasnya yang mampu bersaing di tingkat nasional.

Kain tenun putri lindung bulan, foto : Dekranasda Aceh Tamiang/

Meski bermula sebagai kain tradisional, songket Putri Lindung Bulan kini menjadi simbol kemewahan dan eksklusivitas. Banyak orang memilih kain ini sebagai oleh-oleh atau hadiah istimewa. Selain itu, kain ini juga kerap dikenakan dalam acara-acara penting seperti ulang tahun daerah, pesta keluarga, hingga pernikahan.

Tari, salah seorang pembeli, mengungkapkan kekagumannya terhadap kain tenun songket Putri Lindung Bulan. Menurutnya, kain ini tidak hanya memikat dari segi motif yang indah, tetapi juga merefleksikan kekayaan budaya Aceh Tamiang yang sarat akan makna mendalam.

“Saya membeli songket Putri Lindung Bulan sebagai hadiah untuk keluarga di luar kota. Motifnya sangat indah, dan saya kagum dengan detail pengerjaannya. Walaupun harganya cukup mahal, kain ini benar-benar mencerminkan kemewahan dan budaya Aceh Tamiang,” tuturnya.

Harga kain tenun ini memang cukup variatif, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Besarnya biaya ini sebanding dengan kerumitan motif dan waktu pengerjaan yang bisa memakan waktu berminggu-minggu.

Desi, seorang kolektor kain tradisional, mengungkapkan apresiasinya terhadap keindahan dan keunikan songket Putri Lindung Bulan. Bagi pecinta kain tradisional, kain ini menawarkan daya tarik yang istimewa.

“Saya mengoleksi beberapa kain tenun tradisional dari berbagai daerah, tetapi songket Putri Lindung Bulan memiliki keunikan tersendiri. Motif bagus,” katanya.

Keunikan tersebut tidak hanya terletak pada motif dan warnanya, tetapi juga pada cerita di balik proses pembuatannya. Keterampilan yang diwariskan dari generasi ke generasi ini mencerminkan dedikasi masyarakat Aceh Tamiang untuk menjaga tradisi mereka tetap hidup.

Di tengah arus modernisasi, tenun songket Putri Lindung Bulan menjadi simbol perlawanan terhadap lupa budaya. Pemerintah daerah melalui Dekranasda dan berbagai instansi terkait terus melakukan pembinaan kepada para pengrajin, memastikan warisan ini tidak hilang tergerus zaman.

Berbagai upaya pelestarian dilakukan, termasuk pelatihan menenun bagi generasi muda. Harapannya, mereka tidak hanya mengenal kain ini sebagai benda fisik, tetapi juga memahami nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya.

Kain tenun songket Putri Lindung Bulan tidak hanya sekadar karya seni, tetapi juga jendela untuk melihat kekayaan budaya Aceh Tamiang. Melalui setiap helai benang yang ditenun, tersirat cerita tentang kearifan lokal, kebanggaan daerah, dan dedikasi para pengrajin.

Sebagai bagian dari warisan budaya yang tak ternilai, songket ini patut untuk terus dijaga dan diperkenalkan kepada dunia. Dengan begitu, generasi mendatang dapat tetap merasakan keindahan dan makna di balik kain yang luar biasa ini.

Komentar
Artikulli paraprakKue Rasidah, Hidangan Kerajaan yang Tetap Jadi Primadona di Aceh Tamiang