Tolak Pembelian Mobil Dinas dan Pesawat, Aceh Kreatif Minta Pemerintah Fokus Ekonomi

Ketua Yayasan Aceh Kreatif, Delky Nofrizal Qutni

ANALISAACEH.COM, BANDA ACEH | Rencana Pemerintah Aceh membeli 4 unit pesawat N219 buatan PTDI adalah kebijakan yang sangat melukai hati rakyat Aceh dan meningkatkan ketidakpercayaan masyarakat Aceh kepada Pemerintah. Apalagi ditengah kepiluan perekonomian masyarakat Aceh dan tinggi kemiskinan yang relatif tinggi di Aceh.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Yayasan Aceh Kreatif, Delky Nofrizal Qutni kepada media, Kamis (12/12/2012).

Menurut Delky, selain melukai hati rakyat, rencana pembelian pesawat tersebut bukanlah cerminan dari program Aceh Hebat yang selama ini digaung-gaungkan.

“Jelas program beli mobil dinas mencapai 100 M dan rencana beli pesawat mencapai 336 M itu bukanlah cerminan program Aceh Hebat, tapi patut dikatakan sebagai program dengan slogan Aceh Sesat,” ujar Delky.

Delky menyebutkan, kepiluan masyarakat Aceh pasca penundaan program rumah duafa belum pulih, tapi program beli mobil dinas dan rencana pembelian pesawat justru menambah kepiluan itu.

“Dikala uang yang bersumber dari infaq zakat dan shadaqoh itu tak dapat dinikmati para kaum duafa, kemudian pemerintah mempertontonkan program yang menghambur-hamburkan uang rakyat melalui APBA, maka patut dipertanyakan program yang menelan ratusan milyar itu untuk apa,” tambah Delky.

Delky menyarankan kepada pemerintah Aceh agar menggunakan uang ratusan juta rupiah tersebut untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.

“Seharusnya pemerintah lebih kreatif dan tidak diperbudak angan-angan belaka. Coba kalkulasi kembali dengan uang 100 Milyar untuk mobil tersebut berapa banyak masyarakat terbantu jika untuk pemberdayaan ekonomi, katakan saja 25-50 juta untuk pengembangan dan pemberdayaan usaha produktif masyarakat miskin perorang, setidaknya ada 2000-4000 masyarakat miskin terbantu ekonominya. Belum lagi jika dihitung Rp. 336 Milyar itu 6.720- 13.440 masyarakat miskin punya usaha produktif,” saran Delky.

Hal seperti ini, lanjut Delky, manfaatnya lebih dapat dirasakan dan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.

“Banyak komoditi bernilai ekspor, katakan saja atsiri, sidat, bahkan daun kelor yang bernilai tinggi untuk komoditi ekspor. Dengan uang sebanyak itu masyarakat miskin di Aceh diarahkan agar fokus ke beberapa komoditi tersebut, mulai dari penguatan SDM nya, pemberian modalnya hingga penyediaan pasar bagi komoditi yang dijadikan fokus untuk dikembangkan tersebut. Bisa dihitung, ribuan masyarakat miskin bisa memiliki usaha produktif dan taraf ekonominya meningkat. Selanjutnya, secara bertahap pasti akan membuat PAD Aceh semakin meningkat, daya ekspor Aceh meningkat, kemiskinan berkurang, peluang kerja bertambah, dan pengangguran dapat ditekan. Disini baru masyarakat akan akui bahwa pemerintah Aceh benar-bnar hebat. Bukan seperti saat ini justru dimana-mana masyarakat mencemooh dan kecewa,” bebernya.

Sangat menyedihkan, kata Delky, sikap dan pola pikir pemerintah Aceh masih relatif dungu terkait program-program kerakyatan dan masih cenderung terlalu hebat untuk menghamburkan duit rakyat.

“Kami minta kepada Pak Plt. Gubernur, hentikan rencana-rencana konyol yang menghadirkan kepiluan bagi rakyat Aceh tersebut. Pergunakan uang tersebut untuk hal-hal yang manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat. Yakin dan percayalah jika progam beli mobil pejabat dan pembelian pesawat itu tetap dilakukan ada do’a-do’a anak yatim, janda korban konflik, fakir dan duafa yang akan membawa Bapak semakin gagal dalam memerintah. Sebaliknya jika uang sebanyak itu dipergunakan untuk masyarakat kecil, maka do’a mereka akan membuat pemerintah Aceh semakin sukses ke depannya,” kata Delky.

Seharusnya pemerintah berpikir bagaimana menghadirkan, mamfasilitasi dan membantu usaha produktif bagi masyarakat miskin atau para pemuda yang selama ini sangat kurang diperhatikan.

Ironisnya, kata Delky, begitu bicara kebutuhan masyarakat, pemerintah sering berdalih aturan dan tak tersedianya anggaran. Namun begitu bicara alokasi untuk mobil pejabat dan pesawat maka berbagai peluang aturan dan peluang alokasi anggaran pun dikemukakan.

“Makanya saya katakan ini hebat dalam program tidak pro rakyat dan dungu untuk hal yang menyentuh rakyat, jelas ini sangat mengkhawatirkan. Kita harap penyakit ini tidak sampai stadium 4 dan berstatus darurat,” cetus Delky.

Delky mengingatkan agar program Aceh Hebat yang katanya menyentuh rakyat digaung-gaungkan selama ini untuk menjadi fokus utama.

“Jika tak direalisasikan dalam bentuk program yang bermanfaat ke masyarakat, maka lebih baik spanduk, baliho dan publikasi tentang Aceh Hebat itu diganti tulisannya menjadi Aceh Sesat. Semoga Pak Plt segera tersadarkan, dan kembali kepangkuan rakyat,” pungkasnya.

Komentar
Artikulli paraprakProgres Dana Desa Tahap III Pidie Bakal Silpa 2020
Artikulli tjetërMilyaran Dana Hibah BNPB, Razikin: Aceh Selatan Kenapa Nihil?