Terima Remisi HUT RI, Dua Napi Rutan Takengon Hirup Udara Bebas

Analisaaceh.com, TAKENGON | Dua narapidana Rumah Tahanan Kelas II B Takengon terima remisi peringatan HUT Kemerdekaan RI Ke-74. Dua napi yang mendapat remisi sekaligus menghirup udara bebas yaitu Ahmad Daud (28 tahun) dan Tumirin (45).

Dokumen bebas murni dua napi tersebut diserahkan oleh Bupati Aceh Tengah Drs Shabela Abubakar di komplek Rutan Takengon, Sabtu (17/8/2019) atau seusai upacara HUT kemerdekaan RI Ke-74.

“Remisi umum diberikan kepada 227 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan untuk yang bebas hari ini diterima 2 orang,” kata Kepala Rutan Kelas II B Takengon Sugianto kepada awak media.

Berdasarkan data identitas napi, Ahmad Daud bin Abdul Kadir sebelumnya merupakan terpidana kasus pelecehan seksual dan narkotika. Ahmad Daud tercatat sebagai warga Kp Seni Antara Kecamatan Permata Kabupaten Bener meriah. Sementara Tumirin adalah mantan napi kasus pencurian dan narkotika. Tumirin merupkan warga Kampung Arul Gading, Kec. Pintu Rime Gayo, Bener Meriah.

Di bagian lain, Sugianto mengeluhkan kondisi Rutan yang ia pimpin karena mengalami over kapasitas. Over kapasitas Rutan Takengon disebut tak tanggung-tanggung. Dari kapasitas yang seharusnya diisi sebanyak 113 orang, saat ini ditempati sebanyak 401 warga binaan.

“Jumlah ini sangat jauh dari yang diharapkan, seharusnya diisi dengan jumlah 113 orang kini diisi 401 orang. Sedangkan jumlah petugas pun kini tak sebanding, hanya 46 orang dan jumlah pengamanan yang minim,’ jelasnya.

Seiring meningkatnya jumlah Napi kata Sugi, pihaknya tetap menjalankan amanah dengan penuh rasa tanggung jawab dalam membina Warga Binaan Pemasyarakatan. Pihaknya terus berupaya mampu merubah sikap dan prilaku.

“Setelah usai menjalani masa pidana nanti, Napi yang bebas tidak mengulangi kejahatan, dapat bermasyarakat dan dapat berperan ditengah tengah masyarakat,” katanya.

Narapidana di Rutan itu terus dibekali dengan kerajinan tangan mandiri dan kerajinan kepribadian. “Kepribadian mandiri itu sejenis menempah atau membuat kerajinan tangan, sedangkan kerajinan kepribadian itu berbentuk keagamaan seperti mengaji dan pengajian,” papar Sugianto.

Lebih lanjut kata dia, Rutan Takengon kini sangat membutuhkan sumur bor untuk melengkapi kebutuhan napi dalam melaksanakan hal keagaaman.

“Masih kekurangan air, kami butuh sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bagi Napi yang hendak berwudhu melaksanakan sholat berjama’ah,” keluh Sugi sembari berharap Pemerintah Daerah menyahuti permintaan pihak Rutan.

Begitupun kebutuhan transportasi bagi Napi seketika dalam keadaan darurat Medis. “Disini ada dua Mobil untuk kebutuhan darurat Napi, namun kondisinya rusak, kadang-kadang jika napi sakit kami bawa menggunakan becak, kami sangat berharap ada perhatian khusus,” tutup Sugianto mengakhiri percakapannya dengan awak media.

Komentar
Artikulli paraprakMencintai Negeri ini
Artikulli tjetërHadiri Upacara HUT RI, JK dan Istri Pakai Pakaian Adat Aceh